Pangeran Yang Dikutuk

Kedatangan Nyonya Adler



Kedatangan Nyonya Adler

Mereka sarapan dalam diam. Tak satu pun dari mereka merasa perlu mengucapkan apa pun. Berada di sisi satu sama lain seperti ini saja sudah sangat berarti bagi mereka.     

Nafsu makan Emmelyn belum sepenuhnya kembali, tapi ia memaksakan diri untuk makan roti dan sosis. Emmelyn tahu ia harus makan agar tubuhnya tetap sehat selama kehamilannya. Ia tidak ingin membuat Mars semakin khawatir.     

"Baiklah, biar kubawa nampan ini kembali ke dapur. Apa kau ingin kembali tidur?" Mars bertanya kepada Emmelyn setelah mereka selesai makan.     

Emmelyn menggelengkan kepalanya. Ia masih ingin menyendiri, tetapi ia tidak ingin menghabiskan waktunya di tempat tidur sepanjang hari. Ia telah menguatkan hatinya untuk pergi keluar nanti dan melihat mayat kakaknya.     

"Aku ingin melihat taman dari sini," katanya. "Mereka membuatku merasa tenang."     

"Oke. Kapan kau ingin melihat Killian?" Mars bangkit dan mengambil nampan dari meja. "Aku akan memberi tahu Roshan untuk membawamu ke sana."     

"Hmm… mungkin setelah jam makan siang. Aku perlu mempersiapkan diri..." jawab Emmelyn.     

Tentu saja, Emmelyn harus mempersiapkan diri untuk menghadapi peristiwa yang kemungkinan akan membuat hatinya kembali pilu. Ia ingin pergi ke sana bersama Nyonya Adler. Setidaknya, jika ia membawa penyihir itu, ia tidak akan merasa begitu kesepian.     

"Oke, Sayang. Kau bisa bersantai untuk saat ini."     

Ketika gadis itu melihat pangeran akan meninggalkan kamar mereka dengan membawa nampannya, Emmelyn segera memanggilnya. Ia baru ingat ia harus menyuruh Roshan untuk pergi menjemput Nyonya Adler.     

"Sebelum kau pergi... bisakah kau memberi tahu Roshan untuk menemui Nyonya Adler dan mengundangnya datang ke sini?" Emmelyn bertanya kepadanya. "Ia tahu di mana penyihir itu tinggal."     

"Oke, aku akan memberi tahunya."     

Mars meninggalkan kamar mereka dan memberikan nampan itu kepada Roshan. Ia tidak lupa menyampaikan pesan Emmelyn kepada kepala pelayan itu.     

"Baik, saya akan pergi sekarang dan menjemput Nyonya Adler," jawab Roshan. "Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk Yang Mulia?"     

"Tidak ada. Biarkan saja Tuan Putri istirahat dan pastikan ada beberapa pelayan yang menunggu di dekat pintu, kalau-kalau ia membutuhkan sesuatu."     

"Baik Yang Mulia, saya akan melaksanakan semuanya sesuai perintah."     

Mars kembali ke kamar mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada Emmelyn. Ia senang dengan perkembangan pagi ini. Sepertinya Emmelyn perlahan pulih dari rasa sakitnya.     

Ia sangat berharap kejadian kemarin tidak akan mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya.     

"Sayang, aku harus pergi sekarang. Aku akan berbicara dengan ayahku dan kemudian berbicara dengan keluarga Preston. Aku akan berusaha kembali sebelum waktu makan malam, tapi jika aku pulang terlambat, berjanjilah kau tidak akan menungguku," katanya.     

Ia menambahkan, "Aku juga telah menugaskan dua pelayan di dekat pintu kamar kita. Panggil saja mereka jika kau butuh sesuatu."     

"Terima kasih."     

Mars mencium dahi Emmelyn dan kemudian mengusap bahunya dengan lembut sebelum ia berbalik dan meninggalkan kamar mereka.     

Emmelyn melihat dari jendela kamarnya dan merasa lega ketika suaminya mengikuti nasehatnya. Mars pergi ke istana kerajaan dengan naik kereta.     

Emmelyn memandang suaminya yang segera masuk ke dalam kereta dan kemudian pergi. Ia tidak tahu reaksi seperti apa yang akan diberikan raja ketika ia mengetahui bahwa putra satu-satunya telah menikah dengan musuh.     

Dalam hati, ia berharap raja akan dapat memahami situasinya.     

***     

Setelah suaminya pergi, Emmelyn meletakkan dagunya di tangannya saat ia menatap taman dari jendelanya. Ia mengatakan yang sebenarnya ketika menyebutkan bahwa melihat taman membuatnya merasa lebih tenang.     

Terutama karena ia tahu suaminya meminta tukang kebun untuk mendekorasi taman dengan banyak bunga indah hanya untuknya. Dulu, kastil ini sangat tandus dan tidak menunjukkan tanda-tanda ada wanita yang tinggal di dalamnya.     

Dari semua tanaman yang ada di dunia ini, Mars memulai proyek menghiasi kastilnya dengan menanam bunga favorit Emmelyn.     

Beberapa minggu yang lalu, seluruh taman dipenuhi dengan bunga Windermere. Ia menyukai bunga-bunga itu karena mereka benar-benar membuat Emmelyn terkenang akan rumahnya.     

Kerajaan Wintermere kasayangannya yang berada di tepi laut.     

Sekarang, kalau dipikir-pikir, Emmelyn mulai curiga jika bunga-bunga Wintermere itu adalah alasan bagaimana identitasnya bisa terbongkar dan kemudian, entah bagaimana, Ellena menemukan cara untuk membuat kakaknya datang.     

Menilai dari cara mereka berinteraksi terhadap satu sama lain, Emmelyn dapat melihat bahwa Ellena dan Killian sepertinya saling mengenal dengan cukup baik. Bagian ini selalu menjadi teka-teki bagi Emmelyn.     

Jadi, apakah Ellena benar-benar bertemu Killian ketika ia menemui keluarga Bellevar di Wintermere? Nama keluarga apa yang kemungkinan mereka gunakan jika sudah tidak lagi menggunakan nama 'Bellevar'?     

Apakah itu semua hanya kebohongan belaka? Killian memang mengatakan jika keluarga Bellevar adalah kerabat jauh keluarganya. Apakah ia juga berbohong tentang hal itu?     

Astaga... memikirkan semua ini membuat kepala Emmelyn sakit.     

Emmelyn menekan pelipisnya dan menutup matanya. Ia harus melihat Killian untuk terakhir kalinya dan memberikan penghormatan.     

Setelah itu, ia perlu berdiskusi dengan Mars tentang upacara pemakaman yang layak untuk kakaknya. Urusan itu tentunya jauh lebih mendesak.     

Hal lain bisa menunggu. Pada titik ini, Emmelyn telah kehilangan segalanya. Tentunya, ia tidak bisa jatuh lebih dalam lagi hingga mencapai dasar, kan?     

TOK     

TOK     

Dua jam kemudian, dua ketukan terdengar di pintunya. Emmelyn menduga Roshan yang datang untuk menyampaikan berita tentang kedatangan Nyonya Adler. Ia berjalan ke arah pintu dan bertanya kepada kepala pelayan apakah tebakannya benar.     

"Apa Nyonya Adler sudah sampai?"     

"Ya, Yang Mulia," jawab Roshan dari luar dengan suara yang sangat hormat.     

"Aku akan keluar sebentar lagi," jawab Emmelyn. "Tolong sambut ia dengan baik dan sajikan teh dan kuenya."     

"Baiklah, Yang Mulia," hanya itu jawaban yang diberikan Roshan.     

Emmelyn menarik napas panjang. Ia harus menguatkan diri dan bersiap menghadapi hari.     

Ia pergi ke lemari dan memilih gaun hitam untuk dikenakan. Ia benar-benar terkejut karena ia bahkan memiliki gaun seperti itu.     

Ia ingat saat melihat gaun hitam di antara banyak gaun berwarna-warni, ia bertanya-tanya apakah ia akan memakainya suatu hari nanti karena itu adalah warna kematian.     

Nasib memang terkadang lucu. Sekarang, ia harus memakainya. Tanpa pelayan untuk membantunya berpakaian, Emmelyn butuh beberapa saat untuk berganti pakaian dan mengenakan gaun baru.     

Ketika ia akhirnya keluar dari kamar, Emmelyn terkejut melihat Nyonya Adler sudah menunggunya di dekat pintu.     

"Oh... kau di sini?" Kata Emmelyn dengan suara terkejut. "Maaf, aku membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap-siap."     

"Tidak apa-apa, Yang Mulia," Nyonya Adler membungkuk dan menambahkan, "Aku senang bertemu denganmu lagi."     

Entah bagaimana, hanya melihat wajah yang tidak asing baginya di kerajaan yang tidak ia kenal dengan baik dan wajah itu bukanlah musuhnya, membuat hati Emmelyn terasa sedikit lebih baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.