You Are Mine, Viona : The Revenge

Penyejuk keluarga



Penyejuk keluarga

0Fernando hanya bisa menahan amarahnya saat melihat kedua anaknya yang sudah beranjak dewasa itu saat ini justru sedang bermanja-manja dengan Viona di atas ranjang, tempat biasa ia memadu kasih dengan istrinya itu.     

"Bukankah kalian masih menikmati desert kesukaan kalian itu, lalu kenapa datang ke kamar Daddy?"tanya Fernando pelan mencoba untuk tetap sabar.      

"Kami sudah menghabiskannya Dad, maka dari itu kami kemari, lagi pula kamar ini bukan hanya kamar Daddy saja. Ini kan kamar Mommy juga, jadi tak salah kan kalau kami kemari," jawab Abby dengan cepat.     

"Iya benar Daddy, kami sudah lama tak tidur bersama Mommy seperti ini,"imbuh Aaric ikut bicara.     

Kedua alis Fernando terangkat mendengar perkataan Aaric. "Tidur bersama Mommy?  Kalian sudah dewasa dan sebentar lagi akan masuk ke bangku perkuliahan mana mungkin ada seorang anak yang sudah hampir kuliah masih bermanja-manja seperti itu kepada ibunya, memang kalian tidak malu pada teman-teman kalian kalau misalkan mereka tahu kalian masih seperti ini?"     

Abby dan Aaric yang sedang mengapit ibunya terlihat saling pandang beberapa saat dan berkata, "Kenapa harus malu? Lagipula kami bermanja-manja dengan mommy sendiri bukan mommy orang lain."     

Mendengar jawaban kedua anak kembarnya membuat Fernando kehabisan kata-kata, ia bahkan sampai terlihat memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Fernando tak menyangka akan menghadapi kedua anaknya yang sangat keras kepala itu, sementara Viona hanya tersenyum melihat suaminya berdebat dengan kedua putra kesayangannya. Ia justru menjadi satu-satunya orang yang menikmati perdebatan sengit suami dan kedua anaknya, menjadi wanita paling cantik di keluarga kecil mereka membuat Viona merasa sangat spesial ketika ia diperebutkan seperti itu kalau orang-orang terkasihnya. Maka dari itu Viona membiarkan kedua anaknya melawan sang ayah demi untuk bisa berdekatan dengannya.      

Karena tak mau membuat emosinya semakin naik Fernando kemudian memutuskan untuk menyudahi pertengkarannya dengan kedua anaknya, ia memilih untuk memeriksa pekerjaannya kembali meskipun hari libur. Semenjak Justin dan Harry menikah Fernando jarang sekali memanggil kedua asistennya itu untuk datang setiap akhir pekan seperti hari ini, ia tak mau mengganggu kebahagiaan keluarga kecil kedua asistennya yang baru saja diberikan bayi. Karenanya di rumah setiap kalah berdebat dengan kedua anaknya Fernando selalu pergi ke ruang kerjanya sendiri.      

"Dasar anak nakal, kalian berdua kenapa senang sekali membuat Daddy marah seperti itu hmmm...awas saja kalau Daddy sampai memotong uang jajan kalian ya,"ucap Viona pelan sambil menepuk bokong kedua anaknya secara bergantian.     

"Mana mungkin Daddy tega melakukan itu Mom,"sahut Aaric tiba-tiba dengan panik.     

"Iya Mom, Daddy pasti tak mungkin melakukan hal seperti itu. Lagipula jika Daddy sampai memotong uang jajan kami masih ada Mommy kan,"imbuh Abby tanpa rasa bersalah.      

Viona menggigit bibir bawahnya perlahan untuk menahan tawa. "Dengarkan Mommy baik-baik sayang, meskipun Mommy punya uang dari gaji Mommy bekerja di rumah sakit sebagai dokter. Akan tetapi Daddy lah yang mempunyai hak untuk memberikan uang jajan kepada kalian, jadi Mommy tidak bisa memberikan apapun tanpa seijin Daddy kalian. Jadi kalian jangan seperti itu lagi sayang, bagaimana kalau misalkan Daddy sampai marah dan uang jajan kalian dipotong. Yang rugi siapa? Kalian sendiri bukan. Jadi jangan menggoda Daddy berlebihan seperti itu terus-menerus sayang, kalian tak tahu kan bagaimana mood Daddy."     

Mendengar perkataan sang ibu membuat si kembar terdiam, mereka berdua bahkan langsung duduk dengan tegak sambil menundukkan kepalanya. Viona sengaja bicara seperti itu supaya menyadarkan kedua anaknya untuk tetap menghormati sang ayah meskipun mereka sedang bergurau, Viona ingin membuat kedua anaknya itu tidak melewati batasannya dalam menggoda sang ayah. Karena ia tahu dengan sangat baik bagaimana seorang Fernando, maka dari itu Viona mencoba menjadi rem bagi kedua anaknya agar tetap tahu batasan-batasan yang harus mereka lakukan.      

"Kami tak bermaksud ingin kurang ajar kepada Daddy, kami hanya…"     

"Hanya apa?"Viona langsung memotong perkataan Aaric dengan cepat.      

Abby yang duduk disebelah kanan Viona langsung mengangkat wajahnya dan menatap ibunya tanpa berkedip. "Kami ingin mengamankan Mommy dari Daddy, kami sudah dewasa Mom. Kami tak mau punya adik lagi."      

"Apa?! Jadi kalian sengaja berbuat seperti itu karena takut punya adik?"tanya Viona tak percaya.      

Abby dan Aaric menganggukkan kepalanya secara perlahan dengan kompak, keduanya bahkan menatap Viona dengan tatapan sendu. Viona yang awalnya ingin tertawa karena mendengar perkataan kedua anak kembarnya itu pun menahan diri sekuat tenaga agar tidak tertawa, ia tahu kalau kedua anaknya itu sedang sangat serius saat ini. Dengan penuh kasih Viona memberikan ciuman di kening kedua putranya secara bergantian.      

"Kalau memang kami ingin memberikan kalian berdua adik, tentunya hal itu sudah kami lakukan sejak bertahun-tahun yang lalu sejak kalian masih kecil. Tapi buktinya hal itu tidak terjadi bukan? Daddy dan Mommy sudah sepakat hanya ingin memiliki kalian berdua saja, kami ingin memberikan yang terbaik untuk kalian berdua. Jadi hilangkan pikiran konyol itu, lagipula Mommy sudah tua untuk hamil dan melahirkan lagi,"ucap Viona lembut.      

Grab     

Abby tiba-tiba langsung memeluk ibunya dengan erat. "Tidak, Mommy belum tua. Mommy masih muda dan cantik,"ucapnya dengan suara bergetar.     

"Iya Mom, jangan bicara seperti itu. Mommy masih muda dan cantik,"imbuh Aaric tak mau kalah, ia juga ikut memeluk ibunya itu dengan erat.      

"Aduh aduhhh...ini kenapa jadi Mommy dipeluk seperti ini sayang, Mommy bisa gepeng kalau begini caranya,"kelakar Viona mencoba untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba haru.     

"Akhh Mommy!!!"     

Alih-alih melepaskan pelukannya dari tubuh sang ibu, Abby dan Aaric justru semakin mengeratkan pelukannya. Sehingga membuat Viona menepuk-nepuk tangan kedua putranya itu agar melepaskannya, meskipun masih berusia 17 tahun akan tetapi tubuh kedua anaknya itu sangat kekar yang merupakan hasil didikan Justin dan Harry atas perintah Fernando agar mementori kedua anaknya itu berolahraga. Alhasil ketika Viona dipeluk oleh kedua anaknya dengan erat ia benar-benar tak nyaman, Abby dan Aaric pun akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh sang ibu ketika Viona berjanji tak akan bicara seperti itu lagi. Setelah bebas Viona lalu meraih tangan kedua anaknya dan mencengkramnya dengan erat, ia lalu mencium tangan-tangan kedua anaknya itu dengan penuh cinta.      

"Percayalah apapun yang Mommy dan Daddy lakukan selama ini adalah demi kebaikan kalian berdua, kalian tak tahu betapa besar cinta Mommy dan Daddy pada kalian bahkan sebelum kalian terbentuk kami sudah sangat mencintai kalian. Kalian berdua adalah harapan kami, jangan kecewakan kami sayang,"ucap Viona lembut.     

"Jangan bicara seperti itu Mom, kami pun sangat mencintai kalian. Abby berjanji akan membuat kalian bangga, jangan khawatir. Abby tak akan mengecewakan Mommy dan Daddy,"jawab Abby si sulung dengan cepat.      

"Iya Mommy, meskipun kami suka nakal tapi kami tak akan mungkin membuat Mommy dan Daddy kecewa. Terus dampingi kami Mom, akan kutunjukan betapa hebatnya seorang Alaric Alexander Willan saat menaklukkan dunia nanti,"sahut Aaric berapi-api.      

Viona meraih wajah Aaric dan merabanya dengan lembut. "Mommy percaya, kau dan kakakmu pasti akan membuat Mommy dan Daddy bangga."      

Kedua mata Aaric berkaca-kaca mendengar ibunya bicara seperti itu, dengan cepat ia pun kembali memeluk ibunya dengan erat.     

"Dampingi kami terus Mom, kamu butuh Mommy untuk mewujudkan cita-cita itu. Jadi jangan bicara tua lagi ya Mom, Mommy masih muda dan akan hidup 100 tahun lagi,"ucap Aaric dengan suara parau.      

"Iya sayang iya,"jawab Viona singkat sambil tersenyum, ia lalu merentangkan tangannya meminta si sulung untuk bergabung dengannya berpelukan lagi bertiga.      

Tanpa pikir panjang Abby pun ikut memeluk ibunya dan sang adik dengan erat, dipeluk dengan erat oleh kedua anaknya seperti itu membuat Viona bahagia. Dan tanpa Viona dan ketahui rupanya Fernando sejak tadi mendengar percakapan mereka bertiga, niatnya untuk ke ruang kerja batal karena ia lupa membawa ponsel. Fernando pun membatalkan niatnya untuk masuk kedalam kamar saat mendengar percakapan istri dan kedua anaknya, senyumnya mengembang saat mendengar Viona bicara pada kedua anaknya untuk tetap menghormatinya.      

"Kau memang luar biasa sayang, aku beruntung mendapatkanmu,"ucap Fernando dalam hati, menatap Viona dengan penuh cinta dari balik pintu yang tak tertutup.      

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.