You Are Mine, Viona : The Revenge

Lelah yang tak terlihat



Lelah yang tak terlihat

0Kalau yang bertanya seperti itu adalah orang lain mungkin Justin akan melayangkan pukulannya, namun karena yang bicara kalimat aneh itu adalah Fernando sang tuan ia hanya bisa diam sambil menghela nafas panjang.     

"Dua adik nyonya itu adalah wanita Tuan, tak ada hal yang perlu anda khawatirkan,"jawab Justin pelan dengan nada rendah.     

"Tetap saja, mereka adalah orang lain. Aku suaminya, aku yang berhak atas diri Viona." Fernando menjawab ketus perkataan Justin.      

"Sabar Tuan, anda tahu kan kalau Jenny dan Amina sangat dekat dengan Nyonya. Mereka juga sudah lama sekali tidak bertemu dengannya, jadi untuk malam ini biarkan mereka melepas rindu. Biarkan mereka menikmati kebersamaan malam ini Tuan, memangnya anda tega membangunkan Nyonya untuk memintanya pindah atau mengusir kedua adiknya itu? Apa anda siap menerima kemarahan Nyonya jika hal anda mengusir Jenny dan Amina yang sudah pulas tidur seperti itu?"tanya Justin kembali.      

Wajah Fernando yang tadinya penuh kemarahan perlahan melembut saat mendengar perkataan Justin, tak lama kemudian ia menutup kedua matanya sambil memegangi dadanya. Fernando sedang berusaha untuk menenangkan diri agar tenang, perlahan ia membuka kedua matanya dan berjalan mendekati ranjang tempat dimana Viona tidur bersama kedua adiknya. Pada awalnya Justin ingin melarang Fernando namun Teddy menghentikan langkahnya, sang kepala pelayan itu menggelengkan kepalanya perlahan pada Justin sebagai kode agar Justin tak mengganggu Fernando.      

"Tenanglah, Tuan tak mungkin macam-macam,"bisik Teddy lirih saat Justin berontak.      

"Tapi aku tahu kan tadi Tuan bilang apa, bagaimana kalau Tuan sampai…"     

Justin tak melanjutkan perkataannya saat melihat Fernando yang sedang menyelimuti tubuh istrinya yang sedang diapit Jenny dan Amina yang sudah tertidur pulas.     

"Benarkan apa aku bilang?"bisik Teddy kembali.     

"Iya kau benar Teddy, ternyata Tuan masih sedikit waras,"jawab Teddy pelan tanpa sadar sambil terus menatap Fernando yang kini berjalan mendekat ke arah mereka.      

Teddy hanya tersenyum mendengar perkataan Justin, ia kemudian meraih tangan Fernando dan mengajaknya keluar dari kamar. Harry dan Justin pun mengikuti langkah Teddy yang membimbing Fernando keluar dari kamar menuju ke lantai satu setengah menutup pintu dengan hati-hati supaya tak membuat suara yang akan mengganggu istirahat sang nyonya.      

Setelah berhasil membuat Fernando duduk di ruang keluarga, Teddy kemudian berjalan dengan cepat menuju mini bar untuk membuat minuman favorit sang tuan. Sementara itu Justin dan Harry hanya bisa diam tanpa suara di samping Fernando yang menatap kosong ke arah dinding putih dihadapannya.     

"Silahkan dinikmati Tuan,"ucap Teddy sopan saat sudah kembali lagi ke ruang keluarga dengan membawa segelas minuman hasil racikannya yang disukai oleh Fernando.      

"Terima kasih Teddy,"jawab Fernando lirih tanpa menoleh ke arah sang kepala pelayan      

"Dengan senang hati Tuan," jawab Teddy singkat sambil menundukkan kepalanya.      

Begitu mencium aroma minuman favoritnya, Fernando lalu meraih gelas yang ada di meja dan langsung menenggaknya habis dalam sekali tegukan yang mana membuat Justin dan Harry kaget. Pasalnya mereka tahu minuman yang dibuat Teddy adalah minuman keras yang memiliki kandungan alkohol cukup tinggi dan tak bisa langsung diminum dengan cepat seperti itu.      

"Aarggghhh pahit, tapi kenapa aku menikmatinya haha...kau semakin pandai meracik minuman Teddy. Tak sia-sia aku merekrutmu secara eksklusif waktu itu saat kita bertemu pertama kali di kapal pesiar,"ucap Fernando keras setelah meletakkan gelas kosongnya begitu saja diatas meja.      

"Kalau anda mau lagi, saya bisa membuatkannya lebih banyak Tuan,"jawab Teddy dengan cepat menawarkan diri pada Fernando untuk membuatkan minuman favoritnya kembali.     

"Oh tentu saja, aku tak mungkin menolaknya Teddy. Kalau begitu ayo, jangan sia-siakan waktu. Kau bartendernya malam ini Teddy."Fernando menyahut dengan cepat perkataan Teddy penuh semangat, ia pun bangun dari sofa dan berjalan terhuyung menuju ke mini bar minilknya yang ada di dekat pantry.      

Meskipun baru minum satu gelas akan tetapi Fernando sudah tak bisa berjalan tegap, hal ini karena ia sudah lama sekali tak minum. Sehingga ketika hanya minum sedikit ia sudah langsung mabuk, Justin dan Harry yang khawatir berusaha melarang Teddy. Mereka berdua berbisik-bisik mencoba bicara pada Teddy agar tak melakukan permintaan Fernando, namun Teddy hanya tersenyum saat mendengar perkataan dua pemuda tampan itu. Ia justru penuh semangat berjalan menuju meja bar untuk membuatkan minuman favorit Fernando, akhirnya Justin dan Harry pun hanya bisa pasrah ketika melihat Teddy memberikan minuman yang sama kepada Fernando.      

Teddy yang sengaja membuatkan minuman untuk sang tuan terlihat tersenyum puas, ketika melihat tuannya langsung menghabiskan minuman buatannya setiap kali ia meletakkan gelas baru. Ia sengaja membuat Fernando mabuk agar bisa tidur dengan nyaman, karena Teddy yakin Fernando tak akan bisa tidur jika tak dibuat mabuk seperti ini terlebih dahulu.      

Akhirnya setelah tiga puluh menit Fernando meminum minuman racikan Teddy, ia pun terkapar. Fernando tergeletak diatas meja bar dengan mata terpejam.     

"Bagaimana mungkin Tuan bisa langsung K.O seperti ini?"ucap Harry tak percaya saat menyadari kalau Fernando benar-benar sudah tidur.      

"I-iya, bukankah Tuan adalah peminum yang hebat. Tapi ini kenapa dia…"     

"Tuan lelah Justin, ia sangat lelah. Bukan hanya karena pekerjaan fisik, akan tetapi karena banyaknya beban pikiran yang selama ini berkutat di kepalanya. Dari luar Tuan mungkin terlihat kuat, tapi tidak dengan psikisnya. Lebih baik sekarang kita bawa tuan ke kamar tamu, biarkan malam ini Tuan tidur dikamar tamu. Semoga saja besok pagi ketika ia bangun semuanya sudah jauh lebih baik,"sahut Teddy dengan cepat memotong perkataan Justin.      

Mendengar perkataan Teddy membuat Justin dan Harry terdiam beberapa saat, mereka tak menyangka ternyata Teddy memiliki niat baik dibalik tujuannya membuat Fernando mabuk. Memang selama beberapa bulan terakhir ini tuanya itu sangat sibuk dengan semua pekerjaan yang harus dia kerjakan, apalagi ditambah dengan kejadian hari ini di mana ia harus kehilangan perusahaan yang sudah ia buat sepenuh hati sejak dua tahun yang lalu untuk anaknya.      

Tak lama kemudian Justin dan Harry pun memapah tubuh Fernando menuju ke kamar tamu yang ada di dekat lift, dimana Teddy sudah sampai terlebih dahulu di kamar itu dan merapikan tempat tidur untuk Fernando gunakan tidur malam ini. Karena tubuh Fernando yang besar, Justin dan Harry sempat mengalami kesulitan namun karena mereka berdua bisa bekerjasama dengan baik akhirnya Fernando bisa dibaringkan dengan nyaman di tempat tidur.      

"Dengan begini Tuan akan bisa istirahat dengan baik tanpa mengganggu istirahat nyonya dan kedua adiknya itu,"ucap Teddy pelan setelah merapikan selimut yang menutupi tubuh sang tuan.     

Dengan tersenyum Justin berkata, "Iya, sepertinya Tuan memang butuh istirahat. Terima kasih Teddy, kau malam ini pahlawan kami semua."      

"Ya sudahlah kalau begitu lebih baik kita tinggalkan Tuan Fernando dengan nyaman, kalian berdua juga lebih baik segera tidur,"sahut Teddy dengan cepat sambil menepuk pundak Justin dan Harry secara bersamaan.      

"Iya sepertinya disuruh tulangku sudah tidak pada posisinya lagi, hari ini benar-benar sangat melelahkan," jawab Harry pelan sambil memegang leher belakangnya dan memijatnya secara perlahan.      

Teddy hanya tersenyum mendengar perkataan Harry, mereka bertiga akhirnya pergi meninggalkan Fernando yang sudah tertidur pulas di kamar tamu. Saat Justin dan Harry turun ke basement untuk pergi ke kamarnya tedi memilih mengambil sleeping bed yang ada di kamarnya ia memilih untuk tidur di depan kamar tamu. Berjaga jika tuannya membutuhkan bantuan.      

Sementara itu di rumah sakit Global Bros, Profesor William dan Profesor Dexter belum kembali ke rumahnya masing-masing karena harus mengerjakan beberapa pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Begitu pula dengan Profesor Frank yang masih duduk di ruangannya menatap laporan para dokter yang diberikan kepadanya tadi sore, sebenarnya bukan itu yang membuat Profesor Frank tak pulang. Perkataan Fernando saat menutup teleponnya tadi membuatnya terus berpikir dengan keras, berbagai asumsi pun berlalu-lalang di dalam pikirannya.      

"Kenapa tadi Viona muntah? Apakah dia sedang sakit? apakah ini penyebab utama Fernando melarang Viona bekerja lagi di rumah sakit atau…"     

Deg     

"Jangan-jangan Viona sedang hamil."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.