Pangeran Yang Dikutuk

Kehidupan Yang Damai **



Kehidupan Yang Damai **

0WARNING:     

Uwuuu... di dalam bab ini ada adegan seks yang eksplisit/detail. Mohon bagi yang belum cukup umur atau pembaca yang tidak nyaman dengan adegan mesum mencari buku lain untuk dibaca. Terima kasihhh. xx     

.     

.     

Mars menahan kedua pinggul Emmelyn dengan tangannya dan kemudia mendorong masuk dari belakang. Penis sang pangeran berhasil masuk dalam sekali, hingga ke mulut rahim.     

Ia mendesah panjang ketika merasakan kepala dan batang kejantanannya dijepit oleh dinding hangat dan lembut yang membuat seluruh syaraf di penisnya mengirimkan sinyal kenikmatan ke otak dan seluruh tubuhnya.     

Mars kembali memompa dalam-dalam dan sepenuh tenaga. Suara napasnya dan napas Emmelyn yang memburu, serta lenguhan dan desahan mereka sesekali memenuhi ruang kamar mereka.     

Aroma cinta mengisi udara di sekitar mereka, membuat keduanya semakin mabuk dalam gelora asmara.     

Setelah memompa semakin cepat selama lima menit, akhirnya Mars merasakan pelepasannya akan segera tiba.     

Ia terus membajak semakin cepat dan semakin cepat, membuat Emmelyn menjadi kepayahan dan dalam mengikuti ritmenya.     

"Ahhh... Sayang..." Mars menggeram pelan saat tubuhnya bergetar dan ia menarik rambut Emmelyn pelan, sementara gadis itu mengejangkan tubuhnya, saat kenikmatan yang sama melanda sekujur tubuhnya.     

Pertahanan Emmelyn runtuh dan ia menjadi lemas. Tubuhnya tergolek jatuh ke kasur seperti boneka, dan tubuh Mars menyusul di atasnya.     

Emmelyn hanya menggumam tidak jelas dan kembali menutup matanya.     

"Kau lelah?" tanya Mars. "Mau kubawakan makanan ke sini?"     

Mars dapat membayangkan mungkin gadis itu kelelahan setelah semua yang terjadi seharian ini.     

Pagi-pagi mereka dipergoki ibunya sedang berhubungan intim, lalu berlatih pedang di lapangan, kemudian insiden di acara minum teh.. dan sekarang mereka habis melakukan itu.     

Wajar saja kalau Emmelyn bahkan tidak punya tenaga untuk turun ke ruang makan untuk makan malam.     

Ah, tentu bukan hal yang sulit bagi Mars untuk meminta Roshan menyajikan makanan bagi mereka di kamar, bukan?     

"Aku tidak mau membiasakan diri makan di kamar," omel Emmelyn. "Sebaiknya aku tetap turun ke bawah."     

"Tapi kalau kau lelah, tidak apa-apa sekali-sekali makan di kamar," kata Mars.     

Tadinya Emmelyn mau menerima saran Mars untuk makan di kamar saja. Tetapi, tiba-tiba kening gadis itu berkerut dan ia memicingkan matanya dengan curiga.     

Ahh.. tumben-tumbenan Mars mau makan di kamar? Ada apa gerangan?     

Apakah ia malu bertemu para pelayan karena tadi dia ribut semakin saat mereka bercinta?     

HA HA HA...     

Jangan-jangan memang itu alasannya!     

Emmelyn sangat senang membayangkan betapa Mars harus memasang wajah datar di depan orang-orangnya saat nanti mereka turun ke ruang makan untuk makan malam.     

Hmph! Biar dia tahu bagaimana rasanya Emmelyn harus pura-pura cuek setiap kali ia harus turun dan bertemu para pelayan setelah keributan yan ditimbulkannya saat mereka berhubungan seks.     

Karenanya, gadis itu mendeham dan berusaha turun dari tempat tidur untuk membersihkan diri dan memakai pakaiannya.     

"Aku mau makan di bawah," kata gadis itu cuek.     

Mars memperhatikan Emmelyn membersihkan diri dengan kain yang dibasahi di tempayan di sudut kamar, kemudian memakai kembali pakaiannya. Akhirnya, pria itu mengikuti perbuatan Emmelyn dan mengenakan pakaian.     

Baginya sama sekali tidak masalah, makan di kamar atau di ruang makan. Terserah Emmelyn saja, pikirnya.     

Mereka kemudian turun dari lantai tiga dan segera menuju ke ruang makan. Roshan yang melihat kedatangan mereka langsung dapat menduga bahwa sang majikan baru melakukan olah raga yang cukup menguras tenaga dan ingin segera makan.     

Karenanya, dengan sigap ia memberi perintah kepada para pelayan untuk menyajikan makanan bagi sang pangeran dan Lady Emmelyn.     

Emmelyn memperhatikan ekspresi Mars sejak mereka tiba di lantai satu dan bertemu Roshan, lalu ketika para pelayan mulai berdatangan membawakan makanan bagi mereka.     

Herannya, ia sama sekali tidak menemukan perubahan sikap maupun ekspresi pada diri Mars. Apakah pria itu memang sama sekali tidak peduli?     

Ahhh.. sepertinya begitu.     

Emmelyn hanya bisa mengerucutkan bibirnya saat menyadari ternyata Mars sama sekali tidak merasa terganggu jika orang-orang di kastil ini mengetahui kegiatannya di tempat tidur. Rupanya hanya Emmelyn yang terlalu banyak berpikir.     

Gadis itu menghabiskan makanannya sambil cemberut.     

***     

Malam itu, seperti biasa, Mars berendam sebentar di bak air panas untuk merelakskan tubuhnya supaya ia dapat tidur.     

Emmelyn yang merasakan tubuhnya lengket karena tadi berlatih pedang dan juga berhubungan seksual sebelum mereka makan malam, ikut merendam tubuhnya.     

Ia merasa bersyukur bahwa bak mandi yang ada di kamar mereka sama besarnya dengan bak mandi yang ada di kamar Mars sebelumnya, sehingga mereka dapat berbagi tanpa harus bersempit-sempit.     

Setelah merasa relaks dan mengeringkan diri, Mars lalu naik ke tempat tidur dan bersiap untuk tidur. Emmelyn yang melihat pria itu sama sekali tidak mau repot mengenakan pakaian untuk tidur, hanya geleng-geleng kepala dan bergumam, "Dasar mesum."     

Ia sendiri lalu mengenakan gaun tidur yang tipis dan naik ke tempat tidur. Seperti biasa, Mars langsung memeluknya dan menutupi tubuh mereka dengan selimut. Pasangan itu tidur dengan damai.     

***     

Kehidupan Emmelyn dan Mars berlangsung damai selama dua hari sebelum akhirnya pemuda itu harus berangkat ke Southberry untuk latihan perang.     

"Kau serius tidak mau ikut?" tanya Mars kepada Emmelyn di malam sebelum keberangkatannya. "Di sana banyak perkebunan anggur yang cantik."     

Emmelyn menggeleng. Walaupun ia sangat ingin pergi keluar dari kastil ini dan berjalan-jalan, ia tidak mau mengambil risiko. Ia telah menipu Gewen dengan mengaku sebagai kekasih laki-laki Mars.     

Selama mereka ada di kastil ini, ia akan dapat menyembunyikan diri. Tetapi kalau ia akan ikut ke Southberry, ia akan terpaksa berinteraksi lebih sering dengan Gewen dan Edgar. Bisa-bisa penyamarannya terbongkar.     

Lagipula.. ia juga ingin mengunjungi desa-desa di sekitar kastil ini. Ia sekarang tidak tahu lagi apakah ia ingin mengunjungi penyihir di Desa Bydell untuk membantunya mengandung anak kembar, tetapi tidak ada salahnya untuk mencari suasana baru, bukan?     

"Tidak. Aku akan tinggal di rumah dan beristirahat serta mencari kesibukan," kata Emmelyn.     

"Hmm.. baiklah. Oh, ya.. Lady Athibaud menyampaikan undangan kepadamu lewat Gewen untuk datang ke rumah mereka di ibukota. Ia ingin kau bertemu kedua anak perempuannya."     

"Hmm.. aku akan datang," kata Emmelyn.     

Sejujurnya, ia juga memang sudah mulai kangen mengobrol dengan sesama perempuan.     

"Mereka akan mengirim kereta kemari untuk menjemputmu. Aku akan mengirimmu pergi bersama Roshan dan beberapa pengawal," kata Mars lagi.     

"Baiklah."     

Mars tampak terdiam selama beberapa saat, membuat Emmelyn keheranan.     

"Kau kenapa?" tanya gadis itu.     

Akhirnya Mars menjawab. "Aku akan pergi selama seminggu... berarti kita tidak akan bisa melakukan tugas kita untuk..."     

Emmelyn memutar matanya.     

Dasar laki-laki, pikirnya. Rupanya hanya seks saja yang ada dalam kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.