Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

PRAJURIT BAYANGAN YANG SESUNGGUHNYA



PRAJURIT BAYANGAN YANG SESUNGGUHNYA

0Jarak di antara mereka cukup jauh, tapi Wang Yu membuatnya menjadi lebih cepat dengan melangkah sangat cepat.     

Ketika akhirnya Senja berdiri di sebelah Senja lain, Wang Yu sudah memiliki batu token itu di antara jemarinya.     

Ia tertawa dengan sikap kemenangan dengan melihat token transparan itu, cahaya bulan yang pucat menerangi permukaan dari benda warisan itu, memberikan kilauan redup di bawah langit malam.     

Pikiran Wang Yu mulai memikirkan segala hal yang dapat ia lakukan dengan kekuatan yang legendaris ini dari para Prajurit Bayangan, ini adalah batu yang digunakan oleh Kaisar Xiao Zi untuk menindas Modama.     

Ketika para Penjaga Bayangan masih berada di bahwa kendali ayahnya, Kaisar sudah memerintahkannya untuk menyingkirkan Tetua Dam, mengambil alih Klan Pedang Hitam dan mengambil benda warisan ini. Tapi, ia gagal untuk menemukan tokennya.     

Tapi sekarang, dengan kekuatan luar biasa ini yang mampu untuk menggoyahkan bakan seorang pengendali pikiran sudah berada di tangannya, rencana lain mulai terbentuk di dalam pikirannya.     

Sementara ia sedang membuat dan membentuk siasat untuk melawan Kaisar dan Modama, Wang Yu menatap ke arah kedua gadis itu yang terlihat sangat tenang di hadapannya. Kedua mata mereka tidak memancarkan rasa takut seharusnya membuat Wang Yu bertanya-tanya mengenai alur permainan mereka, tapi pada saat ini, bukan hanya matanya yang buta, tapi kesenangan yang menyelimutinya sudah membutakan cara berpikir Wang Yu juga.     

Ia bukanlah apa-apa, hanya seorang pria yang penuh kebencian dan keinginan besar untuk merebut kekuatan besar itu.     

"Sayang sekali." Wang Yu mencium token yang memiliki retakan kecil karena Senja lain. "Kau masih belum mempelajari apapun setelah beberapa tahun ini, selain menjadi semakin bodoh."     

"Begitukah?" Senja lain memiringkan kepalanya untuk menatap Senja di sebelahnya.     

"Aku rasa tidak." Senja menggelengkan kepala dengan sungguh-sungguh dan menahan tawanya di ujung tanduk.     

Menatap mereka berdua yang secara diam-diam meledeknya, kemarahan Wang Yu membesar. Ia sangat geram. Dengan suara yang jelas dan kencang ia berteriak. "Bunuh mereka berdua!!!"     

Setelah Wang Yu mengatakan perintahnya, suara gemuruh langkah kaki yang ia anggap harusnya sudah terdengar sekarang ternyata tidak terjadi. Itu sangat hening. Bahkan tidak ada satu suarapun dari pergerakan yang dapat terdengar.     

Merasakan sesuatu yang tidak benar, kesenangan yang terpancar di matanya meredup sementara kedua alis Wang Yu berkerut dengan kebingungan. Ia berbalik, dan melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya.     

Wang Yu menjadi kaku dan terdiam di posisinya, napasnya seakan tercekik dan jantungnya berdetak dengan tidak karuan di dalam dadanya.     

"Apa… apa itu…" Ia tergagap, pupil matanya membesar dengan ngeri. Melupakan sekelilingnya ia melihat pemandangan yang terjadi di hadapan matanya.     

Rimbunnya hutan yang jauh terlihat menjadi hitam pekat dari kejauhan.     

Namun, bayangan hitam yang muncul di depan seakan ada sangat banyak pasukan perang, berkumpul berasama di tengah-tengah tempat terbuka, baju mereka yang compang-camping dan syal mereka yang berkibar dengan marah terhadap angin. Mereka semua menatap Wang Yu melalui celah dari topeng rumit mereka.     

Mereka sangat banyak sementara mereka satu persatu sedang menahan setiap remaja tidak sadarkan diri yang dibawa oleh Wang Yu untuk menyergap Senja.     

"Tidak pernahkah kau melihat Prajurit Bayangan yang sesungguhnya?" Ia bertanya dengan nada yang meledek.     

Cahaya dari bulan terhalangi oleh awan putih, memberikan kesan mengerikan dengan kehadiran para penjaga mitos itu. Namun, kedua mata gadis itu bersinar dengan terang, memancarkan kebencian dan dendam. Rambut hitam kelamnya berterbangan karena angin kencang yang secara tiba-tiba berhembus melewati mereka.     

Senja menatap ayahnya dengan niat yang menyeramkan.     

Wang Yu berbalik untuk membunuh putrinya setelah mendengar komentar terakhir dari Senja lain, tapi menghentikan dirinya setelah melihat kedua mata milik putrinya.     

Kesan dingin yang tidak bisa dijelaskan dan aura mengerikan yang terpancar dari putrinya membuat rasa dingin menusuk di tulang belakang Wang Yu ketika anak perempuannya itu menatap ke arahnya, Wang Yu gemetar dengan sangat hebat.     

Sesaat setelahnya, suara dari pedang-pedang yang diayunkan mengisi udara.     

Senja lain meluncur menuju Wang Yu dengan sebuah pedang di tangannya dan ekspresi wajah yang serius saat ia berlutut di tanah dan mengayunkan pedang, menargetkan kaki Wang Yu.     

Wang Yu terkejut untuk mengetahui bahwa putrinya mengerti ilmu bela diri, tapi cukup tangkas untuk melompat ke belakang untuk menghindari serangannya.     

Senja juga sangat terkejut untuk mengetahui bahwa Senja lain sudah merebut pedang yang ada di tangannya. Dan yang mengagetkan, ia tahu cara berkelahi! Senja sangat senang untuk mengetahui hal ini. Ia meraih pisau belati di kakinya dan bergabung dengan pertarungan itu.     

Mata kedua Senja itu mirip dengan elang, dengan dingin memprediksikan gerakan Wang Yu dan menyerang pembukaan darinya. Gerakan mereka sangat kompak, seakan mereka berdua sudah pernah bertarung bersama seperti ini beberapa kali sebelumnya.     

Saat ini sangat sulit bagi Wang Yu untuk bertarung, sejak ia sudah kehilangan penglihatan sebelah kanannya dan sangat berduka dengan hal itu. Wang Yu belum terbiasa dengan kondisinya saat ini. Melawan kedua gadis itu sangat menguras energinya.     

Suara benturan pedang yang bergemuruh menyalakan beberapa percikan di pertengahan udara dengan suara yang terdengar bergema seperti hewan buas. Pergerakan dari senjata mereka sangat cepat dan tepat.     

Dengan kondisi Wang Yu saat ini, ia kehilangan keseimbangan langkahnya ketia si gadis ungu menyapukan kakinya dan putrinya melompat dari belakang gadis itu kemudian hendak menusuknya, menargetkan dadanya.     

Wang Yu menangkis serangan itu sebelum ia terjatuh ke belakang dan memberikan kesempatan bagi Senja untuk memotong jarinya. Darah menyembur dari ibu jari dan jari tengahnya yang menghilang dan menyebabkannya kehilangan genggaman pada pedangnya sendiri.     

Mengabaikan rasa sakitnya, ia berguling ke belakang untuk menghindari serangan putrinya.     

Kedua gadis itu berhenti untuk mengejarnya saat mereka melihat Wang Yu mengerang dengan sangat menderita dalam jarak beberapa meter dari posisi mereka, berduka atas jari-jarinya sendiri. Ia tak bersenjata lagi tanpa pedangnya.     

"KEP*RAT!" Suaranya meledak dengan marah, menekan rasa sakit dan kesadarannya atas waktu sulit yang ia alami. Wang Yu melirik ke belakangnya dan melihat para Prajurit Bayangan tetap diam dari posisi terakhir mereka, menahan para remaja itu yang sudah tidak sadarkan diri.     

Tangan kirinya meraih pinggang dan dengan jari yang bergetar ia menarik token itu dari sakunya. "Kalian berdua akan mati!" Ia mendengus dengan napasnya yang tajam sambil meletakkan benda itu di bibirnya.     

Hanya seperti itu, suara yang merdu kembali terdengar di malam yang gelap, mengundang burung-burung di malam hari ikut bernyanyi dengan suara yang indah itu.     

Namun, itu tidak berlangsung lama sebelum suara itu secara mendadak berhenti dan tergantikan dengan suara batuk yang keras. Wang Yu terjatuh berlutut lagi, mulai terbatuk tanpa sebuah tanda bahwa itu akan segera terhenti.     

Senja menatap gadis di sebelahnya yang terlihat sangat tenang dan damai. "Kau membalurkan token itu dengan sesuatu?" Senja bertanya dengan penasaran.     

"Racun." Senja lain menjawab dengan nyaring, tidak menunjukkan adanya penyesalan atau rasa takut.     

Meskipun pikirannya mulai memainkan lagi ingatan mengenai hal-hal mengerikan yang sudah dilakukan Wang Yu terhadapnya, yang beberapa di antaranya bahkan mengancam nyawa, Senja lain menatap ayahnya dengan wajah yang terhindar dari emosi apapun.     

Wajah Wang Yu sudah berubah menjadi berwarna keunguan saat ia mencengkram lehernya dan membuka mulut dengan lebar, dengan putus asa mencoba untuk menghirup udara tanpa hasil apapun. Ia mengulurkan tangannya yang berdarah ke arah putrinya, mencoba untuk mengatakan sesuatu. Namun, tidak ada satu kata pun yang bisa ia ucapkan saat ini.     

Jalur udara di tenggorokannya sudah terhalang dan tidak ada yang bisa ia lakukan untuk bernapas, jika ada, itu akan hanya memperburuk keadaannya. Tubunya tersentak dengan keras karena kekurangan oksigen.     

Kondisi Wang Yu saat ini mengingatkan Senja pada bagaimana ia sudah membunuh Wang Yu sebelumnya, Senja sudah membuatnya berhenti bernapas, siapa yang menyangka, bahwa cerita itu akan terulang lagi. Di alam pikiran Senja, Wang Yu sudah mati lebih dari satu kali, jadi itu tidak mengejutkan untuk melihatnya mati lagi.     

Sebenarnya, Senja merasa lega bahwa mereka bisa menyingkirkannya dengan cepat. Wang Yu tidak akan bisa menjadi ancaman lagi bagi mereka.     

"Untuk apa yang sudah kau lakukan pada kakek…" Ia berhenti, suara Senja lain gemetar dengan penuh emosi. "Kau pantas mendapatkan ini…" Seoarang anak yang dulu bahkan tidak bisa menatapnya tepat di kedua mata, sekarang adalah penyebab kematiannya sendiri.     

Rasa penderitaan yang dirasakan Wang Yu membuat seluruh tubuhnya kejang dan menjatuhkan sisa-sisa terakhir dari kekuatannya. Dengan kedua mata yang terbuka lebar serta teriakan yang terdengar dari tenggorokannya, ia tidak bergerak lagi.     

Sementara, kedua gadis menatap pria malang yang sudah mati di hadapan mereka itu dengan dingin.     

Senja lain berjalan maju dengan mantap, menghampiri ayahnya yang sudah mati, bukan untuk memberikan penghormatan terakhir sebagai seorang anak, melainkan hanya untuk mengambil kembali token yang ada padanya. Ia membungkukkan tubuhnya dan membalutkan token itu dengan sebuah sapu tangan sebelum memasukkannya ke dalam kantung kecil.     

Ia berjalan menjauh lagi tanpa menatap ke arah pria yang sudah memperlakukannya dengan sangat buruk di masa lalu.     

Waktu yang panjang berlalu dan sinar keemasan dari matahari dapat terlihat di ujung timur. Kedua gadis itu terlihat lelah dan diam saja, berbaring di atas rumput.     

Tubuh tak bernyawa Wang Yu sudah dibawa pergi oleh Prajurit Bayangan, kedua Senja tidak tahu dan tidak peduli kemana mereka membawanya, sementara para remaja itu sudah di amankan di tempat lain.     

"Apa yang akan kau lakukan dengan para remaja itu?" Senja memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah gadis di sebelahnya.     

"Semua anak itu akan baik-baik saja setelah efek dari obat yang diberikan kepada merek sudah menghilang. Aku akan membawa mereka bersamaku."     

Sebenarnya rencana mereka untuk menuntun Wang Yu datang bukan hanya untuk membunuhnya. Karena sifatnya, mereka tahu bahwa Wang Yu pasti akan membawa pasukannya juga.     

Semua remaja itu akan di pergunakan untuk bertarung melawan Xiao Jun di dalam perang, maka, untuk kehilangan mereka dan Wang Yu akan menjadi pukulan hebat bagi pihak Modama.     

"Setelah aku menyelesaikan urusannya, aku akan menyusulmu." Ia berkata, memberikan Senyuman lebar kepada Senja.     

"Baiklah, aku akan menunggumu." Senja tersenyum lebar dan berdiri, ia membersihkan rerumputan dari bajunya sebelum mengulurkan tangan untuk membantu Senja lain untuk berdiri juga. "Terima kasih untuk apa yang telah kau lakukan. Bagaimana pun dia tetaplah ayahmu." Senja meringis.     

Namun, gadis itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, dia bukan lagi ayahku sejak dia membunuh kakek."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.