Pangeran Yang Dikutuk

Putri-Putri Marquis Milot



Putri-Putri Marquis Milot

0"Aku suka tempat ini. Indah sekali," komentar Emmelyn setelah ia menghabiskan makanannya. Ia menatap sekilas ke sekitar mereka dan berdecak kagum.     

Gadis itu tidak datang dari arah ini ketika ia pertama kali datang ke Draec dari Wintermere, jadi ia merasa terpesona dengan apa yang dilihatnya sekarang.     

Reaksinya membuat Mars merasa bahagia. Ia senang Emmelyn menyukai kerajaannya.     

Emmelyn telah melihat dunia, jadi ia pasti memiliki selera yang jauh lebih bagus dan mampu menghargai keindahan dan budaya dibandingkan orang-orang pada umumnya.     

Orang yang belum pernah ke mana pun akan memiliki pemahaman yang sangat terbatas tentang alam dan budaya di sekitar mereka. Mereka mungkin berpikir apa yang mereka miliki adalah yang terbaik padahal dalam kenyataannya, ada hal-hal yang lebih baik di luar sana.     

Karena itu, saat Mars mengetahui Emmelyn menyukai hal-hal yang ia lihat dan nikmati di Draec, ia merasa bangga.     

Terlebih lagi ketika Mars sudah menjadikan Draec sebagai mahar untuk menikahi Emmelyn. Mars bahagia melihat calon istrinya menyukai mahar yang akan ia berikan.     

"Aku akan membawamu ke tempat favoritku di Southberry. Kebun anggurnya sangat indah," jawab Mars. Ia sudah lama ingin membawa Emmelyn ke sana sejak mereka baru mengenal satu sama lain beberapa bulan sebelumnya.     

Ia benar-benar menyukai kebun anggur dan berpikir Emmelyn juga akan senang berkunjung ke sana. Namun, Emmelyn baru bisa mendapat kesempatannya sekarang.     

"Apakah kita punya cukup waktu untuk melihat-lihat?" Gewen tiba-tiba bertanya. "Aku hanya penasaran karena kita harus membicarakan tentang strategi perang dan kerajaan berikutnya yang akan ditaklukkan bersama Pangeran Athos. Aku rasa kita akan terlalu sibuk."     

"Baiklah... Aku yakin kita punya cukup waktu," jawab Mars.     

Mars hanya tersenyum tipis, ia membayangkan betapa terkejutnya Gewen dan Edgar nanti ketika mereka mengetahui perjalanan ini tidak ada hubungannya dengan rencana penyerangan karena Mars ingin mengakhiri misi invasi mereka mulai tahun ini.     

"Hmm... baiklah kalau begitu," Gewen mengangkat bahu.     

Setelah mereka selesai makan siang dan istirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan. Mereka tiba di kota saat matahari terbenam. Kota itu disebut Havertown.     

"Mari kita bermalam di sini dan bersantai sejenak," kata Mars kepada anak buahnya. "Kita bisa tinggal di tempat walikota dan menyuruh prajurit untuk menyebar dan beristirahat."     

"Baiklah, Yang Mulia," Edgar mengangguk.     

Ia meneriakkan perintah putra mahkota kepada para prajurit dan mereka segera menuju gerbang kota, dua prajurit pergi ke depan untuk memberi tahu walikota bahwa putra mahkota sedang melewati kota mereka dan ingin bermalam di sana.     

Setelah mendengar kabar itu, walikota segera datang bersama anak buahnya dan menyambut putra mahkota dan rombongannya.     

Ia tidak menyangka Mars akan mampir ke kotanya dan sangat bersemangat untuk menyambut putra mahkota dan anak buahnya.     

Biasanya, ketika putra mahkota melakukan perjalanan ke Southberry, ia akan selalu bermalam di Glendale, ibukota provinsi karena kota itu jauh lebih besar. Selain itu, Glendale juga memiliki pilihan akomodasi yang lebih baik untuk pangeran.     

Namun, sepertinya kali ini putra mahkota sedang bepergian dengan santai dan Glendale masih cukup jauh ketika malam tiba, karena itu Mars memutuskan untuk beristirahat di Havertown.     

Walikota sangat senang menerima calon raja di rumahnya. Ia dengan cepat menyuruh para pelayannya untuk menyiapkan kamar terbaik di istananya untuk pangeran dan teman-temannya.     

"Aku akan merasa sangat terhormat jika Yang Mulia dan Tuanku mau makan malam bersama kami. Istri dan anak perempuanku adalah juru masak yang hebat dan mereka sangat senang ketika mendengar bahwa Yang Mulia ada di sini. Putri-putriku ingin melayani Yang Mulia dengan makanan yang mereka masak sendiri," Marquis Milot, sang walikota membungkuk sangat dalam sampai-sampai Emmelyn khawatir ia akan mematahkan lehernya.     

"Tentu, mengapa tidak?" Mars mengangguk. Ia tidak ingin bersikap kasar dengan menolak tawaran walikota itu. Meskipun juru masaknya telah menyiapkan makanan untuk makan malam, alangkah baiknya jika mereka makan dengan benar di Havertown malam ini.     

Besok mereka akan pergi keluar dan berburu makanan dalam perjalanan dari Havertownke Glendale.     

"Terima kasih, Yang Mulia! Keluargaku merasa sangat terhormat karena Yang Mulia bersedia mampir di istana kami yang sederhana."     

Marquis Milot memberi instruksi kepada kepala pelayannya untuk menunjukkan kamar mereka kepada pangeran dan teman seperjalanannya sehingga mereka bisa membersihkan diri dan beristirahat sebentar sebelum makan malam.     

Kediaman walikota adalah rumah besar di pusat kota. Rumahnya dikelilingi oleh tembok yang sangat tinggi dan tebal. Kamar tamu terletak di lantai dua. Mars bisa melihat taman yang indah di depan istana dari jendelanya.     

Sedangkan Emmelyn dapat melihat pasar yang sangat ia sukai. Emmelyn dengan cepat berpikir untuk pergi keluar di pagi hari untuk melihat-lihat.     

***     

"Selamat datang, Yang Mulia."     

Empat wanita muda yang cantik menyambut Mars, Emmelyn, Gewen, dan Edgar di depan pintu ketika mereka datang ke ruang makan untuk memenuhi undangan makan malam walikota.     

Penampilan gadis-gadis itu terlihat mirip satu sama lain yang membuat Mars berasumsi bahwa mereka bersaudara. Ia bertanya-tanya apakah mereka adalah putri Marquis Milot...     

Asumsinya terbukti benar ketika ia melihat walikota menunggu mereka di meja makan panjang di tengah ruangan.     

Ia tersenyum bahagia saat memperkenalkan putrinya. "Yang Mulia, ini adalah putri-putriku yang cantik. Mereka dengan senang hati akan melayanimu. Jika Kau membutuhkan APA SAJA, tolong beri tahu mereka."     

Walikota itu menekankan pada kata 'APA SAJA' yang langsung mengundang banyak perhatian dari Emmelyn.     

Astaga, walikota terlihat jelas sedang berusaha keras untuk menjual putri-putrinya kepada pangeran dan ketiga tuan muda yang bersamanya.     

Emmelyn langsung membenci Marquis Milot.     

Ia telah mendengar cerita dan melihat dengan matanya sendiri, bagaimana anak perempuan diperlakukan oleh orang tua mereka sebagai alat penawaran. Mereka dibesarkan hanya untuk dijual... ahem... dinikahkan demi kepentingan keluarga atau keuntungan ayah mereka.     

Pantas saja Marquis Milot terlihat begitu bersemangat saat melihat putra mahkota dan ketiga pemuda bangsawan itu datang di kotanya.     

Laki-laki busuk itu pasti berpikir bahwa keluarganya akan sangat diuntungkan jika salah satu putrinya berhasil menarik perhatian semua pria yang datang malam ini.     

Bahkan jika hanya satu saja di antara laki-laki itu yang tertarik, Marquis Milot sudah sangat beruntung.     

Putrinya akan mendapatkan mertua yang kaya dan berkuasa jika putrinya berhasil mendapatkan Edgar atau Gewen. Apalagi jika sampai menikah dengan putra mahkota sendiri.     

"Mereka adalah Klara, Annabelle, Lori, dan Myrtle, Yang Mulia," Marquis Milot tersenyum lebar saat ia memperkenalkan putrinya kepada para tamu terhormat. "Malam ini, mereka akan melayani Anda semua dan menyediakan semua yang kalian butuhkan."     

"Selamat datang, Yang mulia," semua gadis membungkuk serempak, lalu berpaling ke arah tuan muda dan menyapa mereka dengan suara merdu mereka. "Tuanku..."     

"Nama saya Klara dan saya berusia 23 tahun, Yang Mulia. Merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk bisa melayani tuan-tuan sekalian," kata gadis pertama dengan rambut panjang yang tergerai indah serta wajah yang tirus. Klara adalah gadis yang paling tidak cantik dari semua saudaranya yang lain, tapi ia terlihat anggun dan kalem.     

"Dan saya adalah Annabelle, Yang Mulia. Saya baru berusia 22 tahun," kata gadis kedua. Ia sangat mirip ibunya, Lady Milot. Keduanya memiliki rambut hitam panjang bergelombang, seperti burung gagak. Ia tampak lebih cerdas dibanding yang lain.     

"Nama saya Lori. Saya senang bisa melayani kalian semua, Yang Mulia. Saya masih berusia 20 tahun," kata gadis yang ketiga.     

Lori adalah seorang gadis yang berbadan tinggi dengan lekuk tubuh seksi dan rambut ikal berwarna kemerahan.     

Ketika ia berbicara, ia menoleh ke arah Mars dan tersenyum menggoda. Ia jelas gadis yang tercantik di antara saudara perempuannya yang lain.     

Emmelyn merasa ia ingin memukul Lori karena berikap begitu genit kepada calon suaminya. Namun, ia berhasil menahan diri dan hanya memandang dengan penuh amarah serta mata yang membesar dan batuk yang dibuat-buat.     

"Ahh... semua saudara perempuan saya telah memperkenalkan diri. Sekarang giliran hamba. Nama saya Myrtle, diambil dari nama Bunga Myrtle... saya sekarang berusia 18 tahun. Kami merasa sangat senang karena Yang Mulia dan Tuanku memutuskan untuk mampir di tempat tinggal kami yang sederhana. Setelah mendengar kabar tentang kedatangan Yang Mulia, kami segera sibuk di dapur dan memasak beberapa hidangan untuk kalian semua. Kami harap tuan-tuanku akan menikmatinya," kata Myrtle sang putri bungsu.     

"Mereka semua adalah putri saya, Yang Mulia," kata Marquiss Milot sambil tersenyum. Ia kemudian menoleh ke arah istrinya. "Dan ini istri saya."     

"Yang Mulia," Lady Milot membungkuk lagi. "Nama saya Seroja Milot."     

Setelah perkenalan dari para Milot, kini saatnya Mars memperkenalkan teman-temannya secara resmi.     

"Terima kasih atas keramahan yang kalian berikan, Tuan dan Nyonya Milot. Aku bepergian dengan membawa beberapa teman. Yang ini Lord Aldrich Winter dan yang itu Lord Edgar Chaucer, dan pria yang berdiri di sampingnya adalah Lord Gewen Athibaud."     

Ketiga 'pria' itu mengangguk ke arah gadis-gadis itu. Emmelyn terbatuk lagi ketika ia melihat gadis-gadis itu menahan napas saat melihat Gewen.     

Sungguh… jika saja mereka tahu Gewen hanya akan mempermainkan mereka seperti biola dan menghancurkan hati mereka di pagi harinya, mereka tidak akan pernah sudi memandang wajahnya, pikir Emmelyn dalam hati.     

"Baiklah, kita bisa mulai makan malam sekarang," kata Marquis Milot dengan gembira.     

Semua orang duduk di meja makan besar. Lady Milot lalu memberi isyarat kepada putrinya untuk mulai menyiapkan makanan.     

Gadis-gadis Milot segera menghilang di balik pintu dan kembali tidak lama kemudian dengan membawa nampan berisi piring demi piring yang dipenuhi hidangan lezat.     

Mereka menyajikan semua jenis daging, buah-buahan, roti, kue, dan banyak hidangan lainnya. Tidak lupa, mereka juga menyajikan wine yang sangat enak dari koleksi pribadi sang Marquis.     

Semua hidangan yang tersaji di meja makan hanyalah hidangan terbaik yang pantas untuk seorang putra mahkota.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.