Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

COBA SAJA



COBA SAJA

1Utara dan Lin saling bertukar pandang, mereka tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Pada saat itu, Xiao Tianyou berkata. "Saat Utara menemukannya, rambutnya sudah berwarna ungu."     

Ekspresi terkejut melintas di wajah Elder Dam, dia memandang Sonja, yang masih makan dengan, cemas. "Nak, tunjukkan rambutmu."     

Tanpa sepatah kata pun Senja membuka turbannya, tak lama kemudian rambut ikalnya yang berwarna ungu cerah terurai ke punggungnya.     

Elder Dam terkesiap. "Apa yang terjadi dengan rambutnya?!" Dia berteriak dengan marah sambil meninju meja.     

"Kami tidak tahu dan karena dia kehilangan ingatannya dia tidak bisa memberi kita petunjuk."     

"Apakah ini sejenis racun? Sudahkah kau memeriksanya?"     

Utara menggelengkan kepalanya. "Dokter Lin sudah memeriksanya, dan dia benar-benar sehat, warna rambutnya sama sekali tidak berhubungan dengan kesehatannya."     

Kemarahan di wajah Elder Dam menghilang. Dia menghela nafas berat, "Nak, aku tidak tahu apa yang telah kau lalui satu tahun lalu dan aku sebagai kakekmu tidak dapat melakukan apapun untukmu. Tapi, aku bersumpah untuk mencari tahu siapa yang telah menculikmu dan membuat mereka membayar ini semua!!"     

"Terima kasih," gumam Senja.     

Alis Elder Dam bertaut. "Kenapa kau tidak memanggilku kakek?"     

"Kakek." kata Senja patuh.     

Bukan masalah besar bagi Senja untuk mengakui tetua Dam sebagai kakeknya, dia juga lega bahwa identitasnya tidak terbongkar. Jika Senja harus tinggal di sini dengan menggunakan identitas lain, selama itu akan membantunya, dia sama sekali tidak keberatan. Senja hanya akan mengikuti arus.     

"Sebenarnya, samar- samar aku ingat sesuatu." Ide itu terlintas di benaknya, karena situasinya sudah seperti ini dan hampir tidak mungkin menemukan 'Yun' sendiri, kenapa dia tidak memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya?     

Setelah mendengar kata- katanya, mereka semua menaruh perhatian padanya. Apa pun yang dia ingat mungkin bisa menjadi petunjuk untuk mengarahkan mereka ke si penculik.     

"Selain namaku, aku ingat nama lain."     

"Siapa itu?" Tetua Dam yang pertama bereaksi. Jika itu sebuah nama maka itu pasti akan menjadi petunjuk.     

"Yun"     

"Yun?"     

Empat dari mereka saling memandang dengan ekspresi bingung. "Hanya Yun?"     

Senja mengangguk. Dia sudah menduga reaksi ini.     

Sore ini dia bertemu dengan 2 tentara bernama Yun yang disebutkan Yoda tapi tidak ada satupun dari mereka yang mengenali batunya ketika dia menariknya keluar. Senja sudah mengetahui itu, tapi masih merasa sedikit kecewa.     

"Apakah dia pria atau wanita?" Tanya Lin.     

"Pria, tapi selain ini aku tidak ingat hal lain."     

Ruangan menjadi sunyi, semuanya sibuk dengan pikirannya masing- masing sementara Senja terus makan.     

"Orang ini, apakah seseorang yang telah menculikmu atau menyelamatkanmu?" Tanya Xiao Tianyou. Menurutnya, Senja tidak akan bisa kabur sendiri, pasti ada yang membantunya.     

Senja menggelengkan kepalanya dan mengucapkan kata- kata pamungkasnya "Tidak ingat." Kata- kata ini telah menjadi kata- kata favoritnya setiap kali mereka menanyakan hal yang rumit atau sesuatu yang tidak dapat dia jawab.     

Menjadikan amnesia sebagai alasan ternyata sangat menghemat energi.     

"Ya, Tianyou benar. Ada kemungkinan orang ini yang membantu Senja. Pertama- tama kita perlu mencari orang ini lalu kita akan tahu yang sebenarnya." Tetua Dam membuat kesimpulannya.     

Setelah membahas beberapa masalah lain akhirnya tetua Dam membubarkan pertemuan kecil mereka.     

"Sudah larut sekarang. Besok kita bicarakan hal ini lagi,"ucapnya sambil melirik Senja yang masih mengunyah kue. "Nak, kakek sangat senang karena nafsu makanmu sangat baik, tapi aku khawatir kau akan sakit perut."     

Senja tiba- tiba berhenti makan dan tersenyum malu- malu kepada sang kakek di sampingnya.     

Awalnya, semua makanan di atas meja disiapkan untuk mereka berlima santap tetapi karena mereka sedang asyik bercakap- cakap tidak ada satupun dari mereka yang memakan makanan tersebut, tapi terimakasih pada Senja, setengah dari itu hampir selesai dimakan olehnya.     

Tidak heran kalau tetua Dam bingung. "Apakah mereka tidak menyiapkan makanan yang baik untukmu?"     

Menanggapi ini, Utara yang memiliki reaksi kuat, dia hampir menumbuhkan teh yang dia minum setelah mendengar pertanyaan Tetua Dam.     

Omong kosong! Dia makan seperti orang kelaparan. Dia bahkan mendapat porsi lebih banyak dariku.     

Senja menggelengkan kepalanya dan langsung meletakkan kuenya. "Tidak, mereka memperlakukanku dengan baik."     

Ini sangat memalukan.     

Senja menyadarinya, karena dia bisa merasakan emosi di sekitarnya, itu hanya menghabiskan energinya yang menyebabkan dia merasa lapar setiap kali dia merasakan sesuatu yang terlalu emosional. Untungnya, kebiasaan makannya yang aneh tidak memengaruhi berat badannya, atau dia akan terbaring di tempat tidur karena tidak bisa melakukan apa pun karena kelebihan berat badan sekarang.     

Tetua Dam tidak mengatakan apa- apa lagi tetapi wajahnya masih terlihat khawatir.     

***     

Akhirnya Senja kembali ke kamarnya setelah secara emosional kakeknya melepaskan pelukannya.     

Dia merasa lelah secara mental saat menghadapi tetua Dam. Tapi sekarang, mungkin karena Senja sudah mengalami berbagai hal dalam waktu yang singkat, dia sudah terbiasa dan tidak terlalu terpengaruh oleh hal ini lagi.     

Awalnya Senja ingin langsung melompat ke tempat tidurnya tetapi suara parau menghentikan langkahnya.     

"Kenapa kau tidak memberi tahu kami tentang batu itu?"     

Senja membalikkan badannya dan tersentak ngeri melihat Xiao Tianyou yang sudah berada di dalam kamarnya.     

Dia tidak mendengar pria itu membuka pintu atau merasakan kehadirannya. Bagaimana bisa? Apakah dia hantu?     

"Mengapa kau di sini?" Setelah beberapa saat, dia bertanya dengan kesal padanya.     

"Kau tidak menjawab pertanyaanku."     

Xiao Tianyao memandang Senja dengan berbahaya saat dia berjalan ke kursi di tengah ruangan dan duduk di sana dengan elegan.     

Senja menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya saat menilai pria itu. Dia memang tidak bisa merasakan emosinya, dia terlalu tenang.     

"Batu apa?" Senja tidak tahu seberapa banyak yang Xiao Tianyao tahu, makanya dia mencoba bertanya.     

"Batu yang kau dapatkan dengan mempertaruhkan nyawa."     

Yoda. Pasti dia, tidak ada orang lain yang hadir malam itu yang tahu tentang ini selain dia.     

"Tidak ada yang istimewa, aku mengambil batu itu ketika aku sadar saat itu. Aku pikir ada sesuatu dengan batu itu yang dapat mengingatkanku pada sesuatu, namun, itu hanya batu biasa. Jadi aku tidak membicarakannya saat pertemuan kita tadi." Senja berbohong dengan mulus.     

Xiao Tianyou berdiri dan mendekati Senja perlahan. Awalnya, dia pikir gadis ini akan mundur selangkah tetapi dia malah berdiri teguh tanpa rasa takut di mata coklat gelapnya yang indah. Gadis itu bahkan menyilangkan lengannya dengan arogan.     

Kecuali musuh bebuyutannya, hampir semua orang tidak bisa menjaga kontak mata dengan Xiao Tianyao dalam waktu lama tanpa rasa takut, termasuk Utara.     

Menarik.     

"Komandan Xiao, aku telah menjawab pertanyaanmu dan menurutku tidak pantas bagimu untuk datang ke kamarku di tengah malam."     

"Kau mengusirku?" Xiao Tianyao bertanya dengan aura dominan di sekelilingnya.     

Senja tersenyum licik. Dia telah menghadapi adegan seperti ini ketika mantan pacarnya mencoba mendominasi dan mengancamnya, memaksanya menjadi gadis kecil yang penurut.     

Hah, ingin mencoba untuk mendominasiku?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.