You Are Mine, Viona : The Revenge

Dokter Raline



Dokter Raline

0Saat matahari sudah menunjukkan kegagahannya di dalam kamar mewah sebuah apartemen penthouse yang ada di salah satu gedung apartemen mewah yang ada dikota nampak sepasang suami istri masih tidur dalam selimut yang sama, ac yang masih menyala membuat keduanya masih betah menutup kedua matanya. Namun karena ada semburat sinar dari sang surya yang menembus dari balik tirai yang tak tertutup rapat akhirnya memaksa seorang Fernando membuka kedua matanya, saat membuka mata pemandangan yang ia lihat adalah sebuah tanda merah yang ada didada Viona. Sebuah tanda kepemilikan yang ia buat saat bercinta tadi malam, senyumnya langsung tersungging saat mengingat apa yang mereka lakukan tadi malam sampai subuh tadi pagi sebelum akhirnya mereka tertidur tanpa pakaian sambil berpelukan dibawah selimut.     

Sebenarnya tanda merah didada Viona yang tadi Fernando lihat bukan satu-satunya tanda yang Fernando buat, hampir seluruh dada dan leher Viona kini nampak dihiasi tanda itu. Tanda cinta penuh hasrat yang dibuat oleh Fernando ketika bercinta sepanjang malam tadi, karena kandung kemihnya sudah penuh Fernando akhirnya memutuskan untuk turun dari ranjang dan berjalan pelan menuju kamar mandi denagn hati-hati supaya tak membangunkan Viona yang masih terlelap.     

"Awww..."     

Fernando meraba punggungnya yang terasa perih saat terkena air shower yang baru ia nyalakan, ia terdiam beberapa saat ketika akhirnya mengingat bagaimana bisa ia mempunyai luka di punggung. Namun tak berapa lama kemudian senyumnya tersungging saat mengingat asal dari luka itu, tadi malam Viona benar-benar dibuat tak istirahat oleh Fernando. Berbagai gaya posisi bercinta mereka coba, sampai akhirnya Viona menggila pada permainan terakhir mereka di atas meja makan. Dimana mereka bercinta diatas meja makan setelah membuang semua piring dan sendok yang tertata rapi, Fernando memegang kendali selama hampir lima belas menit sampai akhirnya Viona mencapai klimaks yang kesekian kalinya sampai akhirnya ia menggigit pundak dan mencakar Fernando saat ia mengalami orgasme yang luar biasa.     

"Istriku sudah sangat nakal," ucap Fernando pelan setelah mengingat apa yang Viona lakukan padanya.     

Tak lama kemudian Fernando mengakhiri acara mandinya dan berjalan pelan menuju kamar dengan menggunkan satu handuk yang ia lilitkan di pinggangnya sehingga deretan otot sixpact nan seksi miliknya terlihat jelas, rambut-rambut halus yang muncul dari perut bawahnya membuat dirinya terlihat semakin macho. Karena tak mau membuat Viona terbangun akhirnya Fernando mempercepat kegiatannya, setelah selesai memakai pakaian Fernando bergegas menuju ke pantry. Namun saat baru keluar dari kamar ia dikejutkan dengan pemandangan di sekitar meja makan dimana banyak sekali pecahan piring yang berserakan di bawah meja makan.     

"Sepertinya aku sangat bersemangat tadi malam," ucap Fernando lirih sambil tersenyum, karena tak mau pecahan piring-piring mahalnya itu mengenai kaki Viona akhinya Fernando memutuskan membersihkan sendiri menggunakan sapu. Dan ini adalah kali pertama dalam hidup seorang Fernando Grey Willan sang pangeran di kota memegang sapu untuk membersihkan pecahan piring.     

Setelah sekitar meja makan kembali rapi Fernando kemudian pergi ke pantry untuk membuat makan pagi sekaligus makan siang mereka, dengan bahan seadanya di kulkas Fernando terlihat terampil menggunakan pisau saat mengiris ikan salmon dan sayuran. Fernando membuat sup asparagus dan pan seared salmon with Lemon Garlic Butter Sauce salah satu masakan salmon yang ia suka sejak ia masih kecil maka dari itu tak sulit baginya untuk membuat masakan itu. Ketika semua makanan yang ia buat selesai Fernando membawanya ke meja makan dan mengaturnya sedemikian rupa, ia meletakkan sup asparagus di sebuah mangkuk kaca besar diantara dua piring yang sudah ia isi salmon untuk dirinya dan Viona.     

Senyumnya mengembang setelah melihat makanan diatas meja tersaji dengan rapi, ia lalu berjalan menuju kamar untuk mambangunkan Viona yang tertidur meski waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Untung saja hari ini jadwal Viona libur jadi Fernando tak perlu meminta ijin pada rumah sakit untuk Viona libur.     

"Heiii my love wake up..." bisik Fernando pelan ketelinga Viona yang masih tertutup rambut panjangnya.     

"Babe...wake up, sudah hampir jam satu siang. Kau mau bangun jam berapa sayangku?" tanya Fernando kembali sambil mencium pipi Viona.     

Mendengar suara Fernando berkali-kali akhirnya Viona membuka kedua matanya dengan perlahan, kedua bola mata indahnya masih terlihat merah yang menandakan kalau ia masih sangat mengantuk.     

"Jam berapa?" tanya Viona pelan dengan suara yang hampir tak terdengar.     

"Setengah satu siang," jawab Fernando lembut sambil mencubit hidung Viona.     

"Apa!! Jam setengah satu akhhhh...."     

Viona yang kaget saat mendengar perkataanFernando langsung berusaha duduk namun tiba-tiba ia menjerit kesakitan saat merasakan nyeri pada pangkal pahanya.     

"Babe..kau kenapa?"tanya Fernando panik ketika melihat Viona meringkuk di tempat tidur sambil memegangi area kewanitaannya.     

"S-something bad happen with me Fernando," jawab Viona lirih menahan sakit.     

"What what happen...what should i do?" tanya Fernando panik.     

"Panggil dokter...dokter kandungan, cepat Fernando. Vagina ku sakit," jawab Viona akhirnya jujur.     

Deg     

Jantung Fernando berdetak sangat cepat mendengar perkataan sang istri, wajahnya yang sudah pucat kini semakin pucat bak kertas putih.     

"Fernando cepat!!!" teriak Viona menahan sakit.     

"Oh iya babe..iya," sahut Fernando tergagap, suara terikan Viona langsung menyadarkan dirinya dari lamunan.     

Setelah berkata seperti itu Fernando kembudian meraih ponselnya yang ada diatas nakas dan menghubungi salah satu dokter kandungan wanita yang ia kenal, Fernando tak mau ada dokter pria yang memeriksa vagina Viona. Dulu saat profesor Erick menjadi dokter kandungan Viona pun Fernando tak mengijinkan profesor tuan itu memeriksa organ vital Viona secara langsung, ia memerintahkan asisten pribadi profesor Erick untuk memeriksa Viona.     

"Sepuluh menit lagi dokter Raline akan datang, lalu lalu apa yang harus aku lakukan sekarang babe?'tanya Fernando panik, ini adalah kali kedua ia melihat Viona kesakitan setelah sepuluh bulan lalu saat Viona keguguran.     

"Hahh hahhh bantu aku membersihkan tubuhku, aku tak mau dokter itu melihatku dalam kondisi seperti ini," jawab Viona terengah-engah menjawab pertanyaan Fernando, ia tak mau dokter itu melihatnya dalam kondisi yang masih lengket keringat yang bercampur sperma Fernando disekitar pahanya.     

Tanpa diminta dua kali Fernando kemudian membawa Viona kedalam kamar mandi, ia mendudukan Viona dengan hati-hati di pinggiran bathup. Lalu dengan telaten dan sabar Fernando memandikan Viona menggunakan air hangat, ekspresi ketakutan dan penyesalan tergambar jelas di wajah Fernando. Saat ia membasuh selangkangan sang istri Fernando tak melihat darah atau hal yang mencurigakan lainnya, namun ini justru membuatnya samakin takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Viona.     

Melihat raut wajah Fernando membuat Viona tersenyum, rasa ngilu di pangkal pahanya benar-benar menggigit kali ini sehingga ia tak bisa tertawa lebar. Setelah dua menit Fernando akhirnya menyudahi kegiatannya, dengan perlahan ia menggendong Viona menuju tempat tidur kembali.     

"No, jangan dikamar ini. Bawa aku kekamar depan, aku tak mau dokter itu melihat kamar kita yang berantakan ini," ucap Viona pelan menahan sakit.     

"Ok babe," jawab Fernando lirih, ia merutuki kebohohannya semalam yang sudah bermain terlalu keras saat bercinta sehingga menyebabkan Viona terluka seperti ini.     

Dengan cepat Fernando membantu Viona memakai pakain yang termudah, Fernando memilihkan sebuah kemeja tidur yang sepanjang lulut berbahan satin warna hitam. Wajah pucat Viona terlihat lebih segar walaupun tak bisa menutupi kalau ia sedang sakit, saat sedang membantu meminum air hangat tiba-tiba pintu lift berbunyi.     

"Sepertinya dokternya datang babe," ucap Fernando khawatir.     

"Aku baik-baik saja, kau tenang saja. Pergilah sambut dokter itu dan bawa kepadaku," sahut Viona pelan mencoba untuk menenangkan Fernando.     

Sebuah anggukan kecil dari Fernando menunjukkan kalau ia mengerti dengan perintah Viona, dengan perlahan ia bangun dari ranjang dan memberikan kecupan pada kening Viona dengan lembut.     

"Aku lebih baik mati jika terjadi hal buruk padamu babe, maafkan aku," ucap Fernado lirih setengah terisak.     

"I'm okay, don't worry babe..." jawab Viona dengan cepat.     

"I love you Viona, i can't live without you," isak Fernando dengan mata berkaca-kaca.     

"Im ok, cepat sambut dokter itu dan bawa kemari. Hapus air matamu, sangat tidak lucu seorang Fernando Grey Willan menangis," sahut Viona pelan.     

Fernando kemudian menyeka air matanya dan kembali mencium Viona sebelum akhirnya ia berjalan keluar kamar meninggalkan Viona sendirian untuk menyambut dokter kandungan yang sudah ia hubungi sebelumnya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.