Pangeran Yang Dikutuk

Perayaan Yang Menyedihkan



Perayaan Yang Menyedihkan

0Sekarang Emmelyn sudah hamil... mungkin sebaiknya ia segera mengakhiri kesepakatan yang ia buat dengan sang pangeran kemudian meninggalkan istana.     

Ia tidak boleh tinggal terlalu lama di sini dan membangun hubungan yang terlampau dekat dengan anak-anak yang akan ia lahirkan. Jika itu sampai terjadi, akan semakin sulit bagi Emmelyn untuk meninggalkan mereka.     

Ketika Mars pergi menjalankan tugasnya di luar istana, Emmelyn berpikir keras tentang perasaannya dan menyadari satu hal.     

Ia sudah memaafkan Mars atas semua hal yang terjadi termasuk perang memuakkan itu... tapi ia belum bisa memaafkan raja. Ia juga tidak bisa melupakan apa yang terjadi di antara kedua keluarga mereka.     

Bagaimana ia bisa melupakan fakta bahwa orang tua dan saudara kandungnya semua dibunuh karena serangan kerajaan Draec?     

Tidak peduli seberapa besar ia menyukai atau bahkan mencintai putra mahkota, ia dan ayahnya tetaplah musuh bagi Emmelyn.     

Ia tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari keluarga mereka.     

Dosa mereka bisa saja diampuni tapi tidak akan pernah bisa dilupakan, terlebih lagi bagi Emmelyn yang harus kehilangan semuanya.     

Pikiran ini membuat Emmelyn mampu menguatkan hatinya. Ia memaksakan senyum dan mengangguk, "Selamat, Yang Mulia. Anda akan memiliki ahli waris pertama."     

Tanggapan yang diberikan Emmelyn justru membuat Mars sedikit kecewa. Ia berkata bahwa mereka akan segera mempunyai bayi, tapi Emmelyn justru menjawab dengan mengatakan 'selamat' karena akan memiliki ahli waris pertamanya.     

Ia mengucapkan kata-kata itu seolah-olah untuk mengingatkannya kesepakatan yang dibuat antara mereka berdua bahwa Emmelyn hanya menyewakan rahimnya.     

Anak-anak yang akan lahir dari kesepakatan mereka adalah milik Mars dan bukan milik mereka berdua.     

Sedih sekali menjadi satu-satunya orang yang merayakan kehamilan ini, pikir Mars.     

Namun, Mars pura-pura tidak peduli. Kata-katanya tajam dan bahagia ketika ia berkata kepadanya, "Aku tidak sabar untuk menyambutnya di dunia ini."     

Hati Emmelyn terasa begitu sakit mendengarnya. Ia berharap ia bisa berbagi kebahagiaannya. Sayangnya, hatinya tidak mengizinkannya.     

Ia harus tegas dan mengambil keputusan pahit ini. Ia harus yakin dengan dirinya sendiri. Ini adalah bagian dari kesepakatan mereka.     

Satu-satunya hal yang dapat mengembalikan Wintermere kepadanya. Karena itu, ia tidak akan membiarkan tekadnya goyah.     

Ia sudah membatalkan rencananya untuk membunuh pangeran dan raja. Bukankah itu pengorbanan yang cukup?     

Setelah melihat interaksi putra mahkota dan Emmelyn, Dokter Vitas merasa ada sesuatu yang tidak beres, atmosfer di ruangan itu juga tampak berbeda. Ia tak melihat kebahagian tulus dari mereka yang umumnya akan merasa sangat terharu karena akan menjadi orang tua.     

Ia melihat bagaimana sang pangeran sangat bersemangat, tetapi wanita itu justru terlihat agak sedih. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?     

Bukankah mereka sangat menginginkan kehadiran bayi ini?     

Namun, menyadari bahwa dirinya hanyalah tabib istana dan tidak berhak untuk berkomentar apapun soal masalah ini, ia hanya diam dan bergumam dalam hati. Dokter Vitas berusaha tidak memperlihatkan kebingungannya dan hanya menuliskan beberapa catatan di selembar kertas.     

"Saya sudah mencatat beberapa hal yang harus Anda hindari dan beberapa makanan yang saya anjurkan untuk Anda konsumsi agar bayi Anda tumbuh sehat," setelah selesai menulis, ia memberikan catatan itu kepada putra mahkota. "Haruskah saya memberi tahu raja dan ratu tentang kabar baik ini, atau Yang Mulia sendiri yang akan menyampaikannya secara langsung?"     

Tidak perlu, biar aku saja yang memberitahu orang tuaku. Terima kasih telah datang hari ini dan memeriksa kesehatan Em. Aku sangat bahagia mendengar kabar ini. Aku ingin berbagi berita menggembirakan ini dengan raja dan ratu di waktu yang tepat… Aku tidak mau mereka mendengarnya dari orang lain."     

"Baiklah kalau begitu, Yang Mulia," Dokter Vitas mengangguk mengerti. "Itu bukanlah ide yang buruk dan saya berjanji tidak akan mengatakan sepatah kata pun kepada mereka."     

"Terima kasih atas pengertianmu, Dokter Vitas. Tolong jangan memberitahu siapapun mengenai kehamilan Em ini. Kau tahu sendiri bagaimana berita bisa menyebar dengan sangat cepat kan? Aku hanya ingin menjadi orang pertama yang menyampaikan kabar ini kepada raja dan ratu."     

"Saya mengerti, Yang Mulia. Saya berjanji tidak akan membuka mulut saya sedikitpun," Dokter Vitas mengerti mengapa Mars ingin sekali menjaga rahasia kecil ini agar tidak menyebar luas.     

"Jika sudah selesai, kau boleh pergi," kata Mars kemudian.     

"Terima kasih, Yang Mulia. Saya akan undur diri," Dokter Vitas merapikan peralatannya dan kemudian membungkuk ke Mars dan Emmelyn. "Sekali lagi saya ucapkan selamat. Jagalah kesehatan Anda baik-baik."     

Begitu dokter tua itu pergi, Mars dengan cepat meraih pinggang Emmelyn dan mengangkatnya ke udara. Ia tidak peduli dengan reaksi Emmelyn yang begitu tidak antusias dengan berita bahagia ini. Ia mengangkatnya seperti seorang putri dan mencium keningnya.     

"Terima kasih banyak," ia berbisik dengan suara parau. "Aku akan menjagamu dan akan kupastikan semua proses kehamilannya berjalan lancar."     

Diperlakukan seperti itu, Emmelyn hanya merasa semakin sedih. Hatinya seolah sedang dicabik-cabik. Mars tampak benar-benar tampak senang dengan kehamilannya dan ia sama sekali tidak menyangka pria itu akan sebahagia ini.     

Sayangnya, ia tidak bisa berbagi kebahagiaan ini dengannya.     

Emmelyn terus meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah bagian dari kesepakatan yang mereka buat.     

Ia seharusnya tidak membiarkan dirinya jatuh sedalam ini dan terjebak dalam jurang yang begitu curam. Jika ia goyah, tidak akan ada jalan kembali.     

Mars akhirnya membaringkannya di sofa dan berjongkok untuk memeluk lututnya lagi. Matanya dipenuhi kerinduan.     

Emmelyn hanya bisa memaksakan senyum di wajahnya ketika melihat Mars begitu tulus menunjukkan kasih sayangnya.     

Jauh di lubuk hatinya, ia menahan keras untuk tidak menangis. Ia takut Mars akan semakin bingung jika ia sampai menjatuhkan air matanya.     

"Aku tahu masih belum kelihatan dengan jelas," Mars berbicara dengan suara serak. Wajahnya sudah jelas menunjukkan kebahagiaan yang berlipat ganda. "Tapi… saat ini kau tengah membawa sebuah kehidupan di dalam perutmu itu. Yakni anakku. Aku mohon tolong jaga dirimu baik-baik... agar bayinya tumbuh sehat yah."     

Sekarang, ia tidak lagi menggunakan kata 'anak kita', tetapi 'anakku', dan Emmelyn menyadari ini dengan sangat cepat. Sepertinya Mars juga mulai paham ini semua hanya bagian dari kesepakatan itu.     

Harusnya Emmelyn merasa senang, tapi tidak tahu mengapa dadanya tiba-tiba terasa sakit ketika ia mendengarnya tidak lagi berbicara tentang anak itu sebagai anak mereka.     

"Ya, aku janji..." hanya itu yang bisa Emmelyn katakan.     

Mars menghela nafas lega. "Baiklah, kalau begitu... bagus. Apakah ini berarti kau setuju untuk tidak pergi keluar dan berlatih pedang dengan pasukanku lagi?"     

"Apa?" Emmelyn terkejut mendengar permintaannya.     

Tentu saja ia akan menjaga dirinya dengan baik. Mudah baginya untuk berjanji menjaga kesehatannya selama hamil, tapi tidak mungkin ia setuju untuk berhenti melakukan hal-hal yang ia sukai! Itu sangat kelewatan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.