Pangeran Yang Dikutuk

Ramalan Perang Besar



Ramalan Perang Besar

0"Semua orang tahu bahwa mereka harus setia kepada negara ini dan siap melakukan apa pun untuk Draec. Bahkan jika harus mengorbankan nyawa mereka sendiri," jawab Mars.     

Ia menambahkan, "Seperti yang kau lihat sendiri, mereka juga tidak hidup dalam kesengsaraan setelah menikah. Kemungkinan besar, mereka akan menjadi gubernur atau bupati. Mana ada pria yang mau menolak hal semacam itu?"     

"Lalu, bagaimana dengan perasaan mereka? Dengan orang yang mungkin mereka cintai dengan tulus?" Emmelyn bertanya lagi.     

"Cinta bisa dipelajari," kata Mars. "Atau, jika hal terburuk yang harus terjadi seperti misalnya jika mereka tidak dapat mencintai pasangan mereka dan keluarga yang mereka bangun bersama."     

"Mereka masih bisa menikahi putri tersebut dan tetap mencintai gadis pilihan mereka sendiri. Salah satu sepupuku membawa kekasihnya ke kerajaan baru untuk menjadi selirnya saat dia menikah dengan putri raja. Ini bukan masalah yang rumit, Emmelyn."     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya saat mendengar pria itu. Astaga ... Orang-orang di kerajaan ini benar-benar aneh dan memiliki kehidupan yang menyedihkan, pikirnya. Ia tak bisa memahami kesetiaan yang mereka miliki pada kerajaan yang mengerikan ini.     

"Katamu, semua orang tahu mereka harus siap melakukan apa pun demi Draec ..." Emmelyn menyipitkan matanya dan menatap pria itu dengan sungguh-sungguh, "Jika kau diminta melakukan pernikahan semacam ini, apa kau juga akan melakukan hal yang sama? Menikah dengan yang dijodohkan denganmu dan tetap mencintai wanita yang kau pilih sendiri?"     

Mars mengangguk tanpa mengedipkan mata, ia sama sekali tak ragu menjawab pertanyaan gadis itu, "Tentu saja."     

Emmelyn hampir tidak bisa mempercayai jawaban yang baru ia dengan. Pria ini juga sama, ia memiliki loyalitas tingkat tinggi. Ia sudah dibutakan dengan kesetiaannya terhadap sang raja. Hanya itu yang bisa ia pikirkan.     

"Jika kau...Suatu hari nanti jatuh cinta dengan seorang wanita dan kau harus memilih antara wanita tersebut dan negaramu...Seperti yang kau bilang tadi, kau juga akan tetap mencintai wanita tersebut tapi tetap menikahi gadis yang akan dijodohkan denganmu?" Emmelyn bertanya pada pria itu dengan suara yang sungguh-sungguh. "Apakah pada akhirnya kau akan memilih kewajibanmu terhadap negara ini dibandingkan wanita yang tulus kau cintai?"     

Mars hanya terdiam saja, ia merasa ini adalah wilayah yang berbahaya dan dia tidak cukup berpengalaman dengan wanita untuk mengetahui jawaban yang tepat.     

Apakah ia akan mengatakan yang sebenarnya pada Emmelyn? Atau sebaiknya ia mengatakan apa yang wanita ini ingin dengar saja?     

"Kau tahu sendiri aku tidak bisa menyentuh wanita lain," akhirnya ia mencoba menghindari pertanyaan itu.     

"Yah, kita tidak tahu pasti soal itu," kata Emmelyn. "Jika penyihir itu mati, kutukannya akan dipatahkan dan kau akan bebas. Dia tidak akan mungkin hidup selamanya kan? Ia pasti juga akan mati baik karena sudah tua atau jatuh sakit, atau bisa saja ia mengalami kecelakaan dan mati seketika."     

Emmelyn menambahkan, "Jika hal itu terjadi, kau akan terlepas dari kutukannya. Dan pada saat itu, kau bisa menyentuh wanita manapun yang kau inginkan. Jadi, bisa saja kau jatuh cinta pada salah satu wanita tersebut dan kemudian tiba saatnya kau harus memilih antara cinta atau kesetiaanmu terhadap Draec. Jika situasinya begitu, mana yang akan kau pilih?"     

"Mengapa kau ingin tahu? Aku lihat kau begitu penasaran mengetahui jawabannya?" Mars bertanya balik.     

"Apakah aku perlu memberikan alasan ketika aku menanyakan suatu hal?" Emmelyn tersenyum tipis. Ia melihat Mars begitu enggan untuk menjawab pertanyaannya.     

Ia menghela napas panjang. "Kau tahu sendiri kita berdua terikat dalam hubungan ini dan kemungkinan akan sampai bertahun-tahun mendatang karena aku harus melahirkan anak-anakmu. Apakah aku tidak diizinkan untuk lebih dekat denganmu? Apakah aku tidak boleh mengenal pria yang akan berbagi hidup denganku untuk beberapa tahun ke depan?"     

'Tentu saja, kau berhak tahu,' itulah yang dikatakan Mars di dalam hatinya.     

Sesungguhnya, ia merasa senang dengan perubahan sikap Emmelyn. Mars sadar bahwa gadis itu kini bersikap jauh lebih baik dan bahkan mereka berdua dapat melakukan percakapan ini tanpa harus saling berteriak terhadap satu sama lain hanya untuk memahami alasan di balik semua invasi yang sudah dilakukan.     

Ini adalah kemajuan yang luar biasa. Mungkin saja Emmelyn berubah pikiran dan tidak lagi menargetkan masa bersama mereka hanya beberapa tahun sampai Emmelyn melahirkan anak-anak untuk Mars.     

Mungkin gadis ini mau hidup bersama Mars sebagai suatu keluarga, selamanya ...     

"Baiklah jika begitu, aku akan menjawab pertanyaanmu," Mars mengangguk. "Jika aku harus memilih salah satu di antara keduanya. Aku akan memilih orang yang tidak memaksaku untuk memilih."     

Emmelyn tercengang mendengar jawabannya.     

Jawaban yang sempurna, pikirnya.     

Dengan begitu, maka akan adil.     

"Ahh... Begitu rupanya," Emmelyn mengangguk mengerti. "Ngomong-ngomong, aku masih tidak mengerti alasan mengapa ayahmu sangat ingin memerintah benua ini... Kau bilang ia akan melakukan segala upaya untuk menyatukan seluruh benua di bawah pemerintahannya, baik dengan pernikahan politik, perjanjian perdagangan, atau invasi. Apakah ia melakukan semua ini hanya karena ia tidak ingin menjadi pengikut? Apakah dia begitu haus kekuasaan?"     

"Tidak... Sebenarnya bukan itu alasan utamanya," jawab Mars.     

"Jadi, apa alasan yang sesungguhnya?"     

"Ayahku bermimpi hal yang sama selama setahun setelah aku lahir. Dia melihat perang besar dan negara kami terlibat di dalamnya. Musuh sangat kuat dan mereka hampir menghancurkan semua pasukan kami. Ia yakin betul mimpi itu adalah ramalan yang pasti datangnya karena ia memimpikannya setiap malam sepanjang tahun."     

"Ayahku menganggapnya sebagai pertanda bahwa negara kita akan diserang oleh musuh yang kuat dan ia ingin mempersiapkan diri dan menjadi lebih kuat agar kita tidak bisa dimusnahkan."     

Ugh... PERANG BODOH ITU LAGI.     

Ternyata ayah Mars juga mendapat ramalan tentang perang besar yang sama.... Ughh.     

Emmelyn merasa ingin berteriak. Mengapa orang-orang ini begitu serius menanggapi hal-hal seperti ini?     

"Bagaimana ia tahu bahwa perang itu akan terjadi antara negaranya dan musuh yang kuat?" Emmelyn sekali lagi mengerucutkan bibirnya. Ia ingat Nyonya Adler mengatakan hal yang sama tentang peristiwa serupa.     

Tetapi sudah jelas bahwa Draec bukanlah salah satu dari kedua negara itu karena mereka memiliki warna umbul-umbul dan seragam yang berbeda.     

Ini pasti terjadi kesalahan.     

"Bisa saja perang itu akan terjadi antara dua negara lain, tidak harus Draec kan?" tanya gadis itu lagi. "Bisa saja ayahmu salah."     

"Ayahku tahu bahwa salah satu negar yang terlibat perang besar itu adalah kerajaan Draec. ia melihat umbul-umbul kami," jawab Mars. "Ia tidak mungkin salah."     

"Itu tidak mungkin," balas Emmelyn. "Itu bukan umbul-umbul kalian. Warnanya berbeda."     

Mars mengernyitkan alisnya ketika ia mendengar balasan Emmelyn. "Apa maksudmu warnanya berbeda? Apa kau tahu juga tentang ramalan itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.