Pangeran Yang Dikutuk

Jalan-Jalan Keluar



Jalan-Jalan Keluar

0Emmelyn memikirkan bahwa ia dapat mengajak Mars untuk berjalan-jalan keluar kastil dan menjelajah daerah sekitar sini. Pasti akan sangat menyenangkan.     

Emmelyn ingin memanfaatkan waktu yang ada sebelum ia terpaksa harus diam di rumah selama tiga bulan. Pasti akan sangat membosankan.     

"Kedengarannya bagus," bisik Emmelyn. Ia menyusupkan kepalanya ke dada Mars dan melingkarkan tangannya memeluk pinggang pria itu.     

Mars tersenyum simpul melihat sikap Emmelyn. Ahhh.. ia merasa sangat bahagia karena Emmelyn mulai bersikap hangat kepadanya.     

Hmm... ngomong-ngomong, ia masih harus menanyakan apa kira-kira yang membuat sikap Emmelyn berubah?     

Apakah terjadi sesuatu kepadanya selama Mars pergi? Apakah Emmelyn melakukan kesalahan dan sekarang ia berusaha mencoba menebusnya?     

"Apakah kau mau sarapan di tempat tidur?" tanya Mars. "Aku bisa menyuruh pelayan untuk mengantarkan makanan ke sini."     

Setelah berpikir sejenak, Emmelyn menggeleng. "Tidak usah. Kita turun saja ke bawah untuk makan seperti biasa."     

Emmelyn sudah membayangkan makan pagi bersama, lalu ia akan mengajak Mars untuk berjalan-jalan keluar kastil seharian.     

Sementara sang pangeran sebaliknya, memikirkan betapa nyamannya menghabiskan waktu di ranjang seharian bersama Emmelyn. Mereka bisa makan di tempat tidur, bercinta seharian, lalu makan siang, bercinta lagi.... makan makan... bercinta lagi...     

Namun, saat mendengar Emmelyn ingin makan di ruang makan seperti biasa, akhirnya sang pangeran mengalah.     

"Hmm... baiklah," katanya. Ia lalu membuka selimut dan turun dari tempat tidur, diikuti oleh Emmelyn. Keduanya lalu berpakaian dan berjalan keluar kamar bersama.     

Setibanya di bawah, Mars menyuruh Roshan untuk menyampaikan pesannya kepada kepala pasukannya di mess prajurit bahwa ia memberi mereka waktu istirahat selama tiga hari.     

"Eh... ti-tiga hari, Yang mulia?" tanya Roshan keheranan.     

Ia tahu sang pangeran adalah seorang workaholic yang selalu senang menyibukkan diri dan menyiksa para prajuritnya dengan latihan-latihan keras. Ia belum pernah memberi mereka istirahat di luar jadwal, apalagi sebanyak ini.     

Tiga hari? Wow....     

Roshan menduga sang pangeran sedang dalam suasana hati yang sangat baik sehingga ia menjadi sedemikian murah hati. Ahh.. ia dapat membayangkan para prajurit itu pasti akan senang sekali.     

"Apa telingamu bermasalah?" tanya Mars sambil menyipitkan mata menatap Roshan yang masih berdiri bengong di depannya.     

"Ti-tidak, Yang mulia," Roshan buru-buru membungkuk hormat. "Hamba akan memberi tahu kapten pasukan."     

Ia lalu permisi keluar dari ruang makan untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan kepadanya. Sementara itu, Mars dan Emmelyn menikmati makan pagi mereka dengan damai.     

"Aku mau mengajakmu berjalan-jalan keluar," kata Emmelyn sambil menaruh peralatan makannya di atas meja, kemudian berbalik menghadap Mars dan menatap pria itu dengan pandangan memohon.     

"Berjalan-jalan? Kemana?" tanya Mars keheranan.     

"Sebentar lagi musim dingin dan kita tidak akan bisa kemana-mana. Aku ingin menikmati dunia luar sebelum aku harus terkurung di sini selama tiga bulan," kata Emmelyn.     

Mars yang pada dasarnya tidak pernah dapat menolak keinginan Emmelyn, tentu saja mengangguk tanpa perlu berpikir. "Baiklah, kalau itu yang kau mau."     

Ia lalu teringat sesuatu. Kalau mereka mau berjalan-jalan keluar di penghujung musim gugur yang dingin ini, tentu Emmelyn harus mengenakan mantel yang tebal dan baru. Ia ingat telah memerintahkan Roshan untuk mengurusi masalah itu.     

Karenanya ia memutuskan bertanya kepada Emmelyn untuk mencari tahu apakah mantel barunya sudah ada atau belum.     

"Oh... seharusnya penjahit istana, Nyonya Coultard, mengirimnya minggu ini. Roshan mengatakan bahwa Nyonya Coultard sedang sakit sehingga tidak bisa menyelesaikan mantelku tepat waktu. Tetapi itu kan tidak apa-apa? Aku masih punya banyak mantel di kamar," kata Emmelyn.     

"Lalu bagaimana dengan gaun pestamu untuk ke pesta dansa istana?" tanya Mars. "Ibuku sudah susah payah mengadakannya. Aku tidak ingin mengecewakannya."     

"Aku juga masih bisa memakai gaunku yang lama. Kau menyediakan banyak gaun cantik untukku di lemari, belum semuanya sempat kupakai," kata Emmelyn. "Sudah kubilang Nyonya Coultard itu sakit sehingga ia tidak dapat mengerjakan pakaian yang kau inginkan secepatnya."     

"Gaun pestanya juga belum selesai?" Mars yang sudah tidak senang kini wajahnya bertambah masam.     

Ia mengenal Nyonya Coultard dan biasanya wanita tidak pernah terlambat mengantarkan semua gaun pesanan ibunya. Wanita itu memiliki beberapa penjahit yang bekerja untuknya, sehinggal walaupun ia sakit, mustahil ia tidak dapat menyelesaikan gaun yang dipesan ratu.     

Emmelyn mengangkat bahu. "Belum ada kabar."     

"Hm.. baiklah," kata Mars. Ia lalu memanggil Roshan dan menyuruhnya mengirim pesan kepada Nyonya Coultard. "Bilang kepada penjahit istana, kalau semua pakaian pesanan Lady Emmelyn tidak selesai minggu ini, aku akan menghukumnya."     

"Baik, Yang Mulia..."     

Roshan buru-buru pergi keluar ruang makan dan mengirim utusan kepada penjahit istana untuk menyampaikan perintah Mars.     

"Aku tidak apa-apa mengenakan gaun yang lama," kata Emmelyn sambil menatap Mars keheranan. Menurutnya tingkah pria itu terlalu berlebihan.     

"Aku keberatan," kata Mars sambil menghabiskan tehnya. Ia lalu beranjak dari kursinya dan mengulurkan tangannya kepada Emmelyn. "Tadi kau bilang, mau berjalan-jalan keluar?"     

"Ah.. iya, benar juga. Sebentar aku akan mengambil mantelku," kata Emmelyn dengan wajah berseri-seri.     

Ketika Mars hendak bangkit mengikutinya, gadis itu memberi tanda agar Mars tidak usah ikut.     

"Aku juga akan mengambilkan mantel untukmu. Kau tidak usah ikut," kata Emmelyn sambil menepuk bahu Mars. Ia lalu melesat keluar ruang makan.     

Mars hanya memandang kepergian Emmelyn ke lantai atas dengan wajah berseri-seri. Sebenarnya ia ingin menghabiskan masa liburannya bersama Emmelyn dengan bermanja-manja di kamar, tetapi melihat gadis itu tampak senang sekali ketika ia setuju menemaninya keluar, hati Mars merasa tersentuh.     

Mungkin memang begini rasanya jatuh cinta. Apa-apa yang membuat orang yang kita kasihi merasa bahagia, akan membuat kita bahagia juga.     

Tidak lama kemudian ia melihat Emmelyn sudah turun dari lantai tiga dengan mengenakan mantelnya yang berwarna abu-abu dan membawakan mantel Mars yang berwarna cokelat di tangannya.     

Gadis itu menyerahkan mantel Mars kepada sang pangeran, lalu menunggu dengan sabar hingga Mars mengenakan jaketnya. Setelah semuanya beres, mereka lalu berjalan bergandengan tangan keluar kastil.     

"Kau mau berjalan kaki ke sekitar kastil ini saja, atau kau mau mengendarai kuda?" tanya Mars setelah mereka tiba di luar pintu.     

"Aku mau berkuda ke hutan. Di dekat sini ada hutan kecil yang cantik. Aku ingin menghirup udara segar dan melihat pemandangan sebelum aku harus terkurung di kastil selama musim dingin," kata Emmelyn.     

"Hmm.. baiklah." Mars bertepuk tangan dan seorang ajudannya segera muncul di hadapannya. Sang pangeran lalu memberitahukan rencananya kepada sang ajudan. "Kami akan berjalan-jalan ke hutan. Siapkan pengawalan."     

"Baik, Yang Mulia," kata sang ajudan dengan penuh hormat. Ia lalu pergi untuk menyiapkan pengawalan yang diminta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.