Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

USAHANYA UNTUK MENCIUM SENJA



USAHANYA UNTUK MENCIUM SENJA

0Di sisi lain, Rindy melihat pemandangan yang terlihat di hadapannya dengan dingin sementara Carye secara langsung berjalan ke arah Blue dan memberikannya tamparan keras.     

Tidak hanya keempat pelayan itu yang terkejut, tapi Senja juga menolehkan kepalanya untuk menatapnya.     

Carye berdiri disana dengan angkuh saat ia menegur Blue. "Bagaimana kalian semua melayani Nona Muda Senja hingga dia bisa terluka seperti ini!?"     

Dengan serentak, keempat pelayan itu berlutut dan menundukkan kepala mereka. "Aku memberitahumu untuk melayaninya dengan baik!" Dan Carye mengecam lidahnya seperti seorang ibu yang marah karena baru saja melihat anak kesayanganya terluka.     

Senja tidak percaya bahwa ia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk memainkan permainannya setelah ibu tirinya mengeluarkan kemarahannya kepada empat pelayan itu.     

Ia bahkan tidak bertanya tentang apa yang terjadi dan terus mengatakan omong kosong. Di akhir dari kemarahannya, ia dengan tidak tahu malu menghukum mereka dengan menguncinya di dalam penjara bawah tanah. Itu menunjukkan pada semua orang, seberapa pedulinya ia pada Senja dan itu hanya membuat Senja merasa muak dengan kasih sayang palsu itu.     

Tetua Dam membantu Senja duduk di atas kursi sementara Senja berusaha dengan susah payah untuk meneruskan isakan tangisnya agar tetap terlihat dibandingkan dengan rasa kesalnya. Ini bukan akhir yang ia inginkan!     

Carye menghampiri Senja dengan ekspresi gelisah dan memeriksa keadaan Senja. "Kau tidak terluka, kan, anakku?" Ia bertanya sambil mengusap air mata Senja. "Rindy, panggilkan seorang Dokter."     

Rindy mengangguk dan dengan enggan meninggalkan ruangan serta berlari untuk memanggil seorang Dokter.     

Senja menggigit bibirnya, **Setidaknya keempat pelayan itu mendapatkan hukuman.** Hanya fakta itu yang dapat mengurangi sedikit rasa kesal di dalam hatinya.     

Tetua Dam juga terdiam karena reaksi dari Carye, ia tidak bisa berselisih dengan hal itu dan menegurnya. Keputusannya untuk menghukum para pelayan itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, walaupun tidak mengetahui kebenaran kenapa Senja berakhir seperti ini.     

Senja mengusapkan wajahnya yang penuh air mata ke gaun yang dikenakan oleh Carye. Senja dapat merasakan kekesalannya, tapi berusaha keras menutupinya dengan mengusap-usap punggung Senja dengan sabar. "Tidak apa-apa, ibu disini…" Ia mengatakannya berulang kali.     

Merasa tidak suka dengan sentuhan Carye di punggungnya, Senja menghembuskan napas dan mengusap hidungnya sebelum ia mengangkat kepala. Ibu tirinya membeku saat rasa jijik tumbuh semakin membesar di dalam hatinya. Membutuhkan beberapa saat baginya untuk mengendalikan dirinya agar tidak memukul senja saat itu juga.     

Senja dengan polos menatap Carye. "Terima kasih ibu." Dan dengan manis mengucapkan itu. "Para pelayan itu memaksaku untuk memakai gaun putih, tapi aku tidak ingin gaun dengan warna itu." Senja merengek, mencoba untuk menemukan pembukaan untuk menuntun wanita jahat ini masuk ke dalam aliran permainannya.     

"Kau tidak menyukainya?" Dahi Carye berkerut, tapi dalam seketika sebuah senyuman mengembang di wajahnya. "Kau menyukai warna putih sebelumnya, tapi jika sekarang kau tidak menyukainya, maka tidak perlu memakainya. Tidak akan ada yang bisa memaksamu melakukan hal itu."     

**Ck, ck, ck, jika aku tidak memiliki kemampuan ini, aku akan jatuh cinta dengan kata-kata manisnya. Beruntungnya aku karena memiliki ini, jadi aku bisa tahu secara langsung tujuan mereka sebenarnya!** Senja menghela napas. Ya, jahe tua adalah yang paling pedas.     

"Carye, aku ingin bicara denganmu." Tetua Dam berkata dengan nada yang monoton. "Tianyou, tetap bersama Senja dan jaga dia."     

Xiao Tianyou yang tidak bicara sejak awal ia masuk ke kamar Senja hanya mengangguk dengan mengerti.     

"Panggil seseorang untuk membersihkan semua ini." Tetua Dam menujukan kalimatnya untuk Bibi Hu. Ia mengangguk dengan cepat dan segera berjalan keluar dari ruangan.     

Senja masih menangis bahkan setelah semua orang pergi. Xiao Tianyou menunggu air matanya hingga habis, tapi sepertinya itu tidak akan selesai dengan cepat.     

Ia berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapan Senja yang masih duduk di atas kursi, mengulurkan tangannya dan mencolek kepala Senja dengan halus. "Cukup. Tidak ada siapapun lagi disini."     

Setelah Xiao Tianyou mengucapkan hal itu, isakan tangis menyedihkan dari Senja berhenti dan berubah menjadi kekehan. Senja mengangkat wajahnya yang kecil, berdiri dan melingkarkan kedua lengannya di leher Xiao Tianyou. "Bagaimana bisa kau mengetahuinya?"     

"Kau telah melakukan hal itu berkali-kali." Xiao Tianyou mengusapkan hidungnya ke hidung Senja sambil melingkarkan kedua lengannya di pinggang Senja.     

"Aku telah memberitahumu bahwa tipuan lama itu harus dikembangkan."     

Senja cemberut. "Itu berhasil pada mereka."     

"Baiklah." Xiao Tianyou tidak repot-repot berdebat dengan Senja dan hanya mendekatkan wajah dalam usahanya untuk mencium Senja, tapi Senja mundur.     

Xiao Tianyou membuka matanya dengan bertanya-tanya.     

Xiao Tianyou membuka matanya dengan bertanya-tanya.     

"Aku lupa bertanya denganmu."     

"Hm?"     

"Kau masih bertunangan dengan Rindy!"     

"Lalu?"     

"Lalu?" Senja dengan kesal mengulanginya. "Aku tidak mau memiliki hubungan dengan tunangan orang lain!"     

"Aku akan mengurusnya." Xiao Tianyou berkata dengan nada suara yang rendah di antara lekukan bahu Senja sambil menghirup aroma unik dari Senja.     

"Aku tidak secara resmi bertunangan dengannya."     

Senja mencoba untuk mendorong wajah Xiao Tianyou menjauh darinya karena rambut Xiao Tianyou terasa menggelitik telinganya, tapi pria ini bertekad untuk tidak bergerak sedikitpun. "Apa maksudmu dengan tidak? Semua orang mengetahui hal itu."     

"Itu hanya sebuah pertukaran kata antara aku dan ayahmu, diskusi, persetujuan lisan, tidak lebih dari itu."     

"Lalu bagaimana bisa semua orang berkata bahwa kau bertunangan?"     

"Seseorang menyebar kabar palsu tentang hal itu dan menambahkannya begini dan begitu. Aku tidak pernah memberikan penjelasan dan begitu pula pihak ayahmu. Maka itu, kabarnya berakhir seperti sekarang ini."     

"Tidak ada pertukaran cincin?" Terdengar nada kegembiraan di suara Senja.     

"Apa pertukaran cincin?" Xiao Tianyou mengangkat kepalanya dari leher Senja dengan tatapan yang bertanya-tanya.     

"Maksudku, itu hanya sekedar percakapan di antara kalian tanpa tindakan apapun?"     

"Tidak, tidak ada apapun yang terjadi setelah itu."     

Senyuman Senja mengembang. "Baiklah."     

"Jadi, bisakah aku mencium senyumanmu itu sekarang?"     

....     

Kakeknya sangat tidak tahu malu jika dapat Senja katakana. Dia sangat membantu Senja dan Xiao Tianyou dengan meninggalkan mereka berdua saja.     

Setelah keributan, Senja memakai gaun berwarna kuning. Sesudah itu, Tetua Dam mengirimkan makan pagi untuk Senja dan Xiao Tianyou ke kamarnya. Rindy bahkan tidak datang ke kamarnya untuk menemani Dokter yang diminta oleh Carye tadi. Itu hanya Dokter Xi, Dokter pribadi Klan Pedang Hitam, yang datang untuk memeriksa Senja secara singkat.     

Setelah itu, kedua Senja dan Xiao Tianyou menikmati makan pagi mereka.     

"Katakan padaku, kenapa kau setuju untuk membicarakan tentang masalah pertunangan dengan Rindy?" Senja bertanya sambil memakan rotinya.     

"Dia menyelamatkan putraku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.