Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Yang Kesepian



Emmelyn Yang Kesepian

0TOK     

TOK     

Emmelyn yang duduk di tepi jendela sambil menopang dagunya tersentak bangun ketika ia mendengar bunyi ketukan di pintu.     

Ia sontak menoleh ke arah pintu dengan ekspresi terkantuk-kantuk. Akhirnya Mars datang juga, pikirnya.     

"Hei.." Mars menutupkan pintu di belakangnya dan memandang sekeliling kamar Emmelyn dengan penuh perhatian.     

Ia mengangguk puas karena menurutnya kamar ini memang pantas untuk seorang putri, ibu dari calon anak-anaknya.     

"Hei..." balas Emmelyn. Suaranya terdengar lega.     

Ia merasa kebosanan setengah mati karena hari ini tidak ada orang yang ia ajak bicara. Selain berbicara sedikit dengan Roshan dan Mrs. Coultard, Emmelyn tidak bicara dengan siapa pun.     

Hal ini membuatnya agak depresi. Kini, melihat kehadiran Mars, gadis itu segera melupakan pemikirannya tadi pagi saat Mars mengatakan akan lebih baik jika mereka membatasi interaksi di antara keduanya.     

Saat Mars tadi mengatakan bahwa ia kuatir akan jatuh cinta kepada Emmelyn, gadis itu juga menjadi kepikiran hal yang sama. Ia takut Mars akan menyukainya dan kemudian menahannya di Draec selama-lamanya.     

Tetapi setelah merasakan bosan selama seharian terkurung di kamarnya, Emmelyn merasa senang melihat kehadiran pria itu.     

"Kau suka kamarnya?" tanya Mars. "Aku memerintahkan Roshan mengambil barang-barang dari istana raja untuk menghiasi kamar ini. Di kastilku tidak ada perlengkapan yang feminin."     

Emmelyn menggeleng dan wajahnya terlihat cemberut. "Aku tidak suka sepreinya. Warnanya terlalu lembut, pasaran sekali..."     

Mars mengerutkan keningnya keheranan. "Kau tidak suka? Roshan bilang ini adalah warna dan motif yang sangat disukai kebanyakan putri bangsawan."     

Emmelyn memutar matanya. "Kupikir kau sudah tahu bahwa aku berbeda dengan kebanyakan gadis bangsawan di Draec. Aku tidak suka barang pasaran begini..."     

"Pasaran?"     

"Iya, pasaran. Kalau banyak orang yang menyukainya dan memilikinya, maka suatu barang akan menjadi tidak istimewa dan membosankan," kata Emmelyn ketus.     

"Oh..." Mars melihat ke sekelingnya dan mengangguk. "Baiklah. Kau tidak suka sepreinya karena pasaran. Bagaimana dengan yang lainnya?"     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya.     

Astaga.. ia tidak mengira mendengar suara laki-laki ini bicara kepadanya bisa membuat dadanya merasa senang!     

Ia lalu memutuskan untuk mengeluhkan bentuk tempat tidurnya yang menurutnya kurang menarik dan terasa membatasi geraknya hanya karena memiliki empat tiang.     

"Bagaimana kalau aku turun dari tempat tidur dengan kepala masih mengantuk dan aku membentur tiang kayunya yang keras itu," demikian alasan yang disampaikan Emmelyn.     

Mars tampak berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk. "Oke, masuk akal."     

"Lalu lantai kayunya terasa kasar di kakiku saat aku berjalan bertelanjang kaki." Ia bertolak pinggang dan mengeluhkan setiap hal yang ada di kamarnya. "Kau ini keterlaluan sekali ya.. masakah aku disuruh tinggal di kamar yang terlihat seperti pondok pemburu? Lantai kayu hanya dipakai oleh pemburu yang mendirikan pondok sederhana di hutan untuk tempat tinggalnya sementara ia berburu."     

"Jendelanya berteralis membuatku merasa seperti di penjara," kata Emmelyn lagi.     

"Tirainya memang terbuat dari beludru yang mahal, tapi terlalu tebal, ia menahan masuk sirkulasi udara kalau aku ingin membuka jendela," Ia menambahkan.     

"Mejanya kurang besar sehingga kurang nyaman untuk menulis." Ia lalu mengeluhkan meja kayu indah di pinggir jendelanya.     

Mars memijat keningnya. "Lho? Mejanya lebih besar daripada meja di kamarku."     

"Oh, ya? Lalu kenapa saat aku duduk di situ untuk menulis, rasanya tidak cukup?" balas Emmelyn tidak mau kalah.     

Mars memandang ke sekelilingnya dan mendecak. Ia menjadi kecewa kepada kepala pelayannya yang selama ini selalu dapat diandalkan. Mengapa dalam urusan menyiapkan kamar untuk Emmelyn saja Roshan menjadi tidak becus?     

Emmelyn benar sekali. Tempat tidur bertiang itu berbahaya untuk penghuni kamar ini. Lalu tirai beludrunya memang seharusnya jangan terlalu tebal.     

Ia membuat catatan mental untuk memerintahkan Roshan mengganti semua barang yang tidak disukai Emmelyn.     

"Baiklah, aku akan menyuruh Roshan mengganti semuanya," kata Mars. Ia lalu membuka kancing bajunya satu persatu. Wajahnya tampak datar saat ia bertanya kepada Emmelyn. "Kau sudah siap?"     

Gadis itu menggeleng. "Aku sangat kedinginan. Aku mau minum wine dulu. Kau mau?"     

Ia mengambil sebuah kendi berisi wine yang tadi ia minta dari Roshan dan menuangnya ke cangkir. Ia mengangkat cangkir yang berisi wine dan mengulurkannya ke arah Mars.     

Pria itu tampak berpikir sejenak. Ia lalu menghentikan gerakannya membuka bajunya dan menerima cangkir berisi wine itu. Emmelyn tersenyum puas melihatnya, ia lalu mengambil cangkir satu lagi dan menuang red wine untuk dirinya sendiri.     

Belum sempat Emmelyn menyesap wine-nya, ia terlengak kaget karena melihat Mars meneguk winenya dengan cepat lalu menaruh cangkirnya di meja.     

"Astaga... cepat sekali?" gerutu gadis itu. "Kau ini haus, ya?"     

Mars menatap Emmelyn dengan keheranan. "Kau bilang kau kedinginan. Kenapa lama sekali minumnya?"     

"Aku..." Emmelyn mengerucutkan bibirnya. "Aku ini seorang putri, tentu saja aku harus bersikap seperti statusku. Aku tidak bisa minum cepat-cepat seperti wanita penghibur di rumah bordil."     

Mars mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Emmelyn. "Perempuan penghibur di rumah bordil? Dari mana kau tahu mereka minum wine cepat-cepat?"     

Emmelyn memutar matanya. Ia beberapa kali harus mampir ke rumah bordil dalam perjalanannya ke sini karena minum wine di sana jauh lebih murah daripada di warung biasa.     

Pemilik rumah bordil ingin agar para pengunjungnya menjadi mabuk dan menginap untuk tidur dengan salah satu gadis dagangannya. Karena itulah mereka menjual wine dengan harga murah. Wine bukanlah barang dagangan utama mereka.. melainkan gadis-gadis di sana.     

Tentu saja Emmelyn tidak pernah tidur dengan para wanita penghibur itu. ia hanya memanfaatkan diskon untuk minuman yang dibelinya.     

"Aku tidak tahu, aku hanya menebak saja," kata Emmelyn. Ia lalu duduk dengan anggun di kursinya, di seberang Mars dan menyesap wine-nya pelan-pelan.     

Mars tampak tidak sabar melihat gadis itu benar-benar minum dengan sangat lambat. Ia sudah lelah karena seharian berlatih dengan pasukannya dan ia hanya ingin menunaikan kewajibannya malam ini kepada negerinya, untuk mendapatkan keturunan.     

Setelah tugasnya selesai, ia akan mengakhiri malam itu dan beristirahat di kamarnya sendiri.     

"Aku tunggu di tempat tidur." Akhirnya pria itu tidak tahan lagi. Ia lalu melepaskan pakaiannya dan naik ke tempat tidur.     

Emmelyn kaget melihatnya. Ia tidak menyangka Mars akan begitu dingin kepadanya, dan benar-benar datang hanya untuk berhubungan intim... demi mendapatkan keturunan.     

Ugh...!     

Karena kesal, Emmelyn meneguk habis wine-nya lalu menuangkan kembali wine ke cangkirnya yang sudah kosong. Dengan cepat ia meminumnya sampai habis.     

"Heii.. kenapa minum banyak sekali?" tanya Mars keheranan.     

"Kan sudah kubilang, aku kedinginan..." omel Emmelyn. Ia tidak mengindahkan pria itu segera menuangkan lagi wine ke cangkirnya, dan lagi-lagi diminum sampai habis.     

Sial.. wine ini memang enak sekali, pikirnya dalam hati.     

Draec begitu beruntung karena memiliki jajahan seperti Southberry yang dapat memberikan kepada mereka upeti sebagus ini. Wintermere hanyalah kerajaan kecil di tepi laut yang mendapatkan penghasilan utamanya dari perdagangan.     

Emmelyn sangat menyukai wine dan ia belum pernah merasakan wine seenak di sini.     

Huh... ia harus minum sebanyak-banyaknya sebelum ia benar-benar hamil dan tidak dapat lagi menikmati minuman beralkohol.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.