Pangeran Yang Dikutuk

Dua Ramuan



Dua Ramuan

0Emmelyn mengambil tasnya dan mengucapkan selamat tinggal pada Nyonya Adler. Seperti biasa, saat keluar dari rumah wanita tua itu, Emmelyn mendapati Roshan menunggunya tidak jauh dari gubuk penyihir.     

Kepala pelayan itu segera membantu membawa tas Emmelyn dan berjalan bersamanya menuju kereta.     

"Roshan," Emmelyn menghentikan langkahnya sebelum ia memasuki kereta. Ia menoleh ke arah Roshan dan menatapnya dengan ekspresi serius.     

"Jika aku memintamu untuk tidak memberi tahu pangeran tentang penyihir itu dan merahasiakan kedatanganku hari ini, apakah kau bersedia melakukannya untukku?"     

Kepala pelayan itu tampak kaget, sebelum ini Emmelyn belum pernah memintanya untuk menyembunyikan sesuatu dari pangeran. Apakah ini artinya Yang Mulai mulai mempercayainya?     

Apakah ia harus menjawab 'ya' dan memihak Emmelyn? Atau sebaiknya ia memberi tahu pangeran dan memilih berada di pihaknya?     

Tanpa sadar, Roshan menatap ke arah perut Emmelyn dan ia ingat Dokter Vitas memberikan mereka nasihat mengenai kehamilan. Ini artinya Yang Mulia sedang hamil kan?     

Jika hal itu benar… bisa dipastikan jika anak yang dikandung Yang Mulai akan menjadi pewaris pangeran putra mahkota.     

Kepala pelayan itu cukup pintar dan ia tahu pangeran akan sering pergi berperang. Jika demikian, maka istrinyalah yang akan memegang kekuasaan penuh di rumah selama pangeran tidak ada. Apalagi jika mereka berdua memiliki anak.     

Saat putra mahkota naik tahta, maka anaknya lah yang akan menjadi pengganti dan penerus tahta berikutnya.     

Roshan tidak bisa mempengaruhi Mars sama sekali karena ia tidak berada disampingnya sejak pria itu masih kecil.     

Orang-orang kepercayaan Ratu Elara adalah para dayangnya yang menanti dinaikkan jabatannya. Lady Athibaud, Lady Chaucer, dan Lady Preston sudah lama berada di lingkungan istana dan anak-anak mereka tumbuh bersama.     

Wajar jika Pangeran Mars Strongmoor naik tahta menggantikan ayahnya maka sahabatnya yang akan menjadi tangan kanannya.     

Lagi pula, mereka semua sudah diberi begitu banyak kekuasaan di militer. Bisa saja di kemudian hari mereka akan dikirim untuk memerintah beberapa kerajaan pilihan mereka.     

Saat ini, Roshan melihat permintaan Emmelyn untuk menyembunyikan rahasia kecil ini sebagai sebuah peluang besar. Jika ia bisa menjadi ajudan kepercayaannya, pastilah dirinya akan memiliki kesempatan yang lebih baik lagi.     

Dalam benak Roshan, ketika pangeran naik tahta, istrinya lah yang akan memegang pengaruh terbesar padanya. Jadi, bukan keputusan yang buruk untuk berada di pihak Emmelyn saat ini.     

Roshan sudah memikirkan begitu banyak keuntungan yang bisa ia dapatkan dari situasi ini. Jika ia bisa mempengaruhi ratu, maka ia juga bisa mempengaruhi raja nantinya.     

Setelah bertahun-tahun bekerja di istana, ini pertama kalinya Roshan menyaksikan bagaimana sang pangeran jatuh cinta dan menghabiskan begitu banyak waktu dengan seorang wanita.     

Roshan yakin bahwa putra mahkota akan menikahi Emmelyn dan menjadikannya ratu. Hanya soal waktu saja untuk pernikahan bisa terjadi di antara mereka berdua.     

Apalagi sekarang putri sedang mengandung anak mereka. Inilah satu-satunya skenario yang bisa dipikirkan oleh Roshan. Melihat begitu tulusnya pangeran memperlakukan Emmelyn, mustahil ia akan menikahi wanita lain.     

Dengan pemikiran seperti itu, kepala pelayan tersenyum manis dan membungkuk ke Emmelyn. "Saya akan melakukan apa pun Yang Mulia perintahkan. Saya di sini untuk melayani Anda, Yang Mulia."     

Emmelyn kemudian menghela nafas panjang, dari raut muka Roshan, gadis itu paham benar apa yang sedang dipikirkan oleh kepala pelayan itu.     

Ia sendiri dibesarkan di istana kerajaan dan ia sudah bertemu dengan berbagai jenis orang yang berusaha menjilat ibunya agar mendapatkan jabatan yang lebih baik atau menjadi orang yang punya pengaruh besar di istana.     

Roshan sangat tidak beruntung karena Emmelyn tidak akan pernah menjadi ratu seperti yang ia harapkan karena gadis itu mempertimbangkan kemungkinan untuk lari sejauh mungkin dari Mars setelah melahirkan.     

Jadi, tidak ada untungnya bagi Roshan untuk berada di sisi Emmelyn. Ah… ia hampir merasa tidak enak kepada pelayan itu.     

"Terima kasih, Roshan," ia tersenyum manis dan melanjutkan. "Aku percaya padamu."     

Emmelyn naik kereta dan mereka segera memulai perjalanan kembali ke kastil.     

Ketika ia sudah sampai rumah, ia sadar bahwa Mars belum kembali dari istana kerajaan. Ia bertanya-tanya apakah pangeran memutuskan untuk memberi tahu orang tuanya tentang kehamilannya.     

Ia bilang ia ingin menyampaikan kabar itu kepada mereka saat pesta dansa nanti? Tapi mungkin saja ia berubah pikiran?     

"Roshan, apakah Yang Mulia menyuruhmu menyiapkan kamar baru untuk kami di lantai dasar?" Emmelyn bertanya setelah ia terduduk di sofa untuk beristirahat.     

"Ya, Yang Mulia. Saya sudah memesan beberapa perabot baru dari istana kerajaan. Saya rasa kamar baru itu akan siap dipakai akhir minggu ini," jawab Roshan. "Jadi, setelah pesta dansa berakhir, Yang Mulia dan pangeran bisa langsung menempatinya."     

"Oh… baiklah" Emmelyn teringat pada pesta kerajaan itu lagi.     

Ia akhirnya akan bertemu raja secara langsung. Ia tidak tahu apakah ia bisa menahan amarahnya atau tidak saat berhadapan dengan Raja Jared.     

Mungkin ia bisa meminta izin Mars agar tidak usah datang ke pesta dansa itu? Lagi pula, saat ini ia tengah mengandung anaknya jadi sudah pasti pria itu akan melakukan apapun untuknya.     

Emmelyn bisa berpura-pura mual di pagi atau sore hari, atau bisa juga mulai dari malam sebelumnya… dengan demikian Mars akan mengira ia tidak enak badan dan mengasihinya. Rencana seperti itu pasti berhasil dengan baik.     

***     

Mars akhirnya kembali tepat sebelum gelap. Pria itu membawa beberapa selimut baru yang indah dari istana kerajaan dan memerintahkan pelayannya untuk membawanya ke kamar Emmelyn.     

"Semakin hari suhunya semakin turun," ucapnya. "Karena itu aku membawakan lebih banyak selimut untukmu."     

"Terima kasih," Emmelyn tersenyum. "Apa kau sudah makan?"     

"Tentu saja belum," jawab Mars. "Aku akan selalu makan malam di sini bersamamu."     

Dulu saat Emmelyn mendengar Mars mengucapkan kata-kata itu, ia selalu mengeluh dalam hati karena mengira pria itu hanya ingin mengawasi asupan makananya.     

Ia bahkan dengan tegas menyampaikan pada pria itu bahwa ia akan makan dengan baik dan berusaha keras untuk menaikkan berat badannya agar bisa melahirkan anak-anak untuk Mars.     

Tapi sekarang ia tidak bisa berpikir seperti itu lagi. Gadis itu mulai menghargai Mars yang ingin menghabiskan waktu bersamanya untuk makan malam setiap hari.     

Ia bahkan merasa momen saat makan malam bersama Mars adalah saat yang paling membahagiakan baginya, selain saat mereka berhubungan intim tentunya.     

"Ah, baiklah. Aku juga belum makan malam," kata Emmelyn. "Kita bisa segera makan dan istirahat."     

"Hmm..."     

Mereka berjalan berdampingan menuju ruang makan dan duduk di kursi yang biasa mereka pakai sehari-harinya. Para pelayan dengan cepat menyajikan makan malam dan pasangan itu makan dengan lahap.     

"Jangan lupa ramuanmu," Mars mengingatkannya. "Aku bertemu dengan Dokter Vitas hari ini dan ia berpesan agar kau selalu minum ramuannya demi kesehatan bayi kita."     

"Hmm..." Emmelyn mengangguk. Ia melihat Roshan datang dengan nampan berisi dua mangkuk porselen. Ia memberinya satu mangkuk dan Emmelyn menerimanya. Ia tahu mangkuk itu berisi ramuan dari baunya yang sangat khas.     

Ia mengangkat alisnya ketika ia melihat mangkuk yang satunya. Pandangannya diarahkan kembali ke Mars. "Apakah aku harus minum dua ramuan mulai sekarang? Dokter Vitas tidak mengatakan apa-apa tentang ini?"     

Mars menggelengkan kepalanya dan mengambil mangkuk satunya. "Tidak Sayang, ramuan yang satunya bukan untukmu tapi untukku. Aku perlu meminumnya untuk membantuku tidur."     

"Oh ..." Emmelyn tercengang saat mendengarnya.     

Hampir sebulan Mars berhenti meminum ramuan yang dimaksud… kenapa sekarang ia mulai mengkonsumsinya lagi?     

Apakah ia mulai sulit tidur lagi? Tapi karena apa? Apa karena ia harus tidur di sofa?     

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Mars yang mengangkat mangkuk yang diberikan Roshan padanya dan bersiap meminumnya.     

Namun ia menghentikan tangannya di udara dan bertanya pada Emmelyn yang melihatnya keheranan.     

Ia mengerutkan alisnya dan menatap gadis itu dengan wajah penasaran. "Apa ada sesuatu di wajahku sampai kau terlihat begitu heran saat menatapku?"     

Emmelyn menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan begitu."     

"Bukan begitu? Maksudnya?" Mars menenggak ramuannya lalu meletakkan mangkuk di atas meja. "Kau tahu menatap orang seperti itu tidak sopan kan?"     

Emmelyn mengangguk.     

Sikapnya yang lembut saat membalas pertanyaannya justru membuat Mars bingung.     

Gadis itu biasanya sangat judes dan setiap kata-katanya keluar dengan ketus. Kenapa ia jadi selembut ini, seperti tidak makan selama tujuh hari? Apa ia sedang sedih?     

Apa terjadi sesuatu hari ini?     

Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, Mars mulai khawatir.     

Sayangnya pangeran tidak tahu jika Emmelyn saat ini merasa bersalah karena sudah membuatnya tidur di sofa.     

Gadis itu menduga itulah alasan mengapa Mars harus mulai minum ramuan tidurnya lagi setelah sekian lama. Emmelyn paham bahwa Mars sangat sibuk dan ia harusnya mendapatkan istirahat yang baik di malam hari.     

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah Emmelyn sebaiknya meminta Mars tidur di tempat tidur saja mulai sekarang?     

Setidaknya sampai kamar mereka di lantai satu siap? Lagi pula, ia sebenarnya sudah menyarankan Mars untuk kembali ke kamarnya sendiri saja.     

Di kamar itu, Mars memiliki tempat tidur mewah yang sangat nyaman jadi ia bisa beristirahat dengan baik. Tetapi pria itu tetap bersikeras tinggal bersama di kamarnya.     

Hah... ia menekan pelipisnya dan mencoba memikirkan solusi yang lebih baik yang mungkin saja bisa diterima Mars.     

Tapi, seluruh energinya sudah terkuras habis setelah mengunjungi Nyonya Adler dan mendengar semua hal tentang ramalan masa depannya.     

Emmelyn sepertinya sudah tak mampu lagi memikirkan hal lainnya. Ia masih gamang untuk memilih antara pergi meninggalkan Mars atau tetap tinggal dan menyebabkan kematiannya.     

"Apakah kau sakit?" Mars bertanya pada Emmelyn. Ia kemudian menyentuh pelipis gadis itu untuk memeriksa suhu tubuhnya. "Badanmu sepertinya tidak hangat."     

"Aku hanya sedikit pusing," kata Emmelyn. "Tidak apa-apa. Sepertinya aku hanya perlu istirahat."     

"Apakah kau yakin?" Mars bertanya lagi untuk memastikan. Emmelyn mengangguk dan memaksakan senyum di wajahnya agar pria itu berhenti mengkhawatirkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.