You Are Mine, Viona : The Revenge

So in love



So in love

0Saat ketujuh orang itu masih menatap lift yang mati datanglah Justin bersama beberapa anak buah Fernando, ia yang sudah ia tahu apa yang dilakukan Fernando dan Viona saat ini sangat terkejut ketika melihat orang-orang itu berdiri tanpa suara di depan lift. Justin yang awalnya ingin kembali ke mobil langsung ditahan oleh profesor Dexter yang melihat kedatangannya.     

"Aku baru datang, mana mungkin aku tahu apa yang Tuan dan Nyonya lakukan saat ini di atas. Bukankah kalian yang satu gedung, kenapa bertanya padaku yang baru tiba ini?" Justin yang cerdas mengembalikan pertanyaan dari profesor Dexter.      

"Akh kau ini, kau sama seperti Harry yang sok bodoh itu. Kalian berdua sama-sama pandai sekali menyimpan rahasia Fernando."celetuk profesor Frank dengan ketus. "Aku yakin kalian pasti tahu kan apa yang sedang si brengsek itu lakukan saat ini,"ucapnya lagi penuh tuduhan.      

Justin menghela nafas panjang. "Baiklah aku akan menghubungi Harry, aku akan tanya dia untuk membuktikan aku tak tahu apa-apa." Perlahan ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku bajunya dan terlihat sibuk mencari nama Harry di daftar teleponnya.      

"Kenapa kau mematikan akses lift? Aku ada dibawah." Justin langsung memberikan pertanyaan pada Harry saat sudah berhasil tersambung dengan rekan kerjanya itu.      

Dari lantai paling atas Harry menjawab dengan suara keras. "Tuan ingin nyonya istirahat, ini kebijaksanaan Tuan. Lift hanya akan dinyalakan beberapa jam saja mulai saat ini supaya nyonya bisa istirahat dengan maksimal, supaya bisa lekas pulang bersama para Tuan muda kecil."     

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu. Aku akan kembali ke kantor lagi saja, nanti aku akan memberikan pesan pada Tuan. Bye."      

"Bye, selamat bekerja Tuan Justin yang terhormat hahaha."Suara Harry terdengar penuh ejek pada Justin saat menutup panggilan sang rekan kerja.      

Justin hanya tersenyum simpul mendengar ejekan dari Harry, pasalnya selama Fernando di rumah sakit maka ia lah yang akan menggantikan Fernando dan Harry yang tak sepandai Justin mendapatkan kebebasannya bisa bersama sang tuan sepanjang hari tanpa harus bekerja keras seperti Justin. Karena itulah ia menggoda rekan kerjanya itu dengan sangat puas.      

"Kalian dengarkan? Tuan hanya ingin nyonya istirahat, lagipula seharusnya kalian tahu apa yang dibutuhkan seorang wanita yang melahirkan secara cecar. Kenapa masih bertanya lagi? Aneh,"cibir Justin pada semua orang yang ada di hadapannya sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya kembali.      

Profesor William yang tidak puas dengan perkataan hari pun mencoba menghubungi Fernando sendiri, ia yakin sekali ada sesuatu yang sedang dikerjakan oleh Fernando seorang diri. Karena itu ia coba bertanya langsung kepada Fernando, bilangnya tak berjalan sama sekali.      

Melihat Profesor William mulai jengkel Justin tersenyum, ia kemudian melingkarkan tangannya di pundak sang profesor.      

"Aku rasa Harry benar Prof, nyonya masih membutuhkan banyak istirahat belum lagi ditambah dengan para Tuan muda kecil yang membutuhkan perhatian ekstra. Aku yakin saat ini Tuan pasti lebih memprioritaskan mereka dari apapun yang terjadi, jadi kita lebih baik jangan mengganggunya. Karena kalian tahu kan apa yang akan dilakukan oleh Tuan jika kalian berani mengganggu Nyonya dan kedua tuan muda kecil,"bisik Justin pelan pada sahabat terbaik tuannya itu.      

Dokter Louisa yang sejak tadi diam dan menahan rasa rindunya ingin bertemu si kembar pun mendekati Justin. "Kami tidak mengganggu mereka Justin, kami hanya melihat si kecil saja dari balik kaca itu pun dengan sangat tenang dan tak membuat kegaduhan. Kami hanya menatapnya dari jauh dan tidak terlalu mengganggu dokter Viona juga, dokter Viona masih ada di dalam ruang perawatannya bersama kedua adiknya dengan tenang walau sesekali beliau bergabung dengan si kembar di ruang NICU. Jadi kalau kau sebut kami mengganggu mereka itu rasanya sangat tidak mungkin, karena yang kami lakukan benar-benar sangat tertib di sana bahkan sebelum kami melangkah masuk ke ruangan itu Harry sudah berdiri di depan lift menyita ponsel kami semua,"ujarnya panjang lebar berupaya memberikan penjelasan pada salah satu asisten kakak iparnya itu.      

"Iya Justin, kami tak membuat keributan disana. Kami sangat tenang dan tertib." Aurelie pun ikut bicara menambahkan perkataan dokter Louisa, ia sudah jatuh cinta sekali pada si kembar dan merasa gelisah hari ini belum melihat mereka.      

"Kalau kalian tak mengganggu mereka berarti kalian mengganggu Tuan, hanya itu kemungkinan terakhir yang paling besar saat ini,"sahut Justin singkat tanpa rasa bersalah.      

Perkataan Justin pun langsung membuat semua orang yang berdiri di hadapannya diam, tak ada lagi yang membuka mulutnya. Bahkan profesor Frank yang sejak tadi paling emosi pun mendadak diam, Justin yang tak tahu apa-apa hanya asal bicara. Walaupun sebenarnya ia sendiri sudah menebak kalau orang-orang yang ada di hadapannya ini sudah membuat tuannya kesal.     

"Ya sudah kalau begitu saya permisi, saya harus kembali ke kantor. Masih banyak pekerjaan yang saya urus, saya tak mau membuat Tuan kecewa."     

Dengan sangat sopan Justin berpamitan pada orang-orang yang ada di depannya, ia pun kemudian berjalan dengan penuh wibawa menuju ke arah pintu keluar diikuti para bodyguard Fernando yang mengawalnya. Ketika berjalan menuju pintu keluar senyum Justin tersungging lebar, saat ia mengingat apa yang sebelumnya ia lakukan dengan Harry ketika akan menghubunginya beberapa saat yang lalu. Justin terlebih dahulu mengirimkan pesan singkat kepada hari yang berupa tulisan 'sos' sebagai kode kalau ia membutuhkan bantuan rekan kerjanya itu dan Harry yang sudah mengerti dengan kode dari Justin pun langsung berakting seolah tidak tahu apa-apa, karena ia yakin Justin sedang berada di antara orang-orang yang sebelumnya sudah diusir sang Tuan. Karenanya Harry berbicara seperti tadi, ia tak mungkin mengatakan hal yang sejujurnya pada mereka semua karena tak mau merusak momen bahagia sang tuan dan nyonya yang sedang menikmati waktu intimnya bersama anak-anak mereka.      

Profesor Frank menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia benar-benar kesal pada Fernando saat ini yang sudah melarangnya melihat kedua keponakan tampannya. Meskipun ia sangat kesal pada Fernando akan tetapi ia sangat menyukai kedua anaknya, kedua bayi Fernando seperti narkoba baginya. Membuatnya ketagihan dan kegundahan yang sangat besar seperti saat ini ketika tak melihat mereka dan apa yang sedang profesor Frank rasakan juga dirasakan oleh yang lain juga. Para calon orang tuan yang sudah kehilangan bayinya itu benar-benar sudah sangat jatuh cinta pada si kembar, bahkan dokter Cecilia yang belum hamil pun juga sama. Ia benar-benar menyukai kedua anak Viona.      

"Si brengsek itu tak tahu bagaimana rasanya menahan rindu seperti ini, jadi dia enteng sekali mengusir kita...arrgghh Fernando bajingan!!!" umpat profesor Frank kesal, ia benar-benar ingin melihat kedua keponakan tampannya saat ini.      

"A-apa perlu kita melakukan apa yang diminta olehnya tadi? Rasanya tak sulit kalau kita memujinya, lagipula Abby dan Aaric memang tampan sekali dan ketampanannya itu memang diwariskan oleh Tuan Fernando kan sebagai ayah kandungnya? Jadi rasanya tak sulit kalau kita memujinya." Dokter Cecilia bicara lirih tanpa sadar, entah bagaimana ia bisa bicara seperti itu. Rasa rindunya pada si kembar membuatnya tak sadar sudah berbicara tak jelas.      

Bersambung     

Note :      

Jangan lupa dengan giveaway yang Thor adakan ya kakak-kakak, vote terus You Are Mine, Viona! Versi bahasa Inggris.      

Hadiah pulsa / ovo/ gopay  senilai 100.000 akan ada untuk tiga orang pemenang tiap Minggu saat PS You Are Mine, Viona mencapai 1000, belum juga akan ada tambahan hadiah berupa buku volume pertama dari The alchemist milik kak Vina atau yang lebih terkenal dengan nama pena Missrealitybites.     

So jangan sampai ketinggalan event ini ya kakak-kakak      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.