Pangeran Yang Dikutuk

Keputusan Pangeran Mars



Keputusan Pangeran Mars

0Pagi itu, Emmelyn membuka matanya satu persatu dan sakit kepala yang hebat segera menyerang kepalanya.     

"Aaaahhh..." Ia memegang kepalanya yang rasanya mau pecah. "Kenapa aku?"     

"Kau minum terlalu banyak tadi malam." Suara yang familiar itu terdengar dari samping tempat tidurnya. Dengan mata berkaca-kaca karena masih mengantuk dan kepala yang pusing, Emmelyn menoleh ke arah asal suara.     

Ughhhh.. si pangeran brengsek itu. Kenapa dia berdiri cengar-cengir saja?     

"Memangnya kenapa kalau aku terlalu banyak minum?" tanya Emmelyn yang berpura-pura baik-baik saja. Ia melihat ke arah jendela dan melihat tirai beludru masih menutupi sehingga sinar matahari tidak langsung masuk dan membuatnya silau.     

Suasana di kamarnya masih remang-remang dan Emmelyn perlu waktu beberapa lama untuk menyesuaikan penglihatannya untuk melihat sekelilingnya dengan baik.     

Mars mengulurkan tangannya. "Mau kubantu bangun?"     

Emmelyn mengerjap-kerjapkan matanya keheranan.     

Ada angin apa? Kenapa Mars tiba-tiba berubah sikap begini? Ia sungguh tidak mengerti.     

"Kenapa tiba-tiba kau menjadi baik kepadaku?" tukas gadis itu. Ia melepaskan tangannya dari kepala dan bersikap tak acuh.     

Emmelyn mencoba turun dari tempat tidur dengan anggun, tetapi karena kepalanya masih pusing, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan begitu sebelah kakinya menapak ke lantai kayu, tubuh bagian atasnya oleng dan menimpa Mars.     

Kalau pemuda itu tidak sigap menahannya, tentu Emmelyn telah jatuh bergedebuk ke lantai.     

Untunglah Mars segera menahan tubuh Emmelyn dan menggendongnya dengan kedua tangannya, lalu didudukkan di sofa dekat jendela. Sikapnya sangat hati-hati dan penuh perhatian.     

Tindakannya itu membuat Emmelyn sangat kaget. Ia tidak mengira Mars akan berbuat seperti ini. Aneh sekali.. Bukankah kemarin laki-laki brengsek ini memutuskan untuk menjauhi Emmelyn dan mendiamkannya karena ia takut jatuh cinta?     

Bahkan tadi malam ia juga datang hanya untuk melakukan kewajibannya membuat Emmelyn hamil. Ia tetap dingin.     

Pangeran Mars hnya duduk di tempat tidur tanpa pakaian sambil menunggu Emmelyn menghabiskan wine-nya. Ia bahkan tidak mau duduk bersama dan menikmati wine.     

Dasar!     

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Emmelyn setelah pantatnya menyentuh permukaan sofa yang empuk.     

Kepalanya masih sakit tetapi setidaknya pandangannya sudah mulai jelas. Ia melihat Mars masih mengenakan pakaiannya yang semalam.     

Apakah pria itu tidur di sini semalaman? Atau dia sudah pulang ke kamarnya dan pagi ini datang ke sini karena ada yang mau dibicarakan? Tapi mau membicarakan apa? Bukankah dia bilang sudah tidak ada yang perlu dibicarakan dan sebaiknya mereka saling menjauhi.     

Ahhh.. brengsek! Kenapa sih orang ini ucapan dan perbuatannya tidak konsisten? Emmelyn paling benci orang yang tidak konsisten dan membingungkan.     

Mars mengangkat bahu. "Aku tadi malam ketiduran di sini. Aku terlalu lama menunggumu sampai aku tidak tahan lagi. Memangnya kau minum wine berapa banyak, sih?"     

Emmelyn buru-buru mengganti topik pembicaraan. Ia menarik tirai beludru di jendela untuk mengintip keluar dan melihat kira-kira sekarang sudah jam berapa.     

"Matahari sudah terbit. Kau tidak berlatih?" tanyanya tanpa menoleh ke arah Mars. Pria itu datang menghampirinya dan ikut mengintip keluar jendela.     

"Hey.. kau bisa melihat tempat latihanku dari sini rupanya. Apakah kemarin seharian kau mengintipku berlatih dengan para prajuritku? Apakah kau memuaskan diri untuk melihat tubuh perkasaku yang bermandikan peluh?" tanya Mars sambil tertawa kecil. "Pantas saja kata Roshan kau hampir tidak meninggalkan kamarmu. Rupanya kau menikmati pemandangan indah dari sini."     

Emmelyn melotot ke arah Mars yang bicara dengan tidak tahu malu barusan.     

"Melihat tubuh perkasamu yang bermandikan peluh? Astaga... kau ini memang narsis sekali ya?" Gadis itu menggeleng-geleng dan memutar matanya. "Aku sibuk dengan banyak hal. Mana sempat aku melihatmu berlatih. Kemarin ada tukang jahit istana dan Roshan datang ke sini. Aku juga harus membaca banyak buku. Aku sangat sibuk!"     

[Dasar pangeran mesum, dan tidak tahu malu!]     

[Memangnya dia pikir aku suka melihat tubuhnya berlatih di luar sana?]     

"Tidak apa-apa kalau kau tidak mau mengaku," Mars mengangkat bahu. Ia lalu menarik tirai ke samping jendela dan mengkaitkannya ke cantelan tirai sehingga kini sinar matahari bisa masuk dan menerangi kamar. "Kau masih sakit kepala?"     

Emmelyn yang sedang memijat keningnya tidak menjawab. Ia hanya memejamkan mata dan mencoba mengumpulkan kesadarannya.     

Semua yang terjadi pagi ini begitu aneh, sehingga ia menduga sebenarnya ini hanya mimpi dan ia masih tertidur. Mungkin nanti kalau ia membuka mata lagi, semuanya akan berubah.     

Dua menit kemudian, Emmelyn membuka matanya.     

Kedua mata birunya yang cemerlang tampak membulat besar ketika melihat wajah Mars berada tepat di depan wajahnya, begitu dekat, dan terlihat seperti sedang mengamat-amatinya.     

"Hei, kau mau apa?" tukas gadis itu sambil mendorong dada pria itu.     

"Tadi malam karena aku ketiduran, kita belum sempat menunaikan kewajiban," kata Mars. "Kita harus menebusnya pagi ini. Ingat, Dokter Vitas bilang, setiap hari."     

Emmelyn tiba-tiba cegukan mendengar kata-kata tidak tahu malu dari sang pangeran mesum.     

"Aku sedang sakit kepala," omel Emmelyn.     

"Dokter Vitas mengatakan bahwa berhubungan intim dapat meredakan sakit kepala," kata Mars tidak mau kalah.     

Ia berdiri tegak dan mulai membuat gerakan untuk membuka kancing pakaiannya satu per satu. Emmelyn tertegun melihat tingkahnya.     

Astaga.. pangeran ini.. serius???     

Benar saja. Saat itu juga rasa sakit kepala Emmelyn menghilang... diganti perasaan kesal.     

"Dasar maniak seks," omel gadis itu.     

Mars lalu menghentikan gerakannya dan kembali menutup kancing pakaiannya.     

"Aku hanya bercanda." Ia tertawa. Sikapnya begitu ringan dan hangat membuat Emmelyn menjadi kebingungan. Ada apa ini????     

Ini pasti mimpi. Ia ingat kemarin sikap Mars begitu dingin kepadanya. Kenapa tiba-tiba berubah?     

Emmelyn tidak mengerti.     

TOK     

TOK     

Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di balik pintu kamar Emmelyn.     

"Masuk," kata Mars kepada orang yang mengetuk pintuk. Tidak lama kemudian, pintu dibuka dan masuklah seorang pelayan laki-laki membawa sebuah nampan berisi semangkuk sup yang masih mengebul panas. Mars melambaikan tangannya dan menunjuk ke arah meja di sampingnya. "Taruh di meja saja."     

"Baik, Yang Mulia," kata sang pelayan sambil membungkuk hormat.     

Ia lalu menaruh sup di meja dengan sendoknya dan seteko teh dengan dua buah cangkir. Setelah itu, ia permisi pergi dengan membawa nampannya.     

"Aku menyuruh juru masak membuat sup hangover untukmu," kata Mars sambil mengunjukkan dagunya ke arah sup di meja. "Kulihat pagi ini tempayan berisi wine sudah kosong dan menduga tadi malam kau minum banyak sekali. Ck ck..."     

Emmelyn menelan ludah. "Tempayannya kemarin sudah hampir kosong, kok."     

"Ayo minum supnya, biar sakit kepalamu hilang. Sesudah ini aku mau bicara denganmu," kata Mars sambil menyilangkan lengannya di dada.     

Tanpa basa-basi lagi, Emmelyn pun duduk di kursi yang menghadap ke mejanya dan menikmati sup hangover tersebut. Sepertinya memang ia tidak bermimpi.. karena ia bisa merasakan sup ini di lidahnya. Enak sekali.     

Oke, kalau ini bukan mimpi, apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang membuat si pangeran brengsek itu berubah sikap?     

Ugh.. apa dia sudah bilang? Emmelyn paling benci orang yang tidak konsisten. Oh, sudah ya? Begitulah.     

"Aku sudah berpikir," kata Mars tiba-tiba, menggugah Emmelyn dari lamunannya. "Kurasa aku tidak perlu takut jatuh cinta kepadamu. Itu ketakutan yang tidak masuk akal. Aku ini kan pangeran putra mahkota kerajaan terbesar di benua Terra. Kekuasaanku membentang dari ujung ke ujung Terra dengan puluhan kerajaan di bawah kakiku. Aku juga sangat pandai, tampan, dan gagah... Aku bisa mendapatkan siapa saja yang aku inginkan. Mengapa aku harus jatuh cinta kepada putri dari negeri jajahan kecil seperti dirimu?"     

Emmelyn terlengak mendengar kata-kata pria itu yang diucapkan dengan santai. Dasar tidak punya hati, pikir Emmelyn.     

"Kau benar, aku sama seperti para lelaki lainnya. Aku tidak berminat menikah. Mungkin nanti kalau aku sudah tua dan bosan, aku akan mencari seorang istri yang penurut untuk menjadi ratu kerajaan Draec. Saat ini aku hanya membutuhkanmu untuk melahirkan anak-anak bagiku," kata Mars dengan santai.     

Emmelyn berpura-pura memasang ekspresi tidak acuh, seolah kata-kata pangeran brengsek barusan tidak menyinggung harga dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.