Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

GERBONG YANG TERBAKAR



GERBONG YANG TERBAKAR

2Ketika Xiao Tianyou menarik dirinya kepada mereka lagi, Senja berjalan dengan cepat sehingga hampir tersandung ke hadapan pintu gerbong yang telah terbuka dengan hati-hati agar api tidak menyentuh gaunnya dan mengulurkan lengan. "Cepat kemari." Senja berseru untuk mendapatkan perhatian anak-anak itu.     

Anak yang terlihat paling tua di antara mereka mengangkat kepalanya yang kecil dan menggeleng ketakutan. Api sudah hampir membakar pintu masuk gerbong. "Ayo cepat kemari." Senja dengan putus asa memanggil mereka lagi.     

Tidak ada satupun dari mereka yang cukup berani untuk bergerak dari posisinya dan itu membuat Senja merasa lebih frustasi. Bagaimana ia bisa menenagkan anak-anak itu agar mau keluar? Karena gaunnya, Senja tidak dapat masuk ke dalam tanpa terbakar juga, sama saja seperti percobaan bunuh diri baginya jika ia tetap bersikeras untuk masuk ke dalam gerbong.     

Senja mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari jika ada sesuatu yang dapat ia gunakan, dan ketika itu ia melihat sebuah balok kayu dari pengikat kuda-kuda tadi yang telah dipotong oleh Xiao Tianyou tidak jauh darinya.. Sneja berlari dan mengambil kayu itu.     

Dengan paksa, Senja mengayunkan balok kayu itu dan memukul pintu yang menggantung dengan longgar dari engselnya. Pintu itu hampir terbakar sempurna, jadi tidak terlalu sulit bagi Senja untuk melepaskan pintu itu.     

Dalam percobaannya yang keempat, pintu itu berhasil terjatuh ke tanah. Senja melakukan hal yang sama kepada sisi pintu lain. Setelah kedua pintu itu terlepas, pintu masuk telah terbuka dengan luas,itu cukup bagi Senja untuk masuk tanpa membuat gaunnya terbakar. Namun ia harus bergerak dengan cepat sebelum api menghalangi pintu masuk lagi.     

Senja melompat ke dalam gerbong dan menggendong anak yang paling kecil di antara anak-anak itu dengan satu tangan dan menarik anak lain dengan tangannya yang lain. Senja menuntun mereka untuk keluar dari gerbong sedangkan anak-anak lain dengan segera mengikuti Senja keluar.     

Ada lima gerbong besar yang terbuat dari logam, dan berabti masing-masing gerbong itu diisi dengan sepuluh anak kecil. Untungnya hanya satu gerbong yang terbakar.     

Senja menuntun 10 anak itu ke sisi aman dari gerbong yang terbakar dan medan perang yang pertempuran pun masih berlanjut. Mereka tertalu serius dengan peerangan itu sehingga tidak menyadari apa yang telah Senja lakukan.     

Setelah semua anak itu bebas, Senja menurunkan gadis kecil yang ada di dekapannya sambil mencari anak lain yang ia lihat di dalam penglihatannya. Tapi, tidak dapat menemukannya.     

"Dimana anak yang lain?" Senja bertanya dengan panik. Mungkin ia merasa terlalu takut untuk turun dari gerbong? Senja sangat sibuk untuk memandu mereka keluar dan berasumsi bahwa anak itu akan mengikutinya, karena sebagian besar dari mereka mengikuti Senja sepanjang jalan. Mungkin ia tertinggal?     

"Dimana anak yang lain?" Senja bertanya lagi dengan gelisah, ia hendak kembali ke gerbong ketika anak yang tertua menunjukkan jari telunjuknya ke arah hutan marpel.     

"Tidak mungkin!" Senja berseru. Kenapa anak itu harus kabur?     

"Dia berlari ke sana." Anak lain menimpali.     

"Tolong jaga yang lainnya, oke?" Senja berkata kepada anak tertua di antara mereka, tapi suara keributan terdengar dari arah lain. Senja dengan segera memutar tubuhnya dan melihat bahwa bala bantuan musuh telah datang.     

Orang-orang itu mengelilingi menreka dari atar bukit dengan panah di tangannya masing-masing. Senja ternganga karena terkejut.     

Sial! Disinilah aku berpikiran bahwa situasinya tidak akan menjadi lebih buruk dari ini!!!     

Dengan teriakan, anak-anak itu berlari untuk menyelamatkan diri menuju hutan. Mereka menyebar ke empat arah dan Senja tidak bisa menahan mereka untuk kembali karena ia juga merasa harus berlari.     

Pada akhirnya Senja berlari masuk ke dalam hutan. Hal terkahir yang Senja lihat adalah ratusan panah yang menyelimuti langit malam dari pandangannya, membuat cahaya menjadi redup beberapa meter dari posisinya.     

Ketika Senja sedang berlari, Senja masih mengkhawatirkan keadaan Xiao Tianyou dan anggota Crescent Moon yang lain. Tapi ia juga tidak bisa berguna apa-apa jika tetap tinggal. Ia hanya akan menjadi seekor landak di bawah panah-panah yang menghujaninya dan menjadi beban bagi Xiao Tianyou karena ia akan membutuhkan kekuatan lebih untuk melindungi Senja.     

Itu adalah hal terakhir yang Senja inginkan.     

Senja biasanya bersikap tidak peduli, tapi tidak di dalam situasi sekarang, ketika hidup dan mati berada di depan mata. Jadi, hal yang terbaik untuknya sekarang adalah untuk menghindari medan perang dan menempatkan dirinya dalam bahaya.     

Senja berlalu cukup dalam ke hutan marpel dan merasakan perasaan menderita dari medan perang itu perlahan-lahan menghilang sambil mencari anak kecil yang berada di penglihatannya itu."     

Kegelapan dan kelebatan hutan itu tidak membuat Senja merasa takut, namun itu membatasi pandangannya dan membuat Senja merasa lebih sulit untuk melihat jalan yang ada di hadapannya. Itu tidak berarti ada sebuah jalan di dalam hutan, tapi Senja hampir tersandung dengan kakinya sendiri beberapa kali.     

Semakin dalam Senja masuk ke hutan, maka semakin hening yang ia rasakan sehingga Senja khawatir bahwa ia akan kehilangan jalan untuk kembali.     

Senja telah berlari untuk beberapa saat sekarang. Senja berhenti berlari dan berjongkok untuk mengatur napasnya. Baru saat ini Senja merasa keheningan hutan sedikit menakutkan.     

Bagaimana dengan Xiao Tianyou? Bisakah ia dan para anggota Crescent Moon menahan pada bala bantuan itu? Atau, mungkin mereka sudah pergi? Haruskah aku kembali?     

Mereka tidak akan meninggalkan Senja karena Tetua Dam akan menjadi gila jika kehilangan Cucunya lagi. Senja sangat yakin dengan hal ini. tapi, apa yang harus ia lakukan sekarang?     

Ketika Senja masih merenungkan pilihannya, antara ia harus kembali atau tetap mencari anak laki-laki yang ada di dalam penglihatannya itu. suara terengah-engah yang cukup lembut dan ranting yang terinjak-injak mulai terdengar. Senja berdiri, menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon dan mengintip untuk meneliti sekitarnya.     

Lurus kedepan dari posisinya, seorang laki-laki kecil sekitar berusia tujuh tahun, berlari menuju arah Senja. Wajahnya terlihat merah dari aliran darah di tubuhnya dan darah yang mengalir dari dahinya, anak itu selalu menoleh ke belakang sesekali.     

Itu adalah anak laki-laki yang berada di penglihatannya.     

Sepertinya, ketika Senja mendapatkan penglihatan mengenai seseorang, maka mereka ditakdirkan aka bertemu satu sama lain, mereka akan bertemu tidak peduli apapun yang akan terjadi. Sneja dapat memahami sudut pandang ini dari cara kerja penglihatannya.     

Setelah itu, berdasarkan dari apa yang Senja lihat dan gerak-gerik tubuh anak itu sepertinya ada seseorang yang sedang mengejarnya. Senja belum bisa melihat siapa yang mengejarnya. Maka, ketika anak itu mulai mendekat pada Senja, ia menarik tubuh anak itu dan menutup mulutnya untuk membungkam teriakan dari anak itu dan memperlihatkan posisi mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.