Pangeran Yang Dikutuk

Sungguh Tidak Tahu Malu!



Sungguh Tidak Tahu Malu!

0"Oh, jadi begitu ya? Baguslah kalau kau sudah mengaku bahwa sebenarnya kau ini sama saja dengan kebanyakan laki-laki di luar sana," tukas Emmelyn pura-pura memfokuskan seluruh perhatiannya pada sup di depannya. "Berarti aku memang benar."     

Gadis itu menikmati supnya lambat-lambat, seolah hidangan itu adalah makanan paling enak dan paling mahal di dunia sehingga ia harus menikmatinya dengan sepenuh hati.     

Rasanya memang enak, pikirnya. Setidaknya ada satu hal baik pagi ini untuknya. Selain itu, semuanya kacau dan sangat menyebalkan!     

Sakit kepalanya perlahan-lahan juga menghilang.     

"Jadi, aku setuju dengan saranmu untuk mengatakan yang sebenarnya kepada ibunda ratu saat di pesta dansa nanti bahwa aku hanya membutuhkanmu untuk melahirkan keturunan, agar ia tidak berharap banyak kepadamu. Ibuku harus tahu bahwa aku tidak sedang mencari istri," kata Mars lagi. "Jadi ia tidak akan mendesak-desak kita untuk menikah."     

Ia meneliti reaksi Emmelyn sambil melanjutkan kata-katanya dan tersenyum puas saat melihat Emmelyn mengangguk malas.     

"Terserahmu.." kata gadis itu. Ia telah menghabiskan supnya dan mendorong mangkuknya ke tengah meja. Ia lalu menuangkan teh ke cangkir dan meminumnya.     

"Hei.. kau tidak menawarkan teh untukku?" tanya sang pangeran sambil mengerucutkan bibirnya. "Aku sudah berbaik hati meminta juru masak membuatkan sup hangover untukmu, tetapi kau bahkan sama sekali tidak mengucapkan terima kasih dan sekarang kau juga tidak menawariku teh. Apakah semua putri dari Wintermere tidak memiliki tata krama sepertimu?"     

Emmelyn hampir tersedak tehnya mendengar kata-kata Mars. Gadis itu sangat marah dan tersinggung karena Mars membawa-bawa nama negerinya, seolah semua gadis dari Wintermere tidak memiliki sopan santun.     

Emmelyn sadar bahwa ia memang bersalah. Seharusnya ia mengucapkan terima kasih karena Mars telah memperhatikannya dan menyuruh juru masak menyiapkan sup hangover ini, tetapi tadi ia benar-benar sebal, sehingga melupakan sopan santunnya.     

Tanpa berkata apa-apa, Emmelyn menaruh cangkirnya di meja, mengambil teko dan menuangkan teh untuk Mars lalu mendorong cangkirnya ke pinggir meja. Ia lalu kembali mengambil cangkirnya sendiri dan menikmati tehnya.     

Tanpa suara ia hendak menunjukkan kepada Mars bahwa ia punya tata krama dan barusan sudah menuangkan teh untuk sang pangeran.     

Mars menggeleng-geleng dan mengambil cangkir teh untuknya dan duduk di samping Emmelyn untuk menikmati teh bersama.     

"Kau ini harga dirinya tinggi sekali, ya.. sampai begitu sulit meminta maaf," komentar Mars.     

Sebenarnya Emmelyn tidak keberatan meminta maaf kalau ia melakukan kesalahan, tetapi ucapan Mars pagi ini yang dirasanya merendahkan dirinya sebagai putri tidak penting dari kerajaan kecil membuatnya sangat marah, sehingga ia lebih memilih untuk mendiamkan pria itu.     

Emmelyn menghabiskan tehnya dan kemudian memutar tubuhnya menghadap ke arah Mars. Ekspresinya tampak sangat sungguh-sungguh ketika ia menatap pria itu dan bicara kepadanya.     

"Kau sudah selesai bicara? Hanya itukah alasanmu datang kemari pagi-pagi?" tanya gadis itu. "Kalau sudah, silakan pergi. Aku mau berganti pakaian dan memulai hariku. Aku sangat sibuk."     

Mars tahu Emmelyn sama sekali tidak sibuk. Malah, gadis itu kebosanan setengah mati.     

"Kau sudah lama tidak berlatih pedang, kan?" tanya Mars tiba-tiba. "Kau mau ikut berlatih dengan pasukanku?"     

"Eh...? Apa katamu?" Emmelyn tak dapat menyembunyikan nada gembira dalam suaranya.     

Ya, Tuhan... ia memang kebosanan setengah mati di kastil ini karena harus tampil dan bersikap seperti perempuan, seorang lady.     

Emmelyn sungguh merindukan saat-saat ia masih bebas. Ia dapat keluar ke hutan, berburu hewan kecil dan memanggangnya, lalu mandi di sungai, berlatih pedang sendirian...     

Ahh.. betapa sangat menyenangkannya hidup sebagai laki-laki. Setelah penyamarannya terbongkar dan ia tinggal di kastil ini sebagai seorang putri, ia harus mengenakan gaun dan bersikap seperti layaknya gadis bangsawan.     

Sangat... sangat membosankan.     

Karena itu, tawaran dari Mars barusan sungguh membuatnya tergoda.     

Tunggu dulu, apakah Mars memberinya penawaran ini karena ia memang serius.. atau ia hanya ingin mempermainkan Emmelyn?     

Tapi, seingat gadis itu, Mars tidak pernah bercanda tentang hal seperti itu. Apakah ini artinya...     

Ia serius?     

"Kau tadi bilang apa?" tanya Emmelyn dengan suara tercekat.     

"Kau bisa kembali menyamar sebagai laki-laki dan ikut berlatih di lapangan. Kurasa tidak ada salahnya kalau kau berolah raga sedikit. Kalau tubuhmu sehat dan aktif, nanti kalau kau hamil anakku, dia juga akan sehat," kata Mars sambil mengangkat bahu. "Aku tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi kalau kau tidak mau... ya, aku tidak akan menawarkan lagi. Terserahmu."     

Saat itu, rasanya Emmelyn ingin menghambur ke arah Mars dan memeluknya, bahkan mungkin mencium bibirnya, karena ia merasa sangat senang atas tawaran itu.     

Ahh... kalau ia bisa menyamar kembali sebagai laki-laki dan berlatih pedang, tentu kebosanannya akan teratasi. Ia juga sudah merasa pegal-pegal karena seminggu ini tidak bisa berolah raga.     

"Hmm.. biar aku pikirkan," kata Emmelyn dengan sikap acuh tak acuh. Ia lalu berdiri dan menghampiri lemari tempat pakaiannya ditata dengan rapi oleh para pelayan kemarin.     

Ia memilih satu gaun praktis berwarna biru muda dan kemudian menghentikan gerakannya. "Kalau aku menerima tawaranmu, bagaimana aku bisa menyamar sebagai prajurit? Aku tidak memiliki pakaian lelaki di sini."     

Mereka telah membuang pakaian pelayannya setelah penyamarannya terbongkar, dan sejak hari itu ia mengenakan gaun cantik.     

Emmelyn harus mencuri pakaian laki-laki dari mess pelayan atau meminta kepada Roshan kalau nanti ia ingin menyamar dan pergi ke Desa Bydell diam-diam saat Mars pergi ke Southberry.     

"Itu bisa diatur," kata Mars. "Kalau kau mau, aku akan menyuruh Roshan ke sini dan membawakan dua setel."     

"Hmm.. baiklah, kalau kau memaksa," kata Emmelyn.     

Saat itu, rasanya Mars ingin tertawa melihat sikap angkuh yang ditunjukkan Emmelyn.     

Gadis ini pasti benar-benar marah kepadanya karena tadi Mars menyebutnya sebagai putri tidak penting dari kerajaan kecil, sehingga sekarang Emmelyn bersikap acuh tak acuh atas tawarannya untuk menunjukkan bahwa baginya kata-kata Mars tidak penting.     

Mars tidak keberatan jika Emmelyn marah kepadanya. Gadis ini tampak menggemaskan kalau ia marah.     

"Kalau kau sudah selesai makan sup hangovernya dan tidak sakit kepala lagi, kita sarapan bersama dan membahas tentang rencana ke depan," kata Mars.     

"Apa lagi yang perlu dibahas?" tanya Emmelyn keheranan.     

"Misalnya, aku sudah memutuskan bahwa aku akan pindah ke kamar ini. Setelah semalam aku tidur di sini, aku merasa bahwa kamar ini jauh lebih bagus daripada kamarku. Jadi sekarang aku akan mengambil alih kamar ini darimu," jawab Mars dengan santai.     

"A-apa kau bilang?"     

[Enak saja! Aku suka kamarku ini!]     

[Kalau dia yang pindah ke sini, lalu aku kemana???]     

"Kau bisa pilih, keluar dari kamar ini dan pindah ke kamarku yang lama, atau kau tetap di sini," kata Mars. "Yang jelas aku menyukai kamar ini dan memutuskan akan menggunakannya untukku sendiri. Tapi, karena aku orangnya baik hati, aku mengizinkanmu tetap di sini dan berbagi kamar ini bersamaku, kalau kau mau."     

Emmelyn tidak percaya pada telinganya sendiri saat mendengar kata-kata dari sang pangeran yang tidak tahu malu ini.     

Apa ini artinya mereka akan kembali tinggal bersama?     

Masakan Pangeran Mars menyukai kamar yang memiliki seprei berwarna merah muda dan motif bunga-bunga lilac?     

Kenapa bisa pria ini seleranya buruk sekali?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.