Pangeran Yang Dikutuk

Memilih Nama



Memilih Nama

0Hubungan intim yang mereka lakukan hari itu terasa lebih menakjubkan dari apa yang biasanya mereka rasakan.     

Mungkin perasaan stres yang mereka alami minggu ini membuat otak mereka mendambakan kenikmatan itu lebih dari biasanya. Setiap kali Mars memompa dengan penuh cinta, ada rasa bahagia dan puas yang memenuhi hati keduanya.     

Perasaan bahagia yang mereka rasakan itu juga ditambah dengan relaksasi ke dalam tubuh dan jiwa mereka.     

"Aku juga mencintaimu..." Emmelyn menggumamkan jawabannya dengan mata tertutup. Ia menggigit bibirnya dan memusatkan perhatiannya pada tubuh mereka yang kini menyatu untuk memuaskan satu sama lain.     

Awalnya, ia merasa sedikit bersalah karena bercinta dengan Mars sedangkan kakaknya terbaring tak bernyawa tidak jauh dari kastil mereka.     

Namun, pikirannya menjadi tak terkendali dalam hitungan detik dan ia bahkan tidak sempat memikirkan Killian, sang bayi yang ia kandung, penyihir itu, atau hal lainnya di dunia ini selainnya suaminya dan kasih sayang yang pangeran berikan kepadanya.     

Ia bisa merasakan cinta dan perhatian Mars melalui setiap sentuhannya. Penetrasi itu tidak sedalam biasanya, namun ia masih merasa sangat puas dan menikmatinya hingga titik puncaknya. Kebahagiaan segera memenuhi hatinya hingga meluap-luap.     

Percintaan mereka hari itu merupakan momen yang indah dan distraksi yang sangat dibutuhkan bagi Mars dan Emmelyn yang kini saling membawa rasa sakit dan penderitaan mereka sendiri tapi tetap ingin menjadi pendukung bagi satu sama lain, selama masa-masa sulit dalam hubungan mereka.     

Pikiran mereka dipenuhi dengan begitu banyak cinta bagi keduanya karena mereka menikmati hubungan seks yang manis untuk melepaskan ketegangan yang ada.     

Selama satu jam yang memuaskan itu, mereka bisa melupakan semua yang telah terjadi di hari-hari sebelumnya.     

Ketika sesi hubungan intim mereka telah berakhir, keduanya terengah-engah dan mereka memejamkan mata untuk menikmati sisa-sisa kepuasaan yang ada hingga sepenuhnya. Udara di dalam kamar dipenuhi dengan aroma bercinta dan rasanya hampir memabukkan.     

Mars menarik Emmelyn ke dalam pelukannya dan membenamkan wajahnya ke dalam tengkuk Emmelyn saat ia memeluk pinggang gadis itu dari belakang dan merangkulnya lebih dalam lagi.     

Mars sangat suka aroma Emmelyn dan ia juga menyukai sentuhan kulitnya yang sehalus sutra. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa begitu beruntung bertemu wanita ini seumur hidupnya.     

Ya, mereka melewati begitu banyak rintangan dan masalah untuk bisa bersama, tapi kini mereka bersama, masih saling mencintai tanpa syarat dan mendukung satu sama lain terlepas dari keadaannya.     

Mars bersyukur karena seiring berjalannya waktu, Emmelyn telah membuka hatinya untuknya dan menunjukkan pengampunan atas semua hal buruk yang terjadi kepadanya di masa lalu.     

Sekarang, Mars telah berjanji untuk menebus semuanya dan menjadikannya wanita paling bahagia di seluruh dunia. Setiap hari, ia bangun dengan tekad untuk memenuhi sumpahnya.     

"Hmm…" Emmelyn menyentuh tangan Mars yang memeluk perut telanjangnya dan mengelusnya dengan penuh kasih. Kemudian, ia berbalik perlahan untuk menghadap ke arah pria itu.     

Emmelyn menatap suaminya dengan mata berbinar. Air mata yang mengalir di matanya bukan karena patah hati dan kesepian seperti sebelumnya. Itu adalah air mata yang perlu ia keluarkan untuk membersihkan jiwanya dari rasa sakit.     

Sekarang, Emmelyn tidak lagi merasa tertekan dan tercekik oleh kesedihan. Sebaliknya, ia merasakan ketenangan yang tidak bisa dijelaskan dan dadanya yang berat perlahan terasa lebih ringan dan hangat.     

Emmelyn mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh pipi Mars saat ia menatap jauh ke dalam mata sang suami.     

Ia bersyukur memiliki pria ini dalam hidupnya. Ia bisa melihat betapa Mars sangat mencintainya dan peduli kepadanya. Ia adalah seorang suami yang baik dan berbakti.     

Dan apa pun yang terjadi, Mars selalu menunjukkan cinta dan pengertian yang luar biasa untuknya. Emmelyn belum pernah melihat seorang pria mampu mencintai seorang wanita sedalam itu. Ia merasa sangat beruntung karena wanita itu adalah dirinya.     

Setelah ia cukup mengagumi wajah tampannya, Emmelyn memiringkan wajahnya untuk menciumnya. Mars terkejut dengan inisiatifnya dan membalas ciumannya dengan lembut.     

Keduanya memejamkan mata lagi untuk menikmati ciuman manis itu, sambil mendengarkan detak jantung mereka perlahan yang kini berdetak dalam ritme yang sama. Kedengarannya seperti musik yang indah.     

Tiba-tiba...     

Tendangan yang ditunggu-tunggu itu mengejutkan sang calon orang tua dan menjatuhkan mereka dari puncak kepuasan.     

"Waaah...!"     

"Bayinya menendang lagi!"     

Mars begitu heboh saat merasakan gerakan janin dalam perut Emmelyn dan ia langsung duduk untuk mengamati perut telanjang istrinya. Mata Mars membulat saat melihat perutnya bergerak-gerak seperti ombak.     

Sungguh pemandangan yang luar biasa, tetapi pada saat yang sama, Mars menjadi khawatir kalau-kalau Emmelyn kesakitan karena gerakan penuh antusiasme dari bayi mereka.     

"Apa sakit?" Ia bertanya dengan cemas.     

Emmelyn menggelengkan kepalanya dan tersenyum sambil menangis. Ia merasa sangat senang ketika bayinya menendang lagi dan suaminya bisa menyaksikannya dengan jelas. "Tidak... ahaha... sama sekali tidak sakit. Kurasa bayi kita sudah bangun sekarang..."     

"Luar biasa..." Calon ayah muda itu begitu terpesona. Ia menyentuh perut Emmelyn dengan kedua tangannya dan berharap bayi mereka akan melakukan gerakan lainnya.     

Namun, setelah lima menit, tidak terjadi apa-apa. Wajahnya kembali terlihat kecewa.     

"Mungkin ia sudah kembali tidur?" Mars kemudian bertanya. "Athos mengatakan bayi BANYAK tidur."     

"Apa kau bisa mencoba memanggilnya?" Saran Emmelyn kepadanya. "Mungkin akan berhasil."     

"Dengan apa… Aku harus memanggilnya?" Mars bertanya balik. "Kita belum menyiapkan nama."     

"Oh, kau benar. Kita harus mulai menyiapkan nama untuk memanggil anak kita," Emmelyn setuju. "Haruskah kita menyiapkan dua nama? Kita tidak tahu apakah bayinya laki-laki atau perempuan..."     

"Hmm..." Mars tenggelam dalam pikirannya. Ia tidak pernah menyiapkan nama untuk anak-anak karena ia pikir ia tidak akan cukup beruntung untuk memilikinya.     

Hah.     

Sekarang tiba-tiba kesempatan datang dalam hidupnya untuk menjadi seorang ayah dan Emmelyn kini sudah hamil, ia tenggelam dalam begitu banyak kebahagiaan sehingga ia bahkan tidak memikirkan hal-hal lain selain istrinya dan bayi mereka.     

Ia lupa menyiapkan nama, sama seperti saat Mars begitu bersemangat karena ia akhirnya bisa menyentuh wanita secantik Emmelyn yang bersedia untuk menjadi ibu dari anak-anaknya hingga Mars lupa menanyakan namanya dulu.     

Jadi, Mars tidak pernah punya ide untuk menyiapkan nama untuk anaknya… sampai hari ini.     

"Bagaimana menurutmu?" Mars bertanya balik. "Apakah kau sudah punya nama yang ingin kau gunakan untuk anak kita?"     

Emmelyn tersenyum dan mengangguk. "Sebenarnya sudah."     

"Katakan kepadaku!" Mars tampak tertarik. Mereka belum pernah membicarakan nama untuk bayi mereka sebelumnya, jadi ia ingin tahu apa yang ada dalam pikiran istrinya.     

"Baiklah... Aku punya beberapa nama yang aku suka. Misalnya, Harlow, Adrian, Amarille, atau Alred," Emmelyn menatap suaminya dan memegang tangannya. "Apakah ada yang kau suka?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.