Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

TEMBAK UTARA



TEMBAK UTARA

0Disana, Senja bisa melihat lebih jelas kondisi dari semua anak-anak itu. Kulit tubuh mereka sangat pucat seperti warna kertas dan rambut mereka yang berantakan seperti sarang burung bertengger di kepala mereka. Tapi hal yang paling menakutkan adalah dengan mata mereka…. Mereka seperti tidak memiliki kehidupan disana.     

Jika melihat para remaja yang tidak memiliki ekspresi dianggap cukup mengganggu, maka melihat anak-anak yang seakan tidak memiliki jiwa di hadapannya ini adalah pengalaman yang sangat mengerikan. Mereka tidak terlihat lemah, tapi bahkan tanpa kemampuannya, Senja busa merasakan insting mereka yang seperti haus akan darah.     

Di usia yang masih sangat kecil, untuk memiliki perasaan niat yang kejam seperti itu, lebih buruk dari yang terlihat pada remaja-remaja yang sebelumnya. Tidak ada yang tahu apa yang mungkin bisa mereka lakukan.     

"Bagaimana bisa mereka menjadi seperti ini?" Senja menggertakkan giginya untuk menahan keinginannya pergi menjauh dengan ketakutan. "Apa mereka sudah seperti ini sejak terakhir kali kalian membawa mereka ke tempat ini?"     

"Tidak," Yang Yu menggelengkan kepalanya, tentu saja bingung dengan kondisi mereka. "Pada awalnya, mereka terlihat baik-baik saja. Kebingungan dan ketakutan namun mereka baik-baik saja, mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Ki dan tidak ada yang mengerti artinya."     

"Berbicara dengan bahasa Ki?"     

"Ya, mereka sepertinya tidak mengetahui bahasa lain selain bahasa Ki." Yang Yu berhenti dan menarik kembali obornya, jadi kegelapan kembali menyelimuti mereka, menyembunyikan mata menakutkan milik mereka itu. "Setelah satu pekan, anak-anak itu satu per satu mulai terkena deman, dan setelah Dokter Lin merawat mereka, mereka membaik. Namun, mereka tidak lagi bicara dan menjadi seperti ini."     

Senja berbalik dan menyapukan pandangan ke sekelilingnya dan ke sel yang lain yang memiliki jumlah anak-anak yang sama di dalamnya. Sosok mereka terhalangi oleh kegelapan dari tempat itu, berkumpul di satu sisi bersama-sama.     

Senja berjalan lebih mendekat lagi, mengabaikan usaha Yang Yu untuk menariknya mundur. Senja mencoba untuk bicara dengan mereka menggunakan bahasa Ki yang tentu mengejutkan para penjaga, tapi Yang Yu yang sudah mengetahui bahwa Senja bisa berbahasa Ki hanya mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun ia tidak mengerti apa yang Senja bicarakan, ia menatap ke arah anak-anak itu, berharap aka nada reaksi dari mereka.     

Tapi, setelah Senja berbicara sendirian cukup lama, satu-satunya respon yang terlihat adalah hanya semua anak itu mengangkat kepalanya yang kecil sambil duduk diam di ujung sel yang gelap.     

"Mereka tidak menjawab." Yang Yu bergumam.     

Senja menghela napas berat dengan kedua alisnya yang melengkung karena kebingungan. Berpikir dengan serius, Senja mencoba satu kali lagi bertanya dengan mereka.     

"Apa rencananya?" Bahasa Ki itu keluar dari lidahnya dengan mulus seakan itu adalah bahasa kedua Senja.     

Senja hanya mencoba usaha terakhirnya sebelum ia kembali ke kemah, tapi tanpa disangka-sangka, salah satu anak dari sel di sisi belakangnya mengeluarkan tangisan mengerikan yang membuat merinding siapapun yang mendengarnya.     

Anak gadis kecil sekitar berusia enam atau tujuh tahun mengatakan sebuah kalimat berulang kali sementara wajahnya terlihat sangat ketakutan.     

Dua penjaga bergegas masuk ke dalam dan mencoba untuk menghentikan teriakannya dengan memberikan sebuah pil berwarna putih dan memaksanya untuk menelan pil itu.     

Senja melihat tubuh gadis kecil itu terjatuh ke lantai sementara suaranya hampir seperti bergumam, mengulangi kalimat yang masih sama.     

"Nona Muda Senja, apa yang dikatakan gadis kecil itu?" Yang Yu memusatkan matanya ke gadis itu yang perlahan kehilangan kesadaraannya.     

"Menembak ke utara besok." Senja menjawab dengan keengganan dan kemarahan dimatanya.     

Obor-obor di kemah militer sudah dinyalakan saat matahari sudah terbenam sejak tadi.     

Setelah perjalanan menuju ke penjara bawah tanah dan melihat anak-anak yang akan dimanfaatkan oleh Modama, Senja dapat menebak dengan kasar apa yang ia telah rencanakan. Tapi tetap masih ada celah disini dan disana yang belum bisa terhubung satu sama lain.     

Senja membutuhkan lebih banyak informasi dan satu-satunya orang yang bisa menyediakan informasi itu tidak ada disini.     

Sementara menunggu Xiao Tianyou dan Xiao Jun kembali, Senja meminta makan malamnya untuk dibawakan ke dalam tenda.     

Kemudian makanan itu datang dan dibawakan oleh salah satu anggota tentara, Senja mengisyaratkannya untuk meletakkan makanan itu dan bertanya apakah Senja membutuhkan yang lain lagi.     

Ketika Senja berada di tengah-tengah makan malamnya, tirai tenda terbuka dan itu memperlihatkan sosok Xiao Tianyou yang mengenakan jubah perjalanannya, terlihat lelah namun sangat tampas seperti biasanya.     

Senja merasa bahagia ketika ia melihat Xiao Tianyou, tapi senyuman cerahnya seketika menjadi redup ketika ia melihat seseorang yang mengikuti Xiao Tianyou dari belakang.     

Xiao Jun baru saja masuk ke dalam tenda dan ia merasakan sesuatu benda berkilau meluncur ke arahnya, dengan reflek ia memiringkan kepalanya untuk menghindari benda itu. Xiao Jun melihat sendok perak yang datang dari sosok Senja yang marah di hadapannya, Ia sedang menggenggam sebuah sendok perak di tangan kanannya dan melemparkan benda itu ke arah Xiao Jun lagi.     

Kali ini, Xiao Jun dengan mudah menangkapnya di udara dan terkekeh. "Inikah bagaiamana caramu menyapa kakak iparmu?"     

"Kakak ipar apanya!" Senja membentak dengan marah sementara Xiao Tianyou memberikan Senja kecupan di dahi yang mengurangi sedikit ketegangannya. "Beraninya kau merencanakan itu dan memanfaatkanku sebagai umpan!" Senja masih kesal dengan siasat Xiao Jun.     

"Aku tidak memanfaatkanmu." Xiao Jun masuk ke dalam tenda dan duduk di salah satu kursi di hadapan Senja sementara Xiao Tianyou mengambil posisi di sisi kanan Senja. "Aku membantumu untuk meningkatkan perkembangannya." Xiao Jun berkata dengan malas bersamaan dengan sedikit humor.     

Senja tidak mepedulikan kalimatnya yang terdengar riang saat ia mencoba untuk menarik pinggang Xiao Tianyou dan meraih pedang yang masih menggantung di pinggulnya.     

"Aoa yang kau lakukan?" Xiao Tianyou bingung dengan tangan Senja yang ada di tubuhnya.     

Tanpa mengangkat kepala, Senja menjawab dengan dingin. "Menjadikanmu seorang anak tunggal." Senja berkata dengan dengan kesal.     

Dengan jawaban itu, Xiao Tianyou meledak dalam tawa. Suara tawa Xiao Tianyou berbunyi di telinga Senja dengan sangat merdu hingga membuatnya berhenti menari-narik tubuhnya.     

"Aku akan senang untuk menjadi anak tunggal." Xiao Tianyou berkata sambil menciumi kening Senja dan menepuk kepalanya dengan penuh kasih sayang.     

Di sisi lain dari meja, Xiao Jun merasa tercengang, ia tidak bisa berkata-kata dengan senda gurau mereka. "Apa kau baru saja merencanakan pembunuhan tepat di hadapanku?" Ia bertanya dengan tidak percaya.     

Senja mencibur Xiao Jun dan menlanjutkan makan malamnya, melupakan niat sebelumnya.     

Selanjutnya, dua tentara datang dan membawakan makan malam untuk Xiao Jun dan Xiao Tianyou dan mereka berdua makan dengan hening.     

"Apa yang kau dapatkan?" Xiao Tianyou bertanya pada Senja ketika mereka sudah menurunkan mangkuk mereka. "Aku dengar kau mengunjungi penjara bawah tanah itu."     

Senja mengangguk. "Modama memanfaatkan anak-anak itu untuk melawanmu."     

"Bagaimana dia memanfaatkan mereka semua? Mereka hanya anak kecil." Xiao Jun menolak ide bahwa Modama bisa memanfaatkan anak-anak itu untuk membahayakan pasukannya, apalagi di dalam perang.     

Anak-anak di medang perang? Itu sungguh tidak masuk akal.     

"Dia ingin membuatmu berpikir seperti itu." Senja mengisi gelasnya hingga penuh dan meneguk airnya. "Kau tidak akan menuntun dirimu untuk melawan anak-anak."     

Xiao Jun dan Xiao Tianyou menatap satu sama lain dengan tidak percaya, masih merasa kesulitan untuk mengartikan pernyataan Senja.     

"Menggunakn anak-anak untuk berperang?" Kedua alis Xiao Jun terangkat. "Itu sulit di percaya." Ia bergumam, berpikir dengan serius.     

"Aku rasa itu masuk akal." Xiao Tianyou berbicara. "Klan L dan Klan Mystic adalah rekannya dan mereka selalu menggunakan anak-anak kecil sejak awal pertemuanku dengan mereka."     

"Ini sulit dipercaya, tapi anak-anak di dalam penjara bawah tanah itu mengatakannya." Senja bergumam, mengingat teriakan dari anak kecil tadi. "Semua anak itu berbicara dalam bahasa Ki."     

Dengan mendengar pernyataan Senja, kedua Xiao Tianyou dan Xiao Jun mengingat bahwa Senja bisa berbicara menggunakan bahasa Ki. Kedua mata mereka berdua menyala dan dengan semangat bertanya kepadanya.     

"Apa kau mendapatkan sesuatu?" Xiao Jun mendekat maju. "Apa mereka mulai berbicara?"     

"Ya, tapi hanya satu kalimat."     

Xiao Tianyou memiringkan kepalanya dengan bertanya-tanya. "Apa kalimat itu?"     

"Menembak ke utara besok." Senja berkata tanpa emosi. "Aku rasa Modama sudah memberikan mereka obat untuk membuat mereka tetap patuh."     

"Dokter Lin sudah memeriksa mereka dan tidak ada sesuatu yang tidak normal dengan mereka." Xiao Jun berkata dan merenungkan. Mungkin ia melewatkan sesuatu.     

"Bahkan Dokter Lin tidak mengetahui apa yang terjadi pada mereka…" Senja bergumam, tapi kemudian kedua matanya bersinar dengan cerah saat ia menatap Xiao Jun. "Aku rasa aku tahu siapa yang bisa membantu kita…" Senja berkata dengan hati-hati, tapi sebelum Senja bisa berkata apapun lagi, Xiao Tianyou sudah memotong kalimatnya dengan dingin.     

"No." Xiao Tianyou berkata dengan singkat, degan satu kata sederhana seperti itu, bisa berisi dengan ketegasan, kemarahan dan kebencian ketika ia mengatakannya.     

"Apa kau tahu siapa yang aku maksud?" Senja mengerutkan wajahnya dengan kesal karena di sela seperti itu.     

"Aku tahu siapa yang kau maksud dan jawabanku adalah tidak." Xiao Tianyou mengatakan keputusan akhirnya.     

"Aku sudah menyarankannya untuk mencari Gong Xu, tapi dia tidak setuju." Xiao Jun mengangkat tangannya dengan kalah.     

"Xiao Tianyou!" Senja memanggil nama panjangnya dengan keseriusan. "Kau tidak akan berkata padaku bahwa kau memiliki dendam terhadapnya, kan?"     

"Aku akan berkata bahwa kau tidak akan pergi untuk menemuinya sendiri." Ia berkata dengan tegas.     

"Aku tidak akan pergi sendirian, aku akan pergi dengan Paman Su."     

"Aku tidak akan mengizinkannya pergi."     

"Kalau begitu aku akan pergi sendiri!"     

Senja bersikeras dengan keras kepala yang membuat Xiao Tianyou mengerang dengan putus asa.     

"Oke, sepertinya aku akan menyerahkan masalah ini kepada kalian berdua." Dengan kalimat itu, Xiao Jun pamit pergi dari pasangat yang sedang manatap tajam satu sama lain itu.     

"Berikan aku satu alasan yang bisa diterima kenapa aku tidak bisa pergi?" Senja mendengus dan melipat kedua lengannya.     

"Dia adalah anak dari Modama."     

"Dan kau memiliki seorang anak bersama dengan kakaknya." Senja mengatakan kebenaran yang ada.     

Sebuah rasa sakit muncul di wajah Xiao Tianyou yang membuat Senja menyesal setelah ia selesai mengucapkan kalimat itu, tapi itu adalah kebenaran dan Xiao Tianyou tidak bisa menghakimi Gong Xu seperti itu. Alasannya sungguh tidak cukup kuat.     

"Kau seharusnya tahu, sejak kita bertemu dengannya dan Senja di Sekte Pedang Gunung Sui bahwa dia sudah tidak lagi bersama dengan Modama. Mereka berbeda." Senja melembutkan nada bicaranya. "Seperti Luna. Dia juga melawan ayahnya, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.