Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

UNIK BUKAN CANTIK



UNIK BUKAN CANTIK

0"Baik."     

Baik? Dia benar- benar setuju begitu mudah?     

Lin mengerutkan keningnya. Dia memberi tahu Xiao Tianyou tentang rencananya untuk membawa Senja bersamanya besok ke desa dekat. Awalnya, dia pikir akan sangat sulit bagi Xiao Tianyao untuk setuju tetapi, dia setuju begitu saja?     

"Sebenarnya Komandan dan aku ada urusan di desa. Jadi kita bisa pergi bersama di siang hari dan dengan perlindungan dari kami, tidak ada yang akan terjadi padanya. Dan terlebih lagi tidak ada yang tahu tentang identitas aslinya,"Utara menjelaskan kepada Lin yang tengah bingung.     

"Oh... bagus kalau begitu." Lin tersenyum.     

Baginya, memiliki Senja sekarang itu seperti oasis di hari yang suram.     

Setiap hari, selain merawat tentara yang terluka, dia hanya akan dikelilingi oleh laki- laki dan harus bertindak tegas sebagai pemimpin dokter militer.     

Wajar saja karena militer didominasi oleh laki- laki. Dia tidak punya teman perempuan. Terkadang Lin ingin menghabiskan waktunya berbaur dengan sesamanya.     

Jadi sekarang dia merasa bersemangat.     

***     

Pagi-pagi sekali.     

Lin berada di kamar Senja untuk membangunkannya.     

"Bangun sekarang. Kita akan pergi berbelanja," ucapnya sambil menarik selimut Senja tapi dia menariknya kembali ke kepalanya.     

"5 menit..." Dia berkata dengan suara mengantuk enggan untuk membuka matanya.     

Lin merasa kesal. Dia sudah bangun pagi- pagi untuk memilih baju yang akan dikenakan Senja. Dia tidak begitu menyukai apa yang dikenakan Senja sekarang. Mereka hanya memberinya jubah pria, tanpa ada kesan feminin.     

Lin menarik selimut dengan keras dan melemparkannya ke samping, jauh untuk dijangkau Senja.     

Senja mau tidak mau harus bangun. Rambut ungu cerahnya menutupi seluruh wajahnya. Warna itu sangat mencolok, sejak pertama kali Lin melihatnya, dia benar- benar terpikat oleh rambutnya.     

Sang Dokter tidak pernah melihat sesuatu seperti itu, atau siapapun tidak mungkin memiliki rambut seperti itu.     

"Apakah kau terlahir dengan rambut ungu?" Lin bergumam dan menyentuh rambutnya. Rasanya lembut dan halus di jari- jarinya.     

"Tidak ingat." jawabnya singkat tapi tidak lupa untuk berakting.     

"Kita perlu melakukan sesuatu dengan rambutmu, atau kita hanya akan mendapatkan perhatian yang tidak perlu. Ayo, bangun dan berhenti menggerutu."     

Senja menguap lebar, ada air mata di sudut matanya. Dia menggosoknya dengan punggung tangannya dan kemudian melihat sekilas ke arah Lin.     

"Kau cantik sekali." Matanya terbuka lebar saat melihat Lin yang mengenakan baju kuning dengan separuh rambut diikat di atas kepalanya dibelenggu dengan jepit rambut warna kuning yang indah sedangkan separuh rambutnya terurai di punggung.     

Senja tidak pernah menjadi orang yang suka memuji- muji. Namun, Lin kali ini terlihat begitu cerah, menyegarkan dan terlihat sangat menawan, tidak ada jejak bahwa dia berasal dari militer.     

Lin tersenyum puas. "Benarkah?"     

Senja mengangguk dengan sungguh- sungguh. Mengapa dia harus berbohong?     

Dan senyumnya semakin dalam, membuat matanya menjadi seperti bentuk bulan sabit. Lin lalu pergi keluar untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menutupi rambut Senja.     

Sesaat kemudian Lin kembali dengan beberapa pakaian putih di tangannya tepat pada saat Senja selesai mengenakan pakaian putih yang tadi dibawakan.     

Pada saat Lin melihat Senja, ekspresinya tercengang.     

"Kau terlihat sangat…" Lin berhenti sejenak untuk memikirkan kata yang tepat dan melanjutkan "… unik"     

Unik? Tidak cantik?     

Ada kekecewaan yang terlihat di wajah Senja dan Lin buru- buru mengoreksi dirinya sendiri. "Hanya karena warna rambutmu, kau terlihat seperti seseorang yang bukan berasal dari dunia ini." Lin tertawa datar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.