Purple Dawn Till Dusk : dearest through the time -INDONESIA-

MEMALUKAN



MEMALUKAN

0Karena mereka tidak bisa mencari tahu kekuatan dari musuh dan karean mereka kekurangan prajurit, hanya ada total 200 orang prajurit di benteng ini, itu bukanlah angka yang bagus untuk menginisiasi serangan.     

Biar bagaimanapun juga, di benteng ini bukanlah wilayah musuh. Ini adalah tempat berlatih untuk para prajurit muda.     

Senja berjalan cepat di belakang kedua pemimpin tersebut, sambil kesulitan mengikuti langkah mereka.     

Di butuhkan satu jam yang panjang untuk mendebat mereka berdua hanya untuk meyakinkannya kalau Senja tidak memiliki rencana tersembunyi, dan satu jam lagi untuk menyatukan rencana mereka sampai akhirnya mengkristalkan ide mereka menjadi suatu aksi yang konkret.     

Dari diskusi mereka, Senja dapat menyimpulkan kalau di era ini mereka tidak tahu apapun mengenai bahan peledak, apalagi senjata berat seperti meriam.     

Senja hampir kehilangan nafasnya karena berbicara terus selama empat jam tanpa berhenti, belum lagi dia harus menganalisa aksi mereka dan merasakan perasaan mereka untuk membuatnya percaya pada Senja.     

Mereka berdua memiliki pemahaman akan satu sama lain yang dalam sehingga mereka dapat membatasi komunikasi antara satu sama lain untuk mencegah mereka mengungkapkan terlalu banyak pada Senja.     

"Sekarang kita ada disini, dan kita telah mempersiapkan segalanya yang kamu butuhkan, kamu bisa memulai sekarang." Kapten Hua berkata dengan otoritas.     

Senja, yang baru saja dapat menarik nafas, memberikannya tatapan kesal, tapi tidak memperpanjang masalah ini. Dia berjalan menuju meja, menggulung lengan bajunya dna mulai mencampur setiap komponen yang ada di sana dengan kalkulasi yang hati- hati.     

Dia mencoba untuk membuat ledakan kecil. Ini bukan pertama kalinya dia membuat hal semacam ini, sebelumnya dia telah membuat ini, hanya saja tidak terlalu sering. Hal ini Senja lakukan untuk mengalihkan perhatian musuh dan menolongnya kabur ketika berada di dalam misi.     

Semua ini Senja pelajari dari kakaknya, Sian.     

Hanya butuh lima menit bagi Senja sebelum akhirnya selesai. Dia membawa sebuah botol yang berisi bubuk dan sehelai kain yang telah dia celupkan kedalam alcohol, yang kini disumpalkan ke mulut botol. Senja kemudian berjalan ke tengah lapangan.     

"Mundur!" suara Senja cukup keras bagi para prajurit itu dengar tapi yang membuatnya terkejut adalah; tidak ada satupun dari mereka yang bergerak sama sekali. Senja melotot menatap Kapten Hua dengan sorot mata kesal.     

"Mundur!" dia memerintahkan para prajuritnya tanpa mengalihkan pandangan menantangnya dari Senja.     

Semuat prajurit itu kemudian mundur lima langkah, sekarang mata mereka penuh dengan rasa penasaran yang tertuju pada apa aksi yang akan Senja lakukan selanjutnya.     

Senja kemudian meletakkan boto ditangannya di atas sebuah balok kayu, karena dia tidak memiliki pistol untuk menginisiasi ledakan, dan tentu saja mereka tidak akan mungkin bisa menyediakan hal tersebut untuknya, maka dari itu Senja telah meminta mereka untuk memberikan dia sebuahh busur dan panah berapi.     

Senja kemudian berjalan menuju para prajurit yang memegang busur dan panah dengan percaya diri. Sasarannya adalah ujung kain yang telah dicelupkan ke dalam alcohol.     

Walaupun ini adalah pertama kalinya bagi Senja menggunakan busur dan panah, tapi dia cukup percaya diri dengan keahlian menembaknya.     

Keduanya sama saja kan? Hanya perlu menembak pada titik yang tepat.     

Senja dapat merasakan perasaan gembira dari sekitarnya yang membuat moodnya semakin membaik dan menambah ego dirinya.     

Dengan sombong, Senja mengunci targetnya dan melepaskan panah.     

Tapi, seperti kata pepatah, 'practice make perfect'. Bagaimana Senja dapat menguasai busur dan panah dalam percobaan pertamanya?     

Maka dari itu, panah yang baru saja dia tembakan beberapa meter tersebut jatuh ke tanah dan tidak pernah mencapai targetnya.     

Perasaan antusias di sekeliling Senja hilang dan menjadi canggung.     

Senja hanya berdiri disana, menatap dengan tatapan kosong kepada panahnya yang menyedihkan.     

Sial! Sangat memalukan!     

Senja mengertakkan giginya. Dia telah menilai terlalu tinggi kemampuannya dan tidak mengindahkan kenyataan bahwa dia tidak tahu apapun mengenai panahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.