You Are Mine, Viona : The Revenge

Our Pride



Our Pride

0Sudah dua hari Viona dan kedua anak kembarnya dirumah sakit dan selama itupula tak ada satupun staff rumah Sakit Global Bros yang menyadari keberadaan mereka di rumah sakit, selain Fernando tak mengijinkan satupun mobilnya ada dirumah sakit ia juga menutup akses menuju ruangan paling atas di rumah sakitnya itu. Justin dan Harry pun menjadi lebih sibuk, selain haru mengurus pekerjaan mereka juga harus kembali ke rumah sakit untuk membawakan perlengkapan yang Fernando dan Viona butuhkan serta mengantar jemput Jenny dan Amina.     

"Apakah semua manusia sekecil ini saat terlahir kedunia Prof?" Fernando bertanya pertanyaan yang tak masuk akal pada profesor Erick untuk yang kesekian kalinya saat sang profesor memeriksa kondisi kedua bayi kembarnya yang masih ada didalam inkubator.     

"Tentu saja, memang kau kira sebesar apa babe." Viona yang sedang latihan jalan menjawab dengan cepat pertanyaan dari sang suami.     

Fernando yang menunggu jawaban dari profesor Erick langsung menoleh ke arah sang istri yang sedang dibantu berjalan oleh Jenny dengan tatapan tak suka. "Aku bertanya pada Profesor Erick, jangan menyela pembicaraanku babe."     

"Apa bedanya jika aku yang menjawab? Aku juga dokter sama seperti Profesor Erick."Viona menjawab dengan cepat, ia merasa gemas dengan sang suami yang berubah menjadi sangat cerewet selama dua hari terakhir ini.     

"Beda, Profesor Erick adalah dokter khusus kandungan dan bayi. Sementara kau adalah dokter bedah yang sangat sadis dan tanpa belas kasih mengiris-iris tubuh manusia,"jawab Fernando ketus.      

Mendengar perkataan Fernando membuat Viona menghentikan langkah kakinya, ia langsung menatap sang suami yang sedang berdiri disamping inkubator melihat profesor Erick mengurus si kembar.     

"Awas saja kau ya, tunggu aku sembuh,"ucap Viona dingin mengancam sang suami. "Akan kutunjukkan apa itu sadis dan tanpa belas kasih yang sesungguhnya."     

Fernando pura-pura tak mendengar perkatan sang istri, ia memilih untuk kembali fokus melihat anak-anaknya yang sedang mengeliat-liat di dalam inkubator yang hangat. Fernando menjadi lebih banyak tersenyum selama dua hari ini, ia tak bosan melihat kedua anak-anaknya yang berada dalam inkubator. Setelah profesor Erick selesai melakukan tugasnya ia lalu mengajak Fernando dan Viona keluar dari ruangan NICU tempat sikembar berada, meskipun kedua anak Fernando baik-baik saja tetap saja mereka mendapat perawatan intensif di ruangan khusus bayi itu demi kebaikan kedua bayi tampan itu. Viona yang sebenarnya belum puas melihat anaknya pun terpaksa mengikuti perintah sang profesor, dengan hati-hati ia berjalan keluar dari ruangan NICU bersama Jenny menuju ruangannya sendiri yang berada tepat disamping ruangan NICU Abby dan Aaric. Ruangannya dan ruangan sang anak hanya dipisahkan menggunakan kaca tembus pandang saja, sehingga ia bisa melihat kondisi sang anak dari dalam ruangannya sendiri.     

"Lima hari lagi ya sayang, setelah itu kita bisa pulang." Fernando begumam lirih didepan ruangan NICU khusus itu sambil menempelkan kedua tangannya di kaca, ia menjadi sangat posesif sekali pada kedua anaknya itu. Bahkan tiap ada suster yang datang memeriksa kedua anaknya ia harus ikut masuk, padahal sebenarnya kehadirannya tak dibutuhkan didalam ruangan itu. Namun Fernando tetaplah Fernando, dia dengan segala sifat ajaibnya yang tak mudah dimengerti orang itu tetap bersikeras memaksa ikut masuk. Ia harus memastikan anak-anaknya mendapatkan perawatan yang sempurna, karenanya ia harus melihat apapun yang dilakukan para suster itu kepada anak-anaknya.     

Profesor Erick yang sangat mengerti dengan perasaan Fernando saat ini hanya bisa tersenyum, ia tak mau mengganggu kesenangan Fernando. Begitu juga dengan Viona, meskipun ia sangat ingin sekali melihat anak-anaknya namun ia lebih memilih untuk mengalah pada Fernando saat ini. Viona mengikuti instruksi profesor Erick untuk lebih fokus pada kesembuhannya, pasalnya luka bekas operasi cecar tak akan cepat sembuh seperti luka jahitan pada vagina saat melahirkan secara normal. Selain harus lebih banyak istirahat ia juga perlu banyak berjalan supaya sirkulasi darahnya berjalan dengan baik.     

"Kak, ada yang ingin aku bicarakan,"ucap Jenny pelan sesaat setelah membantu Viona berbaring di ranjang.     

"Bicaralah, kau ini seperti dengan siapa saja,"jawab Viona lembut.     

"Tadi saat aku dibasement aku melihat dokter Louisa menangis, aku sebenarnya tak tahu apa yang menyebabkan dia menangis. Yang jelas tadi aku sempat berpapasan dengan sepasang suami istri yang sepertinya akan ke dokter kandungan, soalnya si waniat nampak sedang hamil. Mungkin sekitar lima tau enam bulan lah."Jenny mengakhiri ceritanya dengan suara yang sedikit sedih, ia merasa kasihan pada dokter Louisa. Meskipun tak akrab tapi ia sempat bertemu beberpaa kali dengan adik ipar sang kakak itu tahun lalu saat Viona hamil anak pertamanya.     

Viona diam, ia mencerna kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Jenny. Ia tak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, apalagi dalam kondisinya yang sedang tak memungkinkan untuk banyak beraktifitas ini. Akan tetapi saat mendengar perkataan sang adik Viona yakin kalau sesuatu yang buruk pasti terjadi pada adik iparnya itu, meskipun usianya terpaut dua tahun lebih muda dari dokter Louisa namun Viona tetaplah kakak ipar bagi dokter Louisa.     

"Terima kasih informasinya Jenny, aku akan memberitahu hal ini pada Fernando. Aku rasa dia harus tahu supaya ia bisa memberitahukan hal ini pada Frank, suami dokter Louisa,"ucap Viona lembut sambil tersenyum pada Jenny yang sedang menunduk, Jenny terlihat sangat gugup setelah menceritakan apa yang ia lihat beberapa saat yang lalu pada sang kakak itu. Ia takut berbuat salah karena sudah menceritakan apa yang sudah ia lihat pada sang kakak.     

Jenny menggigit bibir bawahnya dengan kuat. "Kakak ipar tak marah kan kalau aku bicara seperti ini padamu kak?"tanyanya lirih.     

"Untuk apa Fernando marah padamu sayang, tak ada kesalahan yang kau buat. Jadi kau tak usah khawatir."Viona menjawab lembut pertanyaan sang adik, tangannya meraba bibir Jenny. Ia meminta Jenny untuk menghentikan tindakannya itu, salah satu ciri khas Jenny saat sedang gugup atau takut adalah menggigit bibirnya sendiri. Meskipun sudah lepas dari obat-obatan terlarang namun Jenny masih menyisakan sedikit kebiasaan jeleknya saat masih tergantung pada obat-obatan terlarang itu, maka dari itu Viona langsung mengambil tindakan cepat, ia tak mau sang adik melukai dirinya sendiri.     

"Aku akan membelamu kalau Fernando marah, tapi aku yakin ia pasti tak akan marah. Perlu kau Fernando itu sangat menyayangi Frank adiknya maka dari itu informasi darimu ini pasti akan sangat berguna, apalagi Frank sangat mencintai dokter Louisa saat ini. Kalau terjadi hal buruk pada dokter Louisa aku yakin Frank pasti tak akan diam saja,"ucap Viona kembali menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Jenny menghela nafas panjang mendengar perkataan sang kakak, ia terlihat sangat lega saat ini. Rasa takutnya pun hilang saat Viona berkata seperti itu, karena jam makan siang sudah tiba Jenny pun menyiapkan makanan yang harus Viona makan. Ia meninggalkan Viona diatas ranjang sendiri dan pergi ke meja untuk menyiapkan makanan yang harus Viona makan. Melihat Viona sendirian di ranjang Fernando berjalan mendekatinya dan duduk dikursi yang ada disebelah ranjang, Fernando meraih tangan Viona dan menciumnya dengan penuh cinta.     

"Sepertinya sudah waktunya orang-orang terdekatmu tahu tentang Abby dan Aaric babe,"ucap Viona pelan.     

Fernando yang sedang menunduk, menikmati kelembutan tangan Viona langsung mengangkat wajahnya menatap Viona. "Apa maksudmu? Kau ingin semua orang tahu kalau kau sudah melahirkan?"     

"Iya, aku rasa mereka harus tahu kabar bahagia ini. setidaknya dengan melihat Abby dan Aaric akan sedikit mengobati kesedihan hati mereka." Viona memberikan alasan yang semasuk akal mungkin pada Fernando agar mau memberitahukan keberadaan anak-anak mereka pada orang-orang terdekatnya.     

"Apakah tak sebaliknya? Apakah mereka mampu menerima keberadaan anak-anak kita disaat mereka belum mendapatkan pengganti atas anak-anak babe,"tanya Fernando pelan, raut kesedihan terlihat jelas diwajahnya.     

Viona meraih wajah Fernando dan tersenyum lebar, ia tahu kegundahan dan ketakutan Fernando saat ini. Viona tahu Fernando tak mau membuat adik dan sahabatnya sedih saat mereka melihat ia sudah memiliki anak.     

"Percaya padaku, mereka pasti akan sangat bahagia sekali saat melihat Abby dan Aaric."     

Bersambung     

 Note:     

Give away You Are Mine, Viona versi bahasa Inggris     

Hadiah per minggu:     

3 pulsa masing-masing Rp 100.000 utk 3 orang pemenang     

2 buah buku cetak The Alchemist Vol 1 untuk 2 orang pemenang     

*buku cetak The Alchemists: Cinta Abadi, volume 1, terdiri dari 2 buku masing-masing tebalnya 500 halaman, dengan nilai seharga Rp 150.000     

Cara ikut Give away ini hanya dengan mengirim power stone ( vote ) ke novel Thor yang berjudul You Are Mine, Viona ...event ini untuk perminggu selama satu bulan, undian akan dimulai saat Viona ( bahasa Inggris ) mendapatkan power stone 1000 ya kakak-kakak, jadi jangan vote ke Viona bahasa Indonesia....     

semangat     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.