Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

EPISODE 2 THE STORY OF DUSK



EPISODE 2 THE STORY OF DUSK

0Ye Xiu dianggap sebagai seorang seniman bela diri yang memiliki peringkat tinggi dari Kerajaan Xinghe dan untuk dapat mengalahkannya, Kaisar akan memberikan perhargaan untuk Wang Yu. Ia juga dapat mempertahankan kekuatannya di kemiliteran dan tidak membiarkan Pangeran Xiao Jun melumpuhkannya dengan mudah.     

Dengan mati-matian Wang Yu berusaha menembus pertahanan diri Ye Xiu, ia tidak berhenti hingga ujung pedangnya melukai bahu sebelah kiri Senja, dan mengenai dada Ye Xiu.     

Ye Xiu yang sudah terluka bahkan sebelum Wang Yu melawannya saat ini, hampir tidak bisa melindungi Senja dari ayahnya yang bertingkah gila.Ye Xiu mundur untuk membebaskan Senja dan dirinya sendiri.     

Wang Yu tidak menunggu dan langsung bergerak maju dengan serangan lain dari pedangnya sementara Ye Xiu yang membawa Senja terus berlari ke arah air terjun. Ia melirik gadis yang berada di dekapannya itu yang matanya masih tertutup dan darah yang menodai gaun putihnya sebelum ia melompat kebawah dari jurang ke arus air terjun yang berada di bawahnya.     

Sebelum Ye Xiu menyelam ke dalam air, ia dapat mendengar Wang Yu yang berteriak frustasi.     

***     

"Kakak!" Ye Bai berseru dengan ketakutan ketika ia melihat kakaknya berjalan masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang mengerikan. "Apa yang terjadi?! Sial! Bagaimana bisa kau terluka begitu parah seperti ini?!"     

Ye Xiu terhuyung ke arah Ye Bai dan mendorong sebuah 'buntalan' yang ada di genggamannya kepada Ye Bai. Ye Bai mengambil buntalan itu dan dari buntalan yang ia pegang, muncul sebuah wajah yang terbalut dengan jubah milik Ye Xiu.     

"Aarrggh!"Ye Bai berteriak dan hampir menjatuhkan Senja."Apa ini, Kakak? Kau tidak menculiknya, kan?!" Rasa panik membanjiri perasaan Ye Bai kali ini.Kedua matanya yang kecil memancarkan pandangan ngeri.     

"Rawat dia." Adalah kata-kata yang terucap oleh Ye Xiu sebelum ia berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk mengobati dadanya yang terluka.     

"Hey! Kakak! Setidaknya beritahu aku siapa anak ini?!"Ye Bai mengejar Ye Xiu, "Ye Xiu!"     

***     

Di dalam sebuah ruangan kecil, beberapa lilin menyala untuk menerangi ruangan itu sedangkan di atas tempat tidur, Senja berbaring dengan perban yang melilit di dadanya.Tarikan napasnya terlihat sangat pendek.     

Ye Bai duduk di pinggiran tempat tidur sambil menatap kakaknya yang duduk di sebuah sofa seberang ruangan.     

"Apa kau yakin?Kau tidak membutuhkan bantuanku?"Ye Bai bertanya dengan murung.     

"Tidak perlu."Ye Xiu sedang membalutkan perban di tangannya yang terluka.Rambutnya yang putih menutupi bahunya dan terlihat diterangi dengan cahaya lilin."Bagaimana keadaannya?"     

Ye Bai mengalihkan pandangannya sesaat kepada Senja, "Dia membutuhkan seorang dokter dan Zhang Li tidak ada disini sekarang."Su Zhang Li adalah istri Ye Bai dan merupakan seorang dokter.     

Kedua alis Ye Xiu berkerut dan ia menghampiri Senja untuk memeriksa kondisinya. "Dia akan baik-baik saja."Ye Xiu berkata setelah memastikan beberapa saat.     

Ye Bai mengangkat bahunya acuh tak acuh, "Aku bukan seorang dokter.Bagaimana bisa aku mengetahuinya?"     

Setelah Ye Xiu selesai membalut semua lukanya dengan perban, dengan lelah ia duduk di kursi dan menyeruput secangkir the sedangkan Ye Bai masih saja menanyakannya pertanyaan yang sama lagi dan lagi.     

"Siapakah dia, kakak tersayangku?Dengan siapa kau berkelahi?"     

"Wang Yu dari Klan Pedang Hitam."     

Ye Bai memukulkan tinjunya ke atas meja."Sial!Apa kau pergi ke garis perbatasan siang hari ini?"     

"Tidak, aku pergi ke Gunung Sui."     

"Kau pergi ke Sekte Pedang?"Kedua mata Ye Bai melebar karena merasa terkejut, "Kakak!Apa kau sudah gila? Gunung Sui hampir menjadi wilayah kekuasaan Azura."     

"Aku tahu."     

Ye Bai mengangkat tangannya ke udara dengan frustasi, "Kau mengetahuinya tapi masih pergi kesana." Ia menatap kakaknya dengan ekspresi kelelahan. "Apa itu mengenai Riana lagi?"     

Ye Xiu, yang telah menutup matanya membuka kedua matanya lagi ketika ia mendengar rasa penasaran adiknya dan mengangguk. "Karena dia."Ye Xiu membalas dengan tegas.     

Ye Bai menghela napas. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap Ye Xiu. "Tidak bisakah kau menerima kenyataan bahwa Riana sudah mati?Jangan menyiksa dirimu sendiri."     

"Sudah berapa kali aku memberitahumu, dia tidak mati…?" Suara Ye Xiu terdengar sangat lemah dan lelah.     

"Dia sudah mati."Ye Bai berkata dengan tegas, "Walaupun kita tidak bisa menemukan tubuhnya."Ia menambahkan dengan cepat ketika kakaknya menatap tajam ke arahnya.     

Setelah Ye Xiu berhasil menghentikan mulut Ye Bai untuk beberapa saat, Ye Xiu menutup matanya lagi dan menyandarkan tubuhnya ke sofa saat bayangan kejadian terakhir kali ia bertemu dengan Riana di kuil Sekte Pedang Gunung Sui yang kembali melayang di pikirannya.     

Sudah sekitar 7 tahun sejak penguasa Kerajaan Azura mati. Dalam kata lain, itu sudah 4 tahun setelah Sekte Pedang Gunung Sui di serang dan di hancurkan. Pada saat itu, Ye Xiu sedang menjaga kuil dengan Riana dan murid-murid lain dari Kerajaan Xinghe.     

Pasukan dari Kerajaan Azura telah sampai dan menetap malam itu di markas gunung ketika pada murid Sekte Pedang Gunung Sui dari Kerajaan Xinghe meluncurkan serangan diam-diam pada mereka.Malam itu ratusan pasukan pria yang tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka, mati di tempat.     

Serangan itu berhasil, tapi hal yang mereka tidak tahu adalah, tepat setelah berhasilnya serangan itu ribuan pasukan kavaleri yang menggabungkan kekuatan dengan Kerajaan Azura dan Kerajaan Rockstone menyerang mereka untuk balas dendam.     

Pasukan gabungan mereka berjumlah jauh lebih banyak dari orang-orang Kerajaan Xinghe.Mereka berperang sambil mundur ke kuil yang berada di puncak Gunung.     

Riana merupakan salah satu orang yang ikut berperang di hari yang mengerikan itu. Kemampuan bertempurnya hanya berada sedikit di bawah Pangeran Xiao Jun, ia adalah kakak tingkatnya di Sekte Pedang.     

Dengan pemeriksaan singkat, Riana langsung tahu bahwa kekuatan pasukan yang bergabung bukan dipimpin oleh Xiao Jun, melainkan dipimpin oleh Xiao Wang Wei.Saudara sepupu dari Xiao Jun.     

Bersama-sama, Riana dan Xiao Jun berlatih ilmu bela diri di bawah naungan Guru Ye Xiu, mereka berdua adalah murid kesukaan Ye Xiu, tentu saja Riana lebih special untuk Ye Xiu. Pada awalnya mereka bertiga memiliki hubungan yang baik dan rukun dengan satu sama lain.     

Walaupun demikian, ketika Kerajaan Xinghe dituduh membunuh Kaisar dan Ratu yang adalah orang tua dari Xiao Jun, hubungan mereka berubah menjadi canggung dan itu telah terlampau beberapa waktu sejak terakhir kali Riana berbicara dengan Xiao Jun. Menurut apa yang ia dengar, Xiao Jun telah bertunangan dengan anak dari salah satu Mentri di Kerajaannya saat ini.     

Riana merasa sedikit lega dengan kenyataan bahwa perjumpaan pertama mereka setelah sekian lama tidak dalam situasi semacam ini.Ia tidak mau melawan Xiao Jun, dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki masalah pribadi. Itu adalah murni permasalahan antar dua Negara.     

Para pengikut dari Kerajaan Azura dan pasukan kavaleri dari Kerajaan Rockstone dengan kejam membunuh semua orang yang mereka temui sepanjang jalan menuju puncak Gunung Sui.Saat itu adalah merupakan malam yang penuh darah dengan rasa takut dan aroma kematian yang tercampur di udara.Hujan yang membasahi bumi menambah kesan sedih bagi para orang-orang Xinghe.Bahkan langit saja tidak berada di pihak mereka malam ini.     

Kerusuhan di kuil dan pasukan kavaleri mengamuk hingga melewati batas pertahanan mereka, Ye Xiu tahu bahwa tidak ada jalan untuk lari. Namun, dalam sekali serang dengan pedangnya, ia membunuh 2 tentara sekaligus. Saat musuhnya terguling jatuh, ia dengan tergesa-gesa mencari keberadaan Riana namun ia malah melihat tubuhnya yang tergeletak di tanah dengan darah yang mengalir keluar dari bahu sebelah kirinya.     

"Riana!"Ye Xiu berlutut di sebelah wanitanya dan mengangkat tubuhnya yang lemah dari tanah.Ia memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya ketika Riana akhirnya membuka mata.     

"Apa yang terjadi dengan ekspresi itu, Guru Ye?"Riana berkata dengan lesu.     

Mengabaikan kalimat Riana yang mengejek itu, Ye Xiu membalut tubuhnya dengan jubah yang ia kenakan dan berlari menembus hujan untuk masuk ke dalam kuil. Ia berhenti di salah satu ujung lorong yang menurunkan Riana ke atas lantai dengan hati-hati. Gadis di hadapannya itu terlihat sangat pucat, warna bibirnya yang seperti buah ceri tak terlihat lagi.     

Ye Xiu sangat gelisah dan cemas untuk melihatnya seperti ini, ia telah memperlakukan Riana seperti hal yang paling berharga di tangannya sejak pertama kali ia melihat Riana.     

Ketika ia memutuskan untuk melawan aturan yang tak terucap untuk bisa bersama Riana, ia tidak pernah melihatnya dalam kondisi seperti saat ini. Kedua tangan Ye Xiu bergetar dengan hebat saat mencoba untuk menghentikan darah Riana yang terus mengalir keluar.     

"Aku baik-baik saja." Riana menyentuh alis Ye Xiu yang berkerut. Ia tidak dapat mengucapkan seberapa besar cintanya untuk Ye Xiu.     

"Aku akan mengeluarkanmu dari sini."Ye Xiu berkata dengan tegas lebih terdengar seperti sumpah untuk dirinya sendiri.     

"Aku tahu…" Riana mengangguk dengan lemah.     

Pada saat itu, 3 orang musuh muncul di ujung lorong yang lain. Ye Xiu telah melihat mereka leboh dahulu sebelum salah satu dari mereka dapat melangkah untuk maju, kepalanya sudah tergeletak di atas tanah dengan darah yang menyembur keluar dari tubuhnya yang terpisah dari kepala.Dengan kejam, Ye Xiu menyerang sisa dari orang-orang itu.     

Ia tahu tidak banyak orang yang tersisa dari pihak mereka dan cepat atau lambat lebih banyak musuh akan datang, maka ia berlari kembali menuju Riana dan mengangkatnya dengan hati-hati. Riana meringis karena pergerakan itu, lukanya terasa sangat sakit.     

Kedua alis Ye Xiu menegang karena tertekan saat mendengar Riana meringis kesakitan. Rasa sakit itu pasti sangat sulit dihadapi olehnya.     

Suara benturan pedang dari peperangan yang terjadi di luar perlahan menghilang, sepertinya orang-orang Azura telah menyatakan kemenangannya dari Xinghe. Dengan Riana yang terluka di bahu kirinya di tangan kanan Ye Xiu dan pedang yang siap menyerang di tangan sebelah kanan, ia tidak mempedulikan orang yang lain. Ye Xi uterus berlari.     

Ia telah berlari dalam kesulitan saat sebuah panah ditembakkan dari atas atap kuil dan menancap di tanah sejauh satu inci dari kakinya. Ye Xiu berhenti seketika, dengan semua indra perasanya ia menjadi lebih waspada.     

Disana, puluhan Pemanah berdiri di atap kuil dengan ujung panah yang menunjuk ke arahnya.Genggamannya di gagang pedang semakin erat hingga pembuluh darahnya dapat terlihat. Ye Xiu dengan pasrah menutupi tubuh Riana dengan tubuhnya untuk melindungi Riana dari bahaya apapun yang akan datang.     

Seluruh pemanah itu mengelilingi Ye Xiu dan Riana sekarang, dengan busur di tangan mereka, panah itu hanya tinggal menunggu sinyal untuk diluncurkan. Dari cara mereka berdiri, mereka terlihat seperti pemanah profesional dan bukan seperti pemanah militer. Kali ini lebih kuat, bahkan hujan yang berkabut ini tidak membuat mereka menggoyahkan mereka dari targetnya.     

"Apakah ini ucapan selamat tinggal?"Riana berbisik dengan getir ke telinga Ye Xiu.     

Ye Xiu mencium kepala Riana dan berkata dengan tegas."Tidak.Ini bukan perpisahan selamat tinggal sampai aku mengatakannya."     

Riana tidak menjawabnya, air matanya yang terasa hangat mulai mengalir jatuh ke leher Ye Xiu yang bercampur dengan dinginnya air hujan malam ini, Ye Xiu memeluk Riana dengan sangat erat.     

"Mengerti?"Ye Xiu memastikan.     

"Mm."Riana bergumam.     

Kedua mata Ye Xiu memandang para musuh yang mengelilinginya dengan sangat menyeramkan.Itu hampir mustahil baginya untuk pergi tanpa cedera, tidak perlu menyebutkan Riana yang tidak bisa bergerak sendiri.Meskipun begitu, Ye Xiu tetap bersikeras untuk membawa Riana keluar dari tempat ini.     

Suara kekehan yang keras terdengar di bawah langit malam yang turun hujan ini.Ye Xiu secara tidak sadar menolehkan kepalanya ke arah suara itu berasal.     

Di antara para pemanah di atap, seorang pria muda dengan baju zirah yang bersinar dan pakaian Militer berdiri dengan angkuh di bawah hujan. Sosoknya yang kekar memancarkan aura yang mendominasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.