Pangeran Yang Dikutuk

Mars Pulang



Mars Pulang

0Mereka berjalan beriringan melintasi jalan desa dan tiba di tempat keretanya diparkir. Emmelyn segera naik ke dalam kereta sementara Roshan menunggang kuda. Mereka lalu bergerak menuju ke kastil pangeran putra mahkota.     

Hari sudah gelap ketika mereka tiba di kastil. Emmelyn segera mandi dan berganti pakaian lalu makan malam. Setelah selesai, ia naik ke kamarnya dan duduk merenung di sana. Semua yang disampaikan oleh Nyonya Adler sangat mengejutkan.     

Tentu saja hal yang paling membuat Emmelyn resah adalah perang yang akan timbul ke depan. Entah bagaimana perang itu bisa terjai dan apa huungannya dengan dirinya.     

Ia tidak tahu apakah ia dapat mempercayaikata-kata wanita tua itu atau tidak...     

Duh, apa yang harus ia lakukan?     

***     

"Yang Mulia sudah tiba!"     

Emmelyn yang sedang terkantuk-kantuk di tepi jendela kamarnya sambil menjahit sebuah sapu tangan segera terlonjak kaget mendengar seruan seorang prajurit dari halaman kastil.     

Yang Mulia sudah tiba? Apakah yang dimaksudnya itu adalah Pangeran Mars Strongmoor?     

Spontan ia melempar jahitannya ke lantai dan berlari turun ke lantai satu lalu keluar pintu kastil. Di halaman kastil ia melihat Mars baru turun dari kudanya. Pria itu tampak terkejut melihat Emmelyn keluar menyambutnya.     

Namun tampak senyum gembira segera menghiasi wajahnya saat ia menyerahkan kudanya kepada seorang prajurit dan berjalan menghampiri Emmelyn.     

"Heiii... bagaimana kabarmu selama kutinggal ke Southberry?" tanya pria itu dengan suara riang. Sikapnya yang terlalu ceria membuat heran para prajurit yang ada di belakangnya.     

Selama ini mereka melihat sosok Mars sebagai pangeran dan panglima yang tegas dan dingin. Tetapi, hanya dengan melihat wanita mungil ini, sikapnya langsung berubah 180 derajat.     

Astaga... sungguh mengejutkan!     

Emmelyn hanya mengangkat bahu dan menjawab acuh tak acuh. "Aku bersenang-senang selama kau tidak ada. Ada begitu banyak hal yang membuatku sibuk. Bagaimana dengan latihan perangnya?"     

"Kami menang," jangan Mars dengan bangga. Ia menahan diri untuk tidak memeluk Emmelyn dan mengayunkan tubuhnya ke udara lalu menciuminya tanpa rasa puas.     

Ia ingat masih banyak prajuritnya yang mengamati mereka. Ia tidak boleh kehilangan wibawanya di depan mereka.     

Lagipula, kalau ia menunjukkan kepada Emmelyn betapa ia sangat merindukan gadis itu, bisa jadi Emmelyn akan merasa kuatir Mars jatuh cinta kepadanya.     

Ahh.. tidak bisa. Ia tidak dapat mengambil risiko itu...     

Lebih baik Mars meneruskan kepura-puraannya sementara ini. Apa pun untuk membuat Emmelyn tetap ada di sisinya.     

"Oh, ya? Kalian lumayan juga kalau begitu," kata Emmelyn.     

"Sudah kubilang kami akan menang," kata Mars sambil tersenyum.     

Ia lalu membuka mantelnya dan menutupkannya ke tubuh Emmelyn saat menyadari gadis itu telah keluar kastil tanpa mengenakan mantelnya dan tubuhnya mulai mengigil.     

"Ck... kenapa kau keluar tanpa memakai mantel? Apakah kau terlalu antusias hendak menemuiku begitu pelayan mengumumkan kedatanganku? Apa kau merindukanku?" pria itu menatap Emmelyn dengan senyum kemenangan.     

Ia dapat menduga memang itulah yang terjadi. Ahh... hatinya sungguh senang mengetahui bahwa gadis ini memang merindukannya.     

Baiklah.. malam ini, ia akan memuaskan kerinduan Emmelyn kepadanya.     

"Cih.. siapa yang merindukanmu. Besar kepala!" Emmelyn mendengus dan hendak melepaskan mantel itu dari tubuhnya, tetapi Mars telah menarik tangannya masuk ke dalam kastil     

"Aku lapar. Kuharap kau belum makan malam," kata Mars sambil menggandeng Emmelyn masuk ke kastil dan langsung berjalan menuju ruang makan. "Kau bisa menceritakan bagaimana kau menyibukkan diri selama aku tidak ada sambil kita makan malam."     

Hari masih belum gelap dan biasanya Emmelyn baru akan makan malam dua jam lagi. Namun, ia mengerti bahwa Mars pasti kelelahan dan kelaparan dari menempuh perjalanan jauh, sehingga ia pasti ingin makan secepatnya.     

Di ruang makan, Roshan dan beberapa pelayan segera menyambut sang pangeran dan memberikan hormatnya.     

"Roshan, tolong siapkan makan malam. Aku sudah merindukan masakan para juru masak di sini," kata Mars memberi perintah. "Sepupuku Athos perlu mencari juru masak yang lebih baik di istananya."     

Dengan sigap, Roshan dan para pelayan segera melakukan apa yang diperintahkan majikan mereka.     

Tidak lama kemudian, berbagai hidangan lezat dan wine sudah terhidang di meja bagi keduanya. Mars segera makan dengan lahap, sementara Emmelyn memperhatikan pria itu.     

Ahh.. ia sangat senang melihat sang pangeran kembali. Penampilan Pangeran Mars terlihat agak kusut, tetapi ini justru membuatnya terlihat semakin gagah.     

Emmelyn tidak merasa lapar, sehingga ia hanya memperhatikan Mars makan sementara ia merapatkan mantelnya ke dada.     

Ahh... ada aroma Mars di mantel ini. Hmmm... baunya enak sekali.     

Mars akhirnya menyadari bahwa Emmelyn tidak makan beberapa saat kemudian. Ia menoleh ke samping dan bertanya kepada gadis itu, "Apakah kau tidak lapar?"     

"Ini belum waktunya makan malam untukku." Emmelyn mengangkat bahu.     

"Oh... maaf, aku makan duluan. Aku kelaparan. Nanti aku akan menemanimu makan malam," kata Mars dengan nada meminta maaf.     

Emmelyn mengangguk sambil tersenyum. "Aku suka itu."     

Mars menatap gadis itu dan menyipitkan matanya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Emmelyn hari ini, tetapi ia tidak tahu pasti apa.     

Sebentar...     

Hari ini Emmelyn bersikap manis kepadanya.     

Hmm.. terlalu manis.     

Ini seperti bukan dirinya. Kenapa Emmelyn bersikap baik kepadanya??     

Apakah Emmelyn melakukan sesuatu selama Mars pergi?     

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Emmelyn dengan ketus. Ia merasa tatapan Mars kepadanya dipenuhi kecurigaan.     

Apakah sang pangeran mencurigainya akan sesuatu?     

"Tidak apa-apa," kata Mars sambil mendeham. "Kupikir tadi ada kotoran di wajahmu."     

"Eh… a-apa katamu?" Emmelyn membelalakkan matanya dan meraba-raba seluruh wajahnya, berusaha membersihkan kotoran yang dimaksud Mars.     

Mars hanya tertawa dalam hati melihat tingkah Emmelyn yang menurutnya sangat menggemaskan itu.     

Ahh… Ia sangat merindukan gadis ini, padahal mereka baru berpisah selama seminggu.     

Bagaimana kalau nanti ia pergi berperang? Tentu ia akan pergi untuk waktu yang lama.     

Apa yang harus ia lakukan kalau hal itu terjadi?     

Mars berusaha tidak memikirkan itu dan memusatkan perhatiannya kepada makanan yang ada di depannya. Ia harus membicarakan kembali dengan ayahnya tentang strategi politik mereka ke depan. Dari 30 kerajaan yang ada di benua Terra, 22 sudah ada dalam kekuasaan mereka.     

Ayahnya menargetkan untuk menguasai semua kerajaan itu di bawah kekuasaan Draec dan mempersatukan seluruh benua Terra.     

Dulu, Raja Jared sendiri yang pergi berperang bersama para jenderalnya, namun, sejak sepuluh tahun lalu, ketika Mars menginjak dewasa, ia mulai menggantikan ayahnya memimpin di medan perang.     

Raja Jared akan berfokus mengurus pemerintahan di ibukota dan mengatur situasi politik bersama para utusan kerajaan bawahan mereka. Kerajaan-kerajaan yang ada di benua Terra akan dikirimi utusan dari ibukota Draec, meminta agar para raja di negeri-negeri tersebut mau tunduk kepada Draec.     

Kalau mereka menolak, barulah Mars dan para jenderalnya akan membagi tugas untuk menyerang kerajaan-kerajaan tersebut dan memaksa mereka untuk tunduk. Sejauh ini, pasukan mereka tidak pernah kalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.