You Are Mine, Viona : The Revenge

Hope



Hope

0Setelah perdebatan sengit di apartemen Andrew akhirnya ketiga profesor itu pun pulang ke rumah masing-masing, mereka masih tak puas dengan apa yang baru saja dibahas. Terutama profesor Frank, ia masih gak terima kalau profesor William dan profesor Dexter lagi-lagi mendapatkan giliran pertama menjenguk si kembar.      

"Aku adalah adik kandung Fernando, seharusnya aku yang memiliki lebih banyak waktu untuk bertemu anak-anak dibanding mereka semua."     

"Tak mungkin kalau aku harus mengalah, aku adalah uncle kandung Abby dan Aaric."     

"Memang gila itu ketiga orang itu, dasar menyebalkan. Tak tahu diri sama sekali."      

"Lihat saja, sesampainya di rumah aku akan menghubungi Fernando lagi dan memintanya untuk merubah jadwal. Aku adalah adik kandungnya satu-satunya, si brengsek itu pasti akan mendengarkan aku."     

Profesor Frank terus saja mengumpat, berbicara sendiri. Ia masih kesal dengan perkataan profesor William dan profesor Dexter, sementara itu dokter Louisa hanya bisa diam melihat suaminya marah-marah. Mereka semua saat ini memang sedang sangat tergila-gila pada si kembar, tak diizinkan memiliki foto mereka oleh Fernando membuat mereka semua hampir gila karena menahan rindu. Pesona Abby dan Aaric sudah melekat kuat dalam memori mereka.      

Dokter Louisa yang sedih karena anaknya meninggal kini menjadi lebih bersemangat menjalani hari-harinya, kehadiran Abby dan Aaric membuatnya lupa akan kesedihannya. Begitu pula dengan Anastasia dan Aurelie, kedua wanita yang bersikukuh untuk segera hamil lagi itu kini tak menuntut suaminya masing-masing untuk lebih rajin bercinta. Mereka justru lebih bersemangat untuk mengunjungi si kembar dan membuat profesor William serta profesor Dexter tenang karena istri mereka tak menuntut untuk cepat hamil kembali, karena memang tak mudah untuk bisa hamil lagi jika dalam kondisi yang belum stabil. Karena itulah mereka berusaha untuk mengulur waktu dan membuat mental mereka kuat lagi, akan tetapi kini kedua profesor itu tak perlu berbuat banyak karena Abby dan Aaric sudah membuat istri-istri mereka lebih tenang sekarang.      

Setelah berkendara cukup lama mobil yang dikendarai profesor Frank pun tiba di area parkir bawah tanah apartemennya, dokter Louisa pun turun bersama suaminya dan berjalan menuju lift yang ada di basement. Sesampainya di kamar dokter Louisa langsung meletakkan barang bawaannya diatas sofa dan pergi menuju kamar mandi, ia ingin berendam menggunakan bath salt dari salah satu produsen sabun mandi terbaik asal Perancis sore ini.      

Suara musik klasik pun terdengar jelas di kamar mandi saat dokter Louisa mulai berendam di bathtub, gelembung-gelembung air hangat yang muncul dari bagian bawah bathtub memberikan sensasi tersendiri dan membuatnya nyaman sehingga tak menyadari keberadaan suaminya yang juga sudah berada di kamar mandi. Profesor Frank sudah melepas semua pakaiannya, tubuh kekarnya terlihat jelas dari pantulan kaca besar yang ada di dalam kamar mandi. Tanpa pikir panjang ia pun masuk kedalam bathtub yang muat untuk dua orang itu dan cukup mengejutkan dokter Louisa yang sontak langsung membuka kedua matanya.      

"Ini aku jangan kaget seperti itu,"ucap profesor Frank lembut.     

"Kau ini, selalu seperti itu. Berjalan tanpa suara dan tiba-tiba sudah ada disini,"sahut dokter Louisa kesal.     

Profesor Frank terkekeh mendengar perkataan istrinya, karena air di dalam bathtub masih jernih alhasil tubuh dokter Louisa terlihat jelas. Kedua payudaranya yang indah pun langsung menggoda profesor Frank.      

Byurr     

Dokter Louisa langsung mencipratkan air ke arah suaminya yang melihat ke arah payudaranya tanpa berkedip.      

"Jangan macam-macam mesum, aku lelah,"ucap dokter Louisa dengan cepat, memberikan penjelasan pada suaminya kalau ia tak bisa bercinta saat ini.      

"Mesum? Mesum pada istri sendiri itu tak masalah, lagipula bukan salahku jika aku langsung horny. Salahkan tubuhmu yang indah itu Lou,"jawab profesor Frank tanpa rasa bersalah dengan tak mengalihkan pandangannya dari kedua payudara indah sang istri yang terlihat sangat menantang di dalam air.     

"Frank please...aku lelah, tadi malam kau sudah membuatku tak tidur. Jangan buat aku begadang lagi malam ini,"pinta dokter Louisa memelas.      

Profesor Frank tersenyum, ia baru teringat kalau tadi malam ia sudah membuat istrinya tak lepas dari tubuhnya. Dengan menyunggingkan senyum, profesor Frank lalu bangun dari tempat duduknya saat ini yang berhadap-hadapan dengan istrinya dan berpindah ke samping istrinya. Ia meraih tubuh dokter Louisa dan ia bimbing untuk berpindah tempat duduk di hadapannya, alhasil saat ini posisi profesor Frank ada dibelakang dokter Louisa. Ia paling senang duduk dalam bathtub dalam posisi seperti ini karena bisa menguasai istrinya secara utuh, kelemahan dokter Louisa adalah dibagian punggung dan tengkuk belakangnya. Karena itulah profesor Frank memilih duduk dalam posisi seperti saat ini, apalagi dari belakang ia juga bisa meraba-raba perut dan dada dokter Louisa yang sudah dapat dipastikan dokter Louisa tak akan bisa menolak diperlakukan seperti itu.      

"Lou…"     

"Hemm?"     

Profesor Frank terdiam beberapa saat, ia masih memainkan air di punggung istrinya. "Kenapa akhir-akhir ini kau tak bersemangat untuk program hamil Lou?"     

Dokter Louisa yang sedang bermain gelembung air langsung mengangkat tangannya dari bagian bawah bathtub yang membuat gelembung. "Tentu saja bersemangat, siapa yang tak ingin hamil lagi memangnya? Setiap wanita pasti ingin hamil dan melahirkan anaknya secara normal Frank."     

"Aku tahu, tapi akhir-akhir ini aku merasa kau sudah sangat tenang. Tak seperti beberapa bulan lalu saat kau baru saja kehilangan anak-anak kita, apa yang terjadi padamu? Kau tak menyerah untuk mendapatkan anak bukan?"tanya profesor Frank serius.      

Dokter Louisa tersenyum, ia lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang suami yang sedang menatapnya tanpa berkedip.      

"Tentu saja aku tak menyerah, aku masih sangat bersemangat sekali untuk mendapatkan anak. Hanya saja setelah berbicara banyak dengan dokter Viona aku merasa lebih tenang sekarang," jawab dokter Louisa lembut.      

"Dokter Viona? Apa hubungannya dengan Viona?"     

"Dokter Viona sudah bicara banyak padaku, dan sebenarnya bukan hanya denganku saja akan tetapi dengan Aurelie dan Anastasia juga. Kami bertiga sudah sharing banyak sekali hal-hal yang masih mengganjal pada dokter Viona, sebagai wanita yang pernah keguguran juga karena ulah Dokter Ammy dua tahun lalu dokter Viona memberikan banyak sekali masukan kepada kami. Salah satunya adalah untuk tetap tenang dan tidak terlalu memikirkan untuk segera bisa hamil kembali, dokter Viona mengatakan bahwa kami harus menikmati semua proses yang sedang terjadi saat ini dan membiarkan semuanya berjalan seperti air tanpa beban. Karena menurut dokter Viona ketika kita sudah terbebani akan suatu hal, maka apa yang akan kita capai itu justru terasa sangat berat. Maka dari itu sekarang aku, Aurelie dan Anastasia akan menjalani semuanya dengan tenang tanpa terlalu memikirkan harus cepat bisa hamil kembali. Aku yakin Tuhan akan memberikan kita anak lagi, begitu pula dengan dokter Cecilia. Dokter Viona sudah banyak sekali memberikan kami semangat, karena itu kini aku bisa seperti ini,"jawab dokter Louisa panjang lebar.      

Mendengar perkataan istrinya profesor Frank tersenyum, ia lalu memeluk dokter Louisa dengan erat. "Kita pasti akan segera diberikan kepercayaan lagi Lou, percaya dan yakinlah."      

"Iya Frank, aku yakin. Tuhan pasti akan memberikan kita malaikat-malaikat kecil lagi seperti Tuan Fernando dan dokter Viona yang memilikinya Abby dan Aaric,"ucap dokter Louisa penuh harap.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.