Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

KOTA YANG HANCUR



KOTA YANG HANCUR

0Mereka berdua melarikan kuda mereka lagi ke arah yang berbeda. Itu adalah waktu mereka berlari ke arah kerumunan tentara, tapi itu tidak menghentikan mereka.     

Namun, itu bukan berarti mereka tidak berwaspada dengan penyerang tak terduga.     

"Yun." Senja meninggikan suaranya untuk melawan angin yang berhembus di sekeliling mereka. "Mereka menyadari keberadaan kita."     

"Aku menyadarinya." Yun menjawab.     

Rambutnya yang berwarna putih berterbangan di belakang tubuhnya saat angin menembus helaian rambut itu. Untuk sesaat Senja mengagumi apa yang ia lihat, itu sangat nyata. Yun pasti adalah seorang pria yang tampan di usia mudanya.     

"Jadi? Kau memiliki rencana? Karena aku tidak memiliki apapun di dalam pikiranku sekarang." Berkata dengan jujur, Senja tidak berada dalam pikiran jernihnya sekarang. Senja terlalu lelah untuk memikirkan keberadaan Xiao Tianyou.     

"Aku memilikinya." Yun berkata.     

Ketika malam telah tiba, Senja dan Yun memutuskan untuk menghabiskan malam di antara rimbunnya pepohonan di dalam hutan. Mereka baru saja meninggalkan distrik 11 dan menuju ke arah Ibu Kota.     

Yun masih menolak untuk menjelaskan rencananya, jadi Senja hanya mengikuti arahan dari Yun. Ia akan membawa Senja untuk bertemu Xiao Tianyou dan hanya itu yang terpenting untuk Senja, ia tidak peduli dengan cara apa yang akan Yun gunakan selama Senja bisa bertemu Xiao Tianyou, semua tidak masalah.     

Yun bukan tipe seseorang yang akan membicarakan segala hal, sejauh ini pertanyaannya hanya; bagaimana keadaan Riana? Dan Senja menjawab ia sedang sakit, ia merasa gelisah setelah itu namun tetap memberikan tatapan tenangnya.     

Karena ia telah menjanjikan Senja, tentu saja ia akan memenuhinya. Tapi, mengetahui Nenek Riana yang tidak berada dalam kondisi baik, ia terlihat terburu-buru untuk mengetahui tentang pasukan Xiao bersaudara.     

Senja tidak memprotes juga, tapi rencananya yang masih menjadi misteri menarik perhatiannya.     

"Jadi, apa rencanamu? Apa kau ingin menemui seseorang?" Senja mencoba untuk memulai percakapan. Itu menjadi sedikit canggung hanya dengan mereka berdua duduk di bawah pohon, dengan sebuah api unggun di tengahnya, namun keheningan terlihat sangat jelas di antara mereka.     

"Tidak, seseorang akan menemuiku."     

Jawabannya membuat kerutan di dahi Senja muncul karena itu sangat dipertanyakan dan Yun tidak menjelaskan apapun selain membuat senja semakin bingung.     

"Jadi, siapa pria ini… atau wanita?" Senja bertanya lagi dengan ekspresi bingung.     

"Dia akan membantu kita untuk mendapatkan informasi disini." Yun berkata sambil menambahkan lebih banyak ranting kering ke dalam api, membuatnya semakin besar.     

Sesuatu tidak beres dengan ini, tapi Senja tidak bisa menunjuknya.     

"Dan bagaiaman dia bisa menemukan kita?"     

Yun menghela napas dalam. Ia tidak sukan menjelaskan apapun kepada siapapun, ia selama ini hidup dengan dirinya sendiri dan tidak ada yang bertanya padanya lebih dari yang diperlukan. Ia telah menghindar dari semua masalah perebutan kekuasaan dan memulai semua dari awal dengan Gong Xu dan Senja lain.     

Menunggu keajaiban bahwa Senja lain mungkin bisa memenuhi keinginan terakhirnya untuk menemui Riana, maka ketika ia mengetahui ada Senja lain yang secara menakjubkan memiliki wajah dan nama yang sama dengan Senja yang ia kenal, ia tahu secara langsung bahwa jawaban atas keinginannya sudah ada di depan mata.     

Kunci dari misteri untuk bisa bertemu dengan Riana ada pada gadis bersurai ungu di hadapannya ini yang sedang menatapnya dengan penuh harap dan penasaran, menunggunya untuk menjelaskan jawaban.     

"Kita telah menimbulkan keributan di antara tentara, jadi berita ini tidak hanya akan terbang begitu saja." Yun menambahkan lebih banyak ranting kering. "Seseorang akan melaporkan ini kepada Xiao Zi." Dan terus menambahkan ranting kering lagi.     

Sekarang, apinya sudah lebih besar dari yang dibutuhkan, itu tidak membuat Senja merasa hangat lagi, tapi membuatnya merasa panas. pasti ada seseorang yang menemukan posisi mereka jika ia terus membesarkan api.     

"And?" Senja melambatkan bicaranya, kedua matanya terfokus dengan api unggun di hadapannya, sedikit mundur karena api itu hampir melahap wajahnya.     

"Dan seseorang akan tahu bahwa aku disini." Yun berkata, berdiri dan menatap sekelilingnya.     

Senja melakukan hal yang sama, tidak merasa nyaman lagi dengan api dan sesuatu yang merayap mendekat ke tempat mereka.     

"Aku rasa mereka sudah disini." Senja berbisik, menatap sekelilingnya dengan berantisipasi. "Yun… aku tidak merasa mereka disini untuk menolong kita…" Senja bergumam setelah merasakan kehadiran mereka.     

Yun menatap Senja, ia baru menyadarinya bahwa Senja menggunakan nama yang selalu Riana gunakan untuk memanggilnya. Bukannya fokus dengan situasi saat ini, Yun menanyakan pertanyaan aneh kepada Senja tiba-tiba.     

"Bagiamana kau tahu nama itu?" Ia melirik Senja.     

"Ya, Riana memberitahuku untuk menemukan seorang pria bernama Yun." Senja berkata dengan jujur. Ia lebih terbiasa memanggilnya dengan nama itu juga.     

Yun hanya bergumam sebagai balasan.     

"Jadi, bagaimana dengan mereka?" Senja mengangguk ke arah kegelapan.     

"Mereka akan membantu agar lebih mudah untuk orang itu menemukan kita."     

Seperti mendapat isyarat, semak-semak dan rimbunnya pepohonan bergoyang di antara mereka dan dari kegelapan hutan muncul sekumpulan tentara, menunjukkan diri mereka di hadapan Senja dan Yun.     

"Dalam kata lain, kau memancing mereka untuk menemukan kita dengan membuat semua keributan ini?" senja berkomentar ketika ia melihat para tentara Azura yang sudah mengepung mereka. "Apa kau yakin dia akan menemukan kita dengan cara ini?"     

"Dia akan menemukan kita. Ini adalah cara tercepat untuk menemukannya." Yun berkata sambil mengeluarkan pedangnya.     

Tidak ada ucapan salam atau kata-kata yang terucap sia-sia ketika kumpulan tentara itu meluncur ke arah mereka dengan niat ingin membunuh.     

Senja benar-benar dan sangat-sangat sudah lelah dengan pertempuran ini. Ia sudah melawan mereka semua sejak memasuki pintu masuk kota. Sekarang ia sudah bermandikan kotoran dan darah, merasa kesal dan terganggu.     

Di pertengahan pertempuran, Yun berteriak ke ruang kosong di samping pepohonan.     

"Berhenti duduk dengan santai disana dan keluarlah!"     

Senja secara tidak sadar menatap ke arah yang dituju oleh Yun dan melihat seorang pria keluar dari belakang semak-semak.     

Senja tidak mengenali pria itu pada awalnya, tapi kemudian ia merasakan perasaan yang tidak asing mengenai sosoknya. Menyipitkan kedua mata, Senja mencoba untuk melihatnya lebih jelas sebelum ekspresi terkejut muncul di wajahnya.     

"Kau?!" Senja berseru kepada pria itu yang telah ia kenal sebelumnya.     

"Kau?!" pria itu merespon dengan cara yang sama seperti Senja. kedua matanya melebar dengan tidak percaya. "Yun! Kenapa gadis ini ada bersamamu?" Pria itu menunjuk ke arah Senja.     

Bersamaan dengan orang lain datang untuk membantu, hanya membutuhkan beberapa menit untuk menuntaskan semua tentara yang sebelumnya mengepung mereka.     

Ketika semua tentara sudah tidak ada, pria itu berdiri di samping Yun dan menghadap Senja dengan ekspresi kesal di wajahnya.     

"Sekarang, beritahu aku apa hubungan yang ada di antara kalian berdua?" Ia menuntut jawaban.     

Yun terlihat bingung. Ia membersihkan pedangnya dari darah yang menempel menggunakan jubah tentara terdekat yang sudah tak bernyawa sebelum Yun kembali memasukkan pedang ke dalam sarungnya. "Kalian berdua saling mengenal?"     

"Ya, kau bisa katakana bahwa dia meninggalkanku sendirian dengan sekumpulan orang yang datang mencari keberadaannya dan Pangerannya." Ia berkata dengan nada meledek. Benar-benar kesal dengan ingatan saat mereka terakhir kali bertemu.     

"Aku tidak bermaksud seperti itu…" Senja menundukkan kepalanya karena merasa malu.     

Ia adalah Ju Long, pria yang telah Senja bantu untuk lari dari penjaga istana pada malam di saat Xiao Tianyou terkena racun. Namun, Xiao Tianyou dan Senja meninggalkannya bersama dengan kelompok orang yang ingin mencari mereka. Tanpa ucapan selamat tinggal atau memperingatkannya tentang bahaya yang datang kepadanya.     

"Hal bagus aku bisa lari dari mereka." Ju Long mendengus dengan tidak puas.     

"Kau tahu dia adalah seorang Pangeran…" Senja mengingat tentang pengetahuannya itu.     

"Tentu saja aku tahu!" Ju Long berkata dengan nada yang benar adanya.     

Yun mengangkat kedua alisnya dengan kebetulan ini, dengan kesal Ju Long menjelaskan pada Yun bagaimana ia bertemu dengan Senja dan Xiao Tianyou di malam ketika ia mencoba untuk lari dari para penjaga, tapi dengan bodohnya ia tidak bisa membuka ikatan di tangannya.     

Dan kemudian, ia terus meributkan kekesalannya pada tindakan Senja dan betapa kejamnya ia hingga Yun merasa cukup dengan penjelasannya dan memotong semua protesnya dengan dingin.     

"Apa yang terjadi disini?" Yun bertanya dengan tidak sabar. "Kota ini seharusnya berada di bawah kekuatan dari Xiao Jun, tapi kenapa tentara Xiao Zi berkeliaran disini?"     

"Tidakkah kau mendengar kabarnya?" Ju Long menyipitkan kedua mata, seakan tidak percaya Yun tidak tahu dengan situasi saat ini di Kota L dan mengenai perang di antara Kaisar dan Xiao Jun.     

"Tidak." Yun menjawab dengan sejujurnya.     

Yun bergegas ke benteng utara saat ia mendengar tentang Senja dari Senja yang bersama dengannya, jadi ia tidak begitu tahu tentang keadaan saat ini di Kota L.     

"Jadi…" Ju Long menghela napas tidak senang. Ia tidak suka untuk menyampaikan berita ini. "Pasukan Xiao berada di perbatasan dari Ibu Kota. Mereka sangat menderita karena kalah di Kota Q dan Kota L, tapi entah bagaimana mereka berhasil melewatinya karena bantuan dari Klan Moon Dew.     

"Bagaimana bisa mereka mengalami hal seperti itu?" Senja menyipitkan matanya. "Sesuatu pasti ada yang tidak beres."     

"Kau bisa katakana bahwa ada pekhianat di antara mereka." Ju Long mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.     

Dengan dikatakannya hal itu, anehnya Senja tidak terkejut…. ia tahu pasti ada seseorang yang menggunakan jebakan kotor di belakang rencana mereka. Seharusnya Senja lebih memperhatikan hal ini.     

Jika ia sudah bertemu dengan mereka sebelumnya atau ingin mengetahui lebih mengenai rencana mereka… Senja pasti akan menyadari tentang pengkhianat ini…     

"Jun mempercayai orang yang salah…" Yun bergumam. "Dimana sekarang tepatnya keberadaan mereka?"     

Ju Long memiringkan kepalanya sambil berpikir. "Mereka akan memasuki ibu kota, hal pertama di pagi hari."     

Tanpa berpikir panjang Senja dan Yun bergerak dengan serentak menuju kuda mereka, tidak ada waktu untuk disia-siakan.     

"Kalian mau kemana?" Ju Long menatap mereka berdua. "Jangan bilang kalian akan pergi ke Ibu Kota?"     

Tatapan tegas yang Yun berikan padanya menjawab pertanyaan Ju Long.     

"Kalian tidak bisa kesana, sedang terjadi perang. Terlalu berbahaya." Ju Long menggelengkan kepala. "kalian tidak bisa masuk ke kota!"     

Namun Yun tidak menolehnya sedikitpun ketika ia berkata. "Itulah kenapa aku memanggilmu. Kau akan ikut bersama kami."     

"Tidak, aku tidak akan ikut bersama kalian!"     

"Tidak, aku tidak akan ikut bersama kalian!"     

Ju Long menolak untuk ikut, tapi Yun tidak peduli dengan reaksi darinya ketika ia berkata lagi. "Kau akan berada disana dengan semua orang dari Klan mu untuk membantu atau tidak aku akan mengejarmu." Yun berkata dengan dingin sebelum ia menepuk kaki belakang kudanya dengan menggunakan kaki.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.