Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KOSAKATA YANG INDAH



KOSAKATA YANG INDAH

0Seperti Rattle Drum, Yoda menggelengkan kepalanya. "Tidak. Lupakan saja. Aku sudah pernah melihatnya satu kali, dan itu sudah cukup…"     

Rasa terkejut terlintas di benak Yoda. "Apa kau pernah mencobanya padaku? Pernahkah kamu mengendalikan pikiranku?"     

Senja menggelengkan kepalanya dengan sangat polos. "Tidak."     

"Benarkah?" Yoda menyipitkan kedua matanya, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Ada saat dimana aku merasa sangat bingung pada malam pertama ketika aku menjagamu."     

"Kamu tahu dan aku telah mengakuinya. Apa untungnya bagiku untuk berbohong?" Dengan wajah tanpa ekspresi, ia memberikan kesan bahwa Yoda telah salah menuduhnya.     

Yoda menggaruk kepalanya yang sama sekali tak terasa gatal. "Ya.. kau benar." Sahutnya walaupun ia tidak merasa seratus persen yakin akan hal itu.     

"Sekarang jawab aku. Apa kau memberitahu mereka tentang hal ini?"     

Bukanlah suatu masalah besar bila mereka mengetahuinya atau tidak. Ia hanya ingin tahu seberapa banyak Xiao Tianyao mengetahui tentangnya dan dengan itu ia dapat memainkan perannya dengan sesuai. Tentu saja itu akan menjadi lebih baik jika mereka belum mengetahuinya. Itu akan berguna baginya dalam beberapa hal.     

"Tidak, aku tidak memberitahu mereka apapun. Diriku sendiri masih belum mempercayainya saat itu."     

Senja menganggukkan kepalanya dengan puas. "Lebih baik seperti itu. Bisakah kamu tetap menjadikan itu sebagai rahasia?"     

Kecemasan terlihat di wajahnya. "Apa yang akan kau lakukan dengan kemampuan yang kau miliki itu?"     

Melihat alis Yoda yangbertautan, Senja terkekeh. "Tidak ada, seperti yang kau katakan sebelumnya, aku hanya tidak ingin membuat sebuah kehebohan tentang ini, lagipula, aku tidak begitu percaya diri dengan kemampuanku ini." Ia mengangkat bahuny dengan acuh tak acuh."Masih membutuhkan waktu yang sangat panjang sampai aku dapat mengendalikan pikiran orang lain. Aku masih perlu banyak latihan."     

Senja menyeringai jahat sambil menggulung rambutnya yang berwarna ungu. Walaupun ia telah mengatakan hal semacam itu, Yoda merasa ia tidak memiliki niat yang jahat. Itu hanyalah sebuah ledekan darinya seperti yang biasa ia lakukan.     

Yoda terkekeh. "Jadi, kau mengatakan bahwa kau akan mengasah kemampuanmu?"     

"Sepertinya iya. Itu akan berguna suatu saat."     

"Ku pikir kau tidak membutuhkan itu. Siapa yang akan berani mengganggumu? Seseorang dengan penjagaan dan perlindungan yang sangat kuat sepertimu tidak perlu melakukan apapun, kau hanya butuh untuk berperilaku baik."     

Senja meringis. "Denganmu yang disebut sebagai penjaga yang kuat, seseorang pernah berusaha untuk menculikku, kau ingat? Dan pelaku penculikkanku masih tak diketahui. Masih ada kemungkinan bahwa hal yang sama bisa saja terjadi di kemudian hari. Jadi, setidaknya aku harus berusaha semampuku untuk melindungi diriku sendiri, kan?"     

Yoda terdiam sejenak ketika mencoba untuk memahami logika Senja. "Ya. Ku rasa kau benar. Lagipula mereka memang berusaha untuk menculikmu."     

"Aku harus bisamenjaga diriku sendiri demi kebaikan. Maka dari itu, ajarilah aku cara menunggangi kuda."     

Mendesah tak berdaya, ia tak menemukan alasan apapun untuk menegur Senja. "Baiklah. Tapi kau juga harus membantuku, aku hanyalah prajurit rendahan. Tanpa izin dari ketua tim, aku tidak bisa memaksakan kehendakku."     

"Aku akan bertanya pada kakekku saat ia kembali nanti."     

Hari ini, tetuaDam sedang pergi keluar bersama dengan Xiao Tianyou lagi dan mereka baru kembali ketika matahari telah terbenam.     

Mendengar tetuaDam telah pulang dari ketentaraan, ia berjalan langsung menuju kamarnya.     

Namun ditengah-tengah jalannya, sebuah pemandangan yang aneh menghalangi pandangannya. Hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya, mengetahui bahwa ini adalah situasi yang sama, Senja menenangkan kesabarannya dan mencoba untuk berkonsentrasi dengan pemandangan yangmuncul secara bertahap di depan matanya.     

Sama seperti sebelumnya, pada awalnya itu hanyalah sebuah gambaran yang buram yang kemudian menjadi sangat jelas.     

Gambar yang berada di depan matanya adalah pemandangan sebuah hutan dengan pohon maplesekelilingnya dan anak-anak lain yang terperosot muncul. Cahaya matahari menyinari gambaran menyedihkan tentang wajahnya yang dipenuhi darah. Ia sangat terengah-engah dan terkadang ia menoleh ke belakang dengan rasa ketakutan yang terpancar di mata hitamnya. Itu terlihat seperti ada seseorang yang sedang berusaha mengejarnya.     

Senja tidak dapat melihat siapa yang sedang berusaha untuk menangkapnya, setelahnya gambaran itu menghilang dan lorong yang sedang ia lewati tadi kembali muncul di pandangannya.     

Apa ini? Anak yang lain? Kenapa kedua gambaran itu berhubungan dengan anak-anak?     

Kedua alisnya berkerut, ia menutupi matanya dengan telapak tangan untuk menenangkan napasnya. Ia mencoba untuk mengingat-ingat setiap sudut hutan yang muncul dipenglihatannya tadi secara rinci. Dari pemandangan pepohonan tadi, ia meyakini bahwanitu adalah hutan yang berbeda bila dibandingkan dengan penglihatan yang sebelumnya.     

Ia tidak mengetahui dimana keberadaan hutan tersebut atau kapan tepatnya kejadian itu terjadi. Bagaimana jika ia melewatkan kejadian itu? Apakah itu akan berdampak pada kejadian itu? Bagaimana jika kejadian yang ia lihat barusan sedang terjadi saat ini? Jika benar demikian, maka kemungkinan ia akan melewatkan kesempatan ini, kan? Atau akankah ia mendapatkan penglihatan yang lain?     

Ia belum sepenuhnya memahami bagaimana cara kerja dari penglihatannya ini dan hal itu membuatnya cukup kebingungan. Ia merasa sangat terganggu akan hal ini dan tidak dapat melakukan apapun selain mengutuknya pelan.     

"… ah, sial! Ini sangat menyusahkan!"     

"Apakah kau sedang meningkatkan kosakatamu?"     

Sebuah suara yang terasa dingin terdengar secara tiba-tiba dari hadapan Senja, pundaknya terasa menegang dan secara tiba-tiba ia mengangkat pandangannya karena sebelumnya ia menutupi kedua mata itu dengan telapak tangannya dan saat ini suasana hatinya sedang kacau, maka ia tidak menyadari bahwa Xiao Tianyou telah berdiri dihadapannya.     

Dengan seringainya yang terlihat menakutkan, ia terlihat bertanya-tanya kepada Senja dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya.     

Ia tampak mengenakan sebuah jubah berwarna hitam dengan sulaman berwarna emas ditepiannya. Bekas lukanya menambahkan kesan menyeramkan yang terpancar dari dirinya, terasa sangat mendominasi namun juga membuatnya terlihat lebih menawan di mata Senja.     

Ugh! Apakah aku tipe yang penurut?     

Melihat ekspresi Senja yang keheranan, ia mengangkat kedua alisnya. "Apa sudah selesai? Sayang sekali.. aku ingin mendengarnya lebih banyak."     

Ekspresi wajahnya yang terheran-heran berganti menjadi tidak memiliki ekspresi. Kau ingin mendengarnya lebih banyak?Maka dengarlah yang kau inginkan.     

Ia menatap lurus ke arah mata lelaki itu dan tanpa berpikir panjang, ia mengeluarkan semua kata sumpah-serapah yang pernah ia dengar. Untungnya, ia tahu banyak akan hal itu.     

"….bajingan… keparat… sial…" Dan seterusnya.     

Seringainya perlahan menghilang dan wajahnya menjadi semakin menyeramkan seakan ia siap untuk menusuk Senja kapan saja, namun tentu saja Senja mengerti bahwa ia tidak akan mungkin melakukan hal itu.     

Sumpah serapahnya dalam sekejap meningkat begitu pesat hanya dengan merasakan suasana hatinya menjadi buruk. Pada saat-saat awal Senja bertemu dengannya, ia merasa sangat sulit untuk menebak suasana hati lelaki itu. Tidak peduli apapun tema pembicaraan mereka, ia selalu tetap terlihat tenang.     

Namun sekarang, ia sepert sedang berada di ujung tanduk kesabarannya.     

Senja menikmati pergantian dari suasana hatinya sambil terus menyuarakan kata-kata kasar itu seperti sebuah nyanyian. Bibirnya kembali bergerak setelah ia menuntaskan sumpah serapahnya itu.     

"Apa kau menikmatinya?" ia mengangkat dagunya dengan angkuh ketika sebuah senyuman terbentuk dibibirnya.     

Dengan melihat Senja merasa seakan ia menang dari pertarungan melawan ketenangan ini, secara tidak sadar ia memikirkan tentang sebuah serangan balik. Sudah merupakan salah satu dari sifatnya untuk merasa selalu tidak ingin kalah dalam tantangan apapun, dan sekarang, seorang gadis yang memiliki rambut aneh dihadapannya itu dengan sangat angkuh menantang kesabaran yang ia miliki.     

"Bersyukurlah karena kau merupakan seorang keturunan dari sebuah klan yang amat dikenal dengan baik, atau bila tidak kau tidak akan pernah bisa lagi melihat matahari esok."     

"Kau kira aku akan seberani ini untuk mengatakan kata-kata indah itu jika aku tidak mengetahui kedudukanku?" Aku tidak sebodoh itu!     

Sebelum ia dapat melakukan apapun, tetua Dam terlihat berjalan keluar dari kamar tidurnya dan mendapati keberadaan mereka berdua.     

"Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?" Tetua Dam perlahan menghampiri mereka.     

Xiao Tianyou memberikannya tatapan tajam dan seringainya kepada Senja seakan berkata : bagaimana jika aku memberitahunya tentang ini?     

Senja menerima pesan bisu itu dan membalas seringainya dengan senyuman manis sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan sikap yang menantang : kau ingin memberitahunya? Lakukan saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.