You Are Mine, Viona : The Revenge

Orang tua baptis



Orang tua baptis

0Profesor Dexter mendengarkan semua rencana profesor William dengan sangat baik, selama profesor William berbicara ia tidak menyala sama sekali. Kedua matanya tambah berbinar setelah mendengar semua rencana profesor William.     

"Kau yakin ini akan berhasil bukan?" tanya profesor Dexter penuh harap.     

"Semoga saja, maka dari itu besok pagi kita coba. Aku yakin Frank pasti mau diajak bekerja sama,"jawab profesor William dengan cepat.     

"Baiklah kalau begitu, lebih baik obrolan kita di sudahi sampai disini matahari sebentar lagi terbit dan kita belum tidur sama sekali. Aku tak mau besok pagi istriku akan memarahiku jika ia tahu aku tak tidur semalaman dan sepertinya kau juga harus segera tidur Will, kalau tidak istrimu pasti akan marah," sahut profesor Dexster pelan sambil menguap, berbicara bersama profesor William selama 2 jam akhirnya membuat rasa kantuknya datang.      

"Iya aku juga akan tidur, lumayan tidur tiga jam. Ya sudah aku tutup panggilannya dan jangan lupa besok pagi jangan telat datang ke kantor, sebelum bekerja kita datang ke ruangan Frank terlebih dahulu untuk mengatakan semua rencana kita ini,"kata profesor William sebelum akhirnya menutup panggilan profesor Dexter.      

Profesor Dexter yang sudah sangat mengantuk tak merespon perkataan profesor William, ia hanya menganggukkan kepalanya dan meletakkan ponselnya di atas meja dimana ia sedang berbaring di sofa saat ini. Tak lama kemudian suara dengkuran profesor Dexter pun terdengar, ia benar-benar sudah tertidur pulas dengan wajah tersenyum karena tidak sabar untuk menunggu pagi dan menjalankan rencananya dengan profesor William yang baru ia bahas selama hampir 2 jam. Rencana untuk menjadi tetangga Fernando.      

Sementara itu profesor William pun terlihat sudah berganti pakaian tidur, selama berbincang dengan profesor Dexter sebelumnya profesor William ditelpon. Rupanya ia sempat membersihkan tubuhnya di kamar mandi, sehingga setelah ia selesai berbicara dengan sang rekan kerja ia tak perlu membersihkan tubuhnya kembali dan hanya tinggal tidur saja di ranjang menyusul sang istri yang sudah tertidur beberapa jam yang lalu.      

"Semoga saja rencanaku berjalan dengan lancar sehingga kau bisa terus mendapatkan masukan positif dari dokter Viona dan bisa menjenguk Abby serta Aaric sepuasmu honey,"ucap profesor William lirih sesaat setelah ia mencium kening Aurelie.     

Tak lama kemudian kamar tidur apartemen mewah profesor William pun terasa hening ketika sang empunya sudah tertidur, hanya alunan musik klasik sajalah yang terdengar di ruangan itu.      

Matahari pagi pun akhirnya terbit dari timur membawa sinar yang memberikan kehidupan pada semua manusia, satu demi satu manusia yang sudah beristirahat semalaman mulai bangun dan bersiap melanjutkan pekerjaannya kembali seperti hari sebelumnya. Begitu pula dengan Fernando dan Viona yang sudah terbangun sejak jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, mereka berdua bangun karena mendengar suara tangisan sang Abby dan Aaric yang lapar sampai akhirnya mereka tak bisa tertidur kembali karena kedua anaknya itu mengajak bercanda. Alhasil saat semua pelayan yang ada di rumah besar itu mulai beraktivitas mereka bisa mendengar suara tawa sang tuan dan keluarganya dari lantai satu, para pelayan itu ikut bahagia atas kehidupan sang majikan yang mendapatkan kebahagiaan atas kehadiran dua malaikat kecil yang melengkapi hidup mereka.      

"Rakusnya… kau harus jadi anak pintar sayang, jangan sia-siakan ASI Mommy yang sudah kau minum itu,"ucap Fernando pelan pada Abby yang masih menyusu pada Viona.      

"Tentu saja mereka pintar, kau tak usah ragukan mereka,"jawab Viona dengan cepat.      

Fernando menaikkan satu alis menatap istrinya. "Aku tak sedang berbicara denganmu, aku berbicara pada anak-anak babe."      

"Aku mewakili mereka menjawab perkataanmu." Viona kembali menjawab dengan ketus.      

"Dasar kau ini, oh ya babe aku mau bertanya tapi kau jangan marah ya," ujar Fernando lembut, senyumnya mengembang saat bicara.      

"Bicaralah, aku akan menjawabnya kalau mampu."      

Fernando yang gemas mendengar perkataan istrinya itu, lalu bangun dan mengarahkan wajahnya ke pipi Viona dan menggigitnya dengan cukup kuat sehingga membuat Viona menjerit secara spontan dan membuat Aaric yang baru tidur terbangun karena kaget dan menangis kembali.      

"Berani berbuat berani bertanggungjawab,"ucap Viona ketus memberikan kode pada Fernando untuk mengurus Aaric.      

"Tapi babe…"     

"Tak ada tapi, cepat bangun dan timang-timang Aaric."Viona langsung memotong perkataan Fernando dengan suara meninggi.      

Fernando yang sebenarnya masih mengantuk akhirnya telah memiliki pilihan lain selalu menuruti perintah istrinya, dengan hati-hati Ia pun bangun dari ranjang dan meraih Aaric yang menangis karena kaget. Karena sudah banyak belajar pada istrinya, Fernando kini terlihat lebih luwes dalam menimang-nimang bayinya. Meskipun masih sedikit kaku akan tetapi ia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, Aaric yang sudah kenyang ASI dan masih mengantuk akhirnya tidur setelah di gendong sang ayah dalam waktu yang singkat.      

Melihat Aaric kembali tidur Viona lalu memberikan kode pada Fernando untuk menidurkan putranya di ranjang bayi yang ada disebelah ranjang besar, dengan hati-hati Fernando menidurkan putra keduanya itu di ranjang. Ia tak mau membuat anaknya kembali menangis, setelah berjuang selama hampir tiga menit Fernando akhirnya bisa meletakkan Aaric dengan baik di ranjang. Dari ranjang besar Viona tersenyum puas melihat hasil kerja suaminya, ia lalu membelai pipi gembul Abby yang masih menempel di payudaranya. Abby masih sangat rakus menyesap ASI dari sang ibu, terbangun lebih pagi membuat bayi tampan itu lapar.     

Setelah memastikan Aaric benar-benar tidur kembali Fernando lalu bergabung bersama anak pertamanya dan sang istri yang berada diatas ranjang, karena tak mau membuat anaknya kembali menangis Fernando kini hati-hati sekali ketika sudah berada disamping anak dan istrinya. Karena gemas melihat suaminya yang kini sudah berada disampingnya lagi itu Viona lalu meraih hidung mancung Fernando dan mencubitnya dengan keras, beruntung Fernando bisa mengontrol diri. Alhasil tak ada teriakan yang keluar dari bibirnya meskipun cubitan Viona cukup sakit dan meninggalkan bekas merah di hidungnya.      

"Babe, sakit!!!"protes Fernando pelan saat menangkis tangan Viona yang ingin mencubit pipinya lagi.     

"Aku gemas padamu,"jawab Viona enteng.     

"Gemas itu dicium bukan dicubit,"sahut Fernando ketus.     

Viona terkekeh mendengar perkataan suaminya, ia lalu meraih tangan kanan Abby dan menciumnya berkali-kali. Melihat perbuatan sang istri Fernando hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja, namun karena kasihan pada Abby yang merasa terganggu dengan perbuatan ibunya Fernando lalu menghentikan perbuatan Viona.     

"Jangan ganggu anakku ketika sedang makan, nanti dia menangis lagi,"ucap Fernando pelan, menahan tangan Abby yang akan kembali diciumi Viona.     

"Kan aku yang memberi dia makan, jadi tenang saja. Lagipula Abby tak keberatan aku melakukan itu,"sahut Viona ketus.     

"Biarkan Abby makan dengan tenang sayang, jangan diganggu seperti itu. Dia pasti tak nyaman."      

Meskipun kesal pada Fernando namun akhirnya Viona menuruti perkataan suaminya juga, ia lalu membiarkan tangan Abby bergerak bebas dan tak mengganggu putranya kembali.      

"Oh iya tadi kau mau bicara apa?"tanya Viona pelan, ia tiba-tiba teringat dengan perkataan Fernando sebelumnya.      

Fernando yang sedang menatap Abby makan dengan meletakkan dagunya di atas tangan pun langsung menatap Viona. "Akh iya, untung saja kau ingatkan. Aku ingin membahas soal baptis, kapan kita membaptis Abby dab Aaric? Lalu apa kau ada ide mengenai orang tua baptis mereka?"      

"Orang tua baptis?"ucap Viona pelan mengulang perkataan Fernando.     

"Yes, aku ingin anak-anak segera mendapatkan baptis supaya aku tenang. Setidaknya dengan itu mereka akan lebih dekat dengan Tuhan, aku tak mau anak-anakku tumbuh tanpa mengenal Tuhan seperti aku dan Frank dulu,"jawab Fernando jujur.     

"Aku sudah terpikir tentang itu memang, akan tetapi mengenai orang tua baptis kita harus berpikir dengan baik babe. Kita tak bisa asal memilih dan…"     

"Dan apa?"Fernando langsung memotong perkataan Viona.     

"Dan kita harus pertimbangkan perasaan adikmu serta para profesor itu dan istri mereka, kau tahu kan betapa terobsesinya mereka pada Abby dan Aaric. Kita tak boleh asal menunjuk Fernando, aku tak mau membaut mereka sedih."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.