You Are Mine, Viona : The Revenge

Be the first



Be the first

0Fernando langsung menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan Viona raut kekecewaan nampak tergambar jelas di wajah tampannya, kedua matanya yang tadi sudah berapi-api pun langsung padam. Melihat ekspresi Fernando yang sangat kecewa itu membuat Viona tidak tega sebenarnya, ingin sekali rasanya ia memberitahukan hal yang sebenarnya bahwa ia sudah baik-baik saja namun karena masih harus menunggu 1 hari lagi Viona memilih untuk tak memberitahukan rahasia itu pada Fernando karena takut Fernando akan kelepasan jika ia memberitahukan malam ini.     

Tok     

Tok     

Tok     

Suara ketukan di pintu akhirnya menyadarkan Fernando yang masih menindih Viona, ia langsung bangun dari atas ranjang seketika dan langsung berjalan menuju pintu yang sedang diketuk dari luar. Sementara itu Viona pun langsung duduk dan merapikan rambutnya yang berantakan.     

"Maaf tuan mengganggu saya dari petugas layanan kamar ingin memberikan welcome drink dan beberapa camilan" ucap seorang wanita berambut blonde dengan menggunakan bahasa Perancis yang kental.     

"Oke tidak masalah, silakan masuk nona," jawab Fernando sambil tersenyum, ia kemudian membukakan pintu dengan lebar untuk sang petugas layanan kamar itu supaya ia bisa mendorong troli yang ia bawa masuk ke dalam kamar.      

Tak lama kemudian terdengar bunyi berisik dari roda troli yang didorong oleh petugas layanan kamar itu, Viona hanya tersenyum melihat sang petugas layanan Hotel meletakkan troli berisi minuman dan makanan yang sangat banyak itu di dekat meja rias. Setelah makanan dan minuman tertata rapi di atas meja yang ada di dalam kamar tamu VIP itu sang petugas layanan kamar itu pun kembali membawa troli besarnya keluar dari kamar, ia lalu berpamitan pada Fernando yang masih berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya di dada.      

Setelah petugas layanan kamar itu menghilang di balik lorong Fernando kemudian menutup pintu kamarnya kembali dan menguncinya dari dalam, ia lalu berjalan mendekati meja yang sudah terisi dengan berbagai makanan kecil, buah-buahan dan segelas wine mahal yang ada di dalam bucket berisi es batu. Dengan perlahan Fernando membuka wine yang terbuat dari tahun 1987 itu dengan hati-hati dan menuangkannya ke dalam gelas miliknya, ia tak memberikan Viona minuman keras itu karena tak mau membuat Viona kembali pusing seperti tadi siang saat mereka ada di pesawat. Setelah mencium aroma dari wine mahal itu Fernando lalu menenggaknya sedikit dan tersenyum sesaat setelah minuman keras mahal itu melewati tenggorokannya.      

"Jangan melihatku seperti itu, apa kau mau minum ini?" tanya Fernando pelan sambil menyeka bibirnya dari tetesan wine yang baru saja ia minum.     

"Kalau boleh jujur iya, aku ingin seperti orang lain yang bisa minum minuman keras. Namun kenangan waktu pertama kali itu membuatku tak bisa menyentuhnya lagi, rasa panas dan pahit dari minuman yang aku minum itu sudah langsung membuat kepalaku pusing apalagi waktu itu…"      

"Waktu itu apa?" tanya Fernando dengan nada meninggi memotong perkataan Viona, Fernando merasa kalau istrinya itu memiliki kejadian yang buruk dengan minuman keras sampai akhirnya ia tak bisa meminum seteguk pun.      

Viona terdiam mendengar pertanyaan Fernando, ia lalu menepuk ranjang di sebelah kirinya meminta Fernando untuk duduk. Pada awalnya Fernando menolak permintaan Viona namun karena Viona terus menepuk ranjang dan memintanya untuk duduk akhirnya Fernando pun mengalah, dengan memegang gelas yang berisi wine Fernando duduk disamping Viona.     

"Ceritakan padaku apa yang terjadi saat kau pertama kali mencoba minum minuman keras?" tanya Fernando dingin.      

"Pertama kali aku mencoba nya di acara prom night sekolah, waktu itu banyak sekali teman-teman sekolahku yang membawa minuman dan mereka merayakan kelulusan di halaman belakang sekolah di dekat danau. Jujur saja aku tak pernah bergaul dengan para bintang sekolah yang memiliki ide acara malam itu, hanya saja karena aku menghargai teman-teman yang lain akhirnya mau tak mau aku mengikuti acara sampai selesai. Setelah acara prom night dibubarkan kepala sekolah kami semua berjalan menuju ke halaman belakang untuk melanjutkan acara sendiri, berbagai macam minuman keras pun sudah tersedia diatas meja musik yang keras pun terdengar mengiringi kami malam itu,"      

"And then," ucap Fernando tak sabar memotong perkataan Viona.     

"Lalu kekacauan pun dimulai saat ada dua orang teman sekolahku yang kejang-kejang setelah meminum salah satu minuman keras dari mulut mereka pun keluar busa, melihat kejadian itu sontak membuat kami langsung panik dan berteriak meminta tolong. Untung saja waktu itu aku hanya minum satu teguk tapi tetap saja walaupun hanya satu teguk tenggorokanku seperti seperti terbakar. Sampai akhirnya beberapa guru yang masih ada di sekolah pun mendengar teriakan kami dan membantu mengevakuasi dua orang temanku yang tak sadarkan diri itu, kami semua akhirnya dibawa ke rumah sakit. Sampai akhirnya ditemukan fakta bahwa minuman keras yang disiapkan oleh teman-temanku waktu itu sudah diberi obat perangsang dengan dosis yang tinggi sehingga membuat minuman itu bereaksi dan berubah menjadi racun, sejak saat itu aku tak berani lagi menyentuh minuman keras merk apapun. Walaupun sebenarnya kejadian itu sudah berlangsung sangat lama namun rasa trauma dan takut nya masih teringat jelas," jawab Viona sambil tersenyum.     

"Lalu bagaimana dengan dua temanmu yang pingsan itu?" tanya Fernando penasaran.     

"Tuhan masih sayang pada mereka berdua sehingga nyawanya masih bisa diselamatkan oleh dokter dan…"     

"Dan apa?" tanya Fernando kembali.     

"Dan pelaku yang sudah mencampur minuman keras itu dengan obat perangsang dosis tinggi tidak diproses oleh polisi, karena orang tuanya adalah pengusaha kaya yang cukup terkenal di daerah sekolahku. Sehingga kasus ini pun ditutup, semua siswa yang dirawat di rumah sakit mendapat uang kompensasi dari orang kaya itu. Sedangkan untuk siswa yang tak dirawat tidak mendapatkan apapun termasuk aku, namun sekalipun aku mendapatkan uang dari mereka aku juga pasti akan menolaknya. Oleh sebab itu aku tidak suka dengan orang kaya, kalian itu terlalu arogan dan sombong membanggakan kekayaan dan kekuasaan kalian," ucap Viona pelan sambil menatap tajam ke arah Fernando.     

"Aku tau uang bisa membeli apapun, akan tetapi ada kalanya kalian tak perlu menunjukkan kekuasaan dengan uang karena percayalah tidak semua hal di dunia ini bisa dibeli dengan uang," imbuh Viona pelan.      

Fernando terdiam mendengar perkataan sang istri ia tak menyangka kalau Viona pernah memiliki kejadian seperti itu saat sekolah dulu, memang untuk anak yang sudah lulus SMA pasti akan dilakukan tradisi prom night. Dan setelah itu pun para siswa itu bisa melakukan acara bebas seperti yang dilakukan oleh teman-teman Viona dengan minum-minuman keras dan berbagai hal lainnya, namun ia tak menyangka kalau Viona harus mengalami hal seperti itu yang akhirnya membuatnya trauma untuk minum minuman keras lagi.      

"Baguslah setidaknya kau tidak terjerumus dalam dunia seperti itu dan aku ingin menjadi orang pertama yang mengajarimu semua hal tentang itu," ucap Fernando sambil tersenyum penuh arti menata Viona tanpa berkedip.     

"Apa maksudmu?" tanya Viona dengan cepat sambil menyilangkan dua tangannya di dada, ia merasa Fernando ingin melahapnya saat ini juga.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri Fernando justru menenggak wine yang ada di gelasnya, setelah kosong dengan cepat ia meletakkan gelas itu di atas meja lalu berbalik badan dan menatap Viona dengan tajam. Tanpa Viona duga Fernando langsung menindihnya kembali dan mencium bibirnya, Fernando memberikan wine yang ada di dalam mulutnya ke mulut Viona sehingga membuat baju Viona basah karena terkena lelehan wine yang tak tertelan oleh Viona.     

"Swallow it…" bisik Fernando lirih sambil meremas payudara Viona.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.