You Are Mine, Viona : The Revenge

Holiday



Holiday

0Dengan menggunakan taksi dokter Louisa pergi ke apartemen kecil yang ia sewa selama satu bulan kedepan, beruntungnya selama menikah dengan profesor Frank uang gajinya selama bekerja di rumah sakit utuh. Semua keperluannya mulai dari make-up, pakaian dan yang lain ditanggung oleh profesor Frank, alhasil ia mempunyai banyak uang untuk melanjutkan hidup tanpa suaminya. Setelah menempuh perjalanan selama hampir tiga puluh menit taksi yang membawanya akhirnya sampai di tempat tujuan, dengan cekatan dokter Louisa menurunkan koper besarnya dari dalam bagasi setelah ia membayar ongkos taksinya.     

"Ok Lou...kau akan mulai hidup baru lagi sekarang, semangat Louisa!!!" ucap dokter Louisa pelan sambil menarik nafas panjang.     

Setelah memberikan semangat pada diri sendiri dokter Louisa kemudian berjalan pelan menuju unit apartemen barunya yang akan menjadi tempat tinggalnya sementara, sebelum ia pergi selamanya meninggalkan Ottawa seperti rencananya. Dokter Louisa berencana untuk keluar dari rumah sakit Global Bross dan pergi keluar negeri, ia ingin pergi dan mencoba peruntungan di negeri tirai bambu. Negara asal sang ibu yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Louisa memiliki tubuh yang warnanya hampir sama dengan Viona hanya saja ia memiliki mata coklat sedangkan Viona tidak, ia yakin kalau sebenarnya orang tua Viona memiliki darah asia seperti dirinya. Karena kesamaan warna kulit dan rambutnya dengan Viona.     

Kadang ia berfikir mungkin yang menyebabkan profesor Frank dulu menyukai dirinya karena ia memiliki kemiripan dengan Viona walaupun ia masih tak ada apa-apanya dengan Viona yang jauh lebih cantik darinya, jauh lebih pintar dan jauh lebih beruntung darinya. Dari lubuk hatinya paling dalam ia sebenarnya tak sepenuhnya menyalahkan sang suami kalau menyukai Viona karena ia tau lelaki normal manapun pasti akan lebih menyukai Viona dibanding dirinya, hal yang menyakitkan baginya adalah suaminya itu masih mengharapkan Viona disaat mereka sudah menikah.     

"Kalau saja aku tau kalau kau menikahiku karena permintaan dokter Viona aku akan menolak menikah denganmu Frank, itu sama saja kau menghinaku Frank," ucap dokter Louisa lirih, bayangan tentang tulisan tangan profesor Frank kembali teringat dalam memorinya.     

Setelah sampai di kamar barunya dokter Louisa segera merebahkan tubuhnya diatas kasur single yang cukup nyaman untuknya, karena sudah terlalu lelah dan tak punya tenaga untuk berganti pakaian akhirnya dokter Louisa tertidur dengan masih menggunakan pakaian lengkap yang ia pakai saat pergi dari apartemen suaminya. Saat tertidur kedua matanya meneteskan air mata, air mata yang sudah tak terhitung lagi untuknya. Harapannya dulu saat menikah dengan profesor Frank semua kesedihan dan kesepiannya akan hilang namun nyatanya itu semua hanya sebuah impian yang tak pernah terwujud baginya, kini batas sabarnya sudah benar-benar habis. Ia sudah tak mampu bertahan lagi dipernikahan palsunya dengan profesor Frank, ia memilih pergi walau sebenarnya sangat sulit baginya.     

Apartemen penthouse Fernando      

"Ayolah duduk babe, aku pusing sekali melihatmu mondar-mandir seperti itu," ucap Fernando pelan untuk yang kesekian kalinya pada Viona yang sedang membuat muffin di dapur.     

"Aku sedang memasak, tentu saja akan mondar-mandir," jawab Viona ketus.     

"Untuk apa kau membuat muffin?kalau kau mau aku bisa membelinya sebanyak yang kau mau babe," sahut Fernando menahan marah, padahal tadi rencanannya ia ingin bersantai berdua dengan sang istri saat sampai dirumah. Namun ternyara Viona sudah punya rencana lain.     

"Aku ingin membawanya ke rumah sakit besok pagi, berbagi dengan staf yang lain. Diamlah dan jangan berisik atau aku akan marah," ucap Viona mengancam Fernando yang sejak tadi tak berhenti protes karena ia memasak di dapur.     

Fernando langsung menutup rapat bibirnya saat mendengar ancaman Viona, ia tak bisa berkata-kata lagi saat istrinya itu sudah mengeluarkan kata-kata pamungkasnya. Akhirnya Fernando memilih diam dan mendekati dapur dimana Viona masih sibuk dengan adonan muffin yang siap di cetak ke dalam cetakan khusus yang sudah berjajar rapi diatas meja, Fernando duduk di kursi bar yang ada diluar dapur. Tanpa bicara Fernando melihat Viona bekerja dengan cepat dan rapi, ia tersenyum melihat cara kerja istrinya yang sangat rapi sekali.     

"Babe..."panggil Fernando pelan membuka percakapan.     

"Ada apa lagi? Kau mau mencoba muffinku? Tunggu lima menit lagi ya," jawab Viona pelan sambil memindahkan muffin yang baru ia keluarkan dari dalam oven ke tempat khusus muffin yang sudah matang.     

"Adikmu Jenny dan Amina mereka akan sampai ke Ontario dalam tiga hari lagi," ucap Fernando pelan.     

"What...kau serius kan?" tanya Viona penuh semangat.     

"Iya, tadi aku tak sengaja melihat sosial media mereka. Mereka terlihat sangat bahagia sekali ada di negara kanguru itu selama dua bulan ini," jawab Fernando dengan cepat.     

"Baguslah kalau begitu, mereka memang harus berlibur supaya tidak jenuh terus bekerja, sahut Viona pelan sambil tersenyum, ia senang mendengar kedua adik angkatnya bersenang-senang di luar negri.     

Fernando menghela nafas panjang mendengar perkataan sang istri, rupanya istrinya itu tak paham dengan arah pembicaraannya. Fernando lalu turun dari kursi dan berjalan menuju ke dapur dimana sang istri sedang sibuk menyusun muffin yang sudah matang dengan rapi.     

"How about us?" tanya Fernando setengah berbisik tiba-tiba sambil melingkarkan tangannya di perut Viona dan hampir membuat muffin yang dipegang Viona jatuh.     

"Kau...tak bisakah bicara dengan normal tanpa harus memelukku seperti ini, aku sedang di dapur Fernando. Kau bisa terkena minyak panas jika menggangguku bekerja di dapur," sahut Viona ketus.     

"Tapi kan saat ini kau tak berkutat dengan minyak panas, jadi tak mungkin aku terkena minyak kan," jawab Fernando dengan cepat membela diri.     

"Ishhh lelah aku bicara denganmu, sana keluar. Aku mau merapikan muffin ini dulu supaya..."     

Titttt     

Fernando memencet tombol off pada oven sehingga membuat oven yang sedang panas itu mati seketika, melihat ovennya dimatikan oleh Fernando membuat Viona hampir berteriak namun saat baru akan membuka mulut Fernando sudah melancarkan ciumannya di bibir Viona sehingga membuat Viona tak bisa berbicara.     

Saat Viona masih belum bisa menguasai dirinya Fernando kembali melakukan serangan mautnya namun kali ini ia menggendong Viona dan ia bawa tubuh sang istri ke atas meja di dekat wastafel, setelah Viona duduk dengan baik Fernando meletakkan kedua tangannya di paha sang istri yang tertutup apron.     

"What are you doing?i have to finish my work," ucap Viona dengan suara meninggi mencoba menyembunyikan wajahnya dari Fernando.     

"Aku tak akan melepaskanmu sebelum kau menjawab pertanyaanku tadi," jawab Fernando dengan cepat.     

"Pertanyaan apa? Yang mana?" tanya Viona bingung.     

"Pertanyaan mengenai liburan...aku ingin pergi berlibur ke luar negri bersamamu selama satu bulan penuh," jawab Fernando tanpa rasa bersalah sambil tersenyum lebar.     

"Satu bulan penuh, denganmu?" tanya Viona kembali.     

"Yes," sahut Fernando singkat dengan mata berbinar-binar.     

Viona menghela nafas panjang mendengar perkataan suaminya, selama menikah mereka memang belum pernah pergi berlibur berdua keluar negri seperti pasangan lainnya. Saat bulan madu dulu Fernando hanya mengajaknya berlayar selama satu minggu menunggunakan Yatch mewah milihya di perairan Kanada saja.     

"Aku tak mungkin bisa pergi satu bulan Fernando, aku harus bekerja. Aku dokter, tak mungkin aku meninggalkan pasienku selama itu," ucap Viona pelan.     

"Akhhh itu urusan gampang, aku bisa mengaturnya. Yang penting kau mau pergi saja itu sudah cukup, aku bisa mengaturnya babe," sahut Fernando dengan cepat, ia senang karena merasa mendapat respon baik dari Viona.     

"Tapi bagaimana dengan..."     

"Dengarkan aku...kau tak perlu mengingat hal itu lagi, aku adalah Fernando. Dan Fernando Grey Willan adalah pemilik rumah sakit Global Bross kau tak perlu khawatir, aku bisa mengaturnya dengan mudah seperti sedang menjentikkan jari saja," ucap Fernando sombong sambil tertawa lebar, lagi-lagi ia menyombongkan kekuasaannya pada Viona.     

Viona hanya terdiam mendengar perkataan suaminya, ia tau kalau suaminya tak bisa dilawan. Dengan perlahan ia pun menganggukkkan kepalanya tanda setuju dengan ajakan Fernando untuk berlibur keluar negri, melihat Viona menganggukkan kepalanya Fernando berteriak keras dan langsung memeluk Viona dengan erat.     

"I love you Viona...i love you..you are mine Viona!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.