Pangeran Yang Dikutuk

Berangkat Ke Pesta Dansa



Berangkat Ke Pesta Dansa

0"Mmm... aku ingin mencoba gaunnya lagi," kata Emmelyn tiba-tiba setelah Mars melepaskan dirinya dari pelukannya. Ia menunjuk ke tumpukan gaun di sofa.     

Mars berdiri dan membawakan gaun-gaun itu kepadanya. Ia membiarkan Emmelyn melihat-lihat dan memilih gaun yang ingin ia kenakan.     

"Aku akan mencoba yang merah jambu," kata Emmelyn, ia mengambil gaun sutra yang indah dengan sulaman yang rumit.     

Ia sudah mengenakan korsetnya dengan bantuan para pelayannya. Korset itu pun sengaja dilonggarkan untuk membuat perutnya terasa nyaman. Sekarang, dengan bantuan pangeran, ia mengenakan gaun merah jambu itu.     

Emmelyn adalah wanita yang sangat cantik dan ia bisa membuat gaun apa pun terlihat bagus. Gaun khusus ini dibuat untuk menampilkan sosoknya yang menakjubkan dan kecantikannya yang mempesona.     

Ketika ia memakainya dan berbalik untuk bertanya kepada pangeran bagaimana penampilannya, Mars benar-benar terpana hingga ia lupa bernapas.     

"Cantik..." Mars tersenyum begitu lebar ketika akhirnya ia menemukan suaranya. "Menurutku ini adalah gaunmu yang paling cantik sejauh ini. Kau sendiri tahu aku sebenarnya jauh lebih suka melihatmu tanpa mengenakan apa-apa.. hehehe... tapi aku tidak keberatan melihatmu memakai gaun ini."     

Emmelyn akhirnya tertawa dan memukul lengan pangeran dengan gembira. "Hmm... kurasa aku juga suka gaun ini."     

"Sepertinya penjahit kerajaan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik kali ini. Aku belum pernah melihat gaun secantik ini sebelumnya," Mars mengakui. "Nah... sekarang, kau punya gaun yang cantik dan aksesori yang sempurna. Kurasa kita sudah siap berangkat."     

"Aksesori yang sempurna?" Emmelyn mengangkat alisnya. "Aku hanya punya kalung ini. Aksesori apa lagi yang kau maksud?"     

"Aku," jawab Mars sambil tertawa kecil. "Aku akan menjadi aksesorimu malam ini."     

Emmelyn memutar matanya, tetapi dalam hatinya, ia menertawakan lelucon calon suaminya itu. Ya, putra mahkota adalah aksesori yang bagus untuk menyempurnakan penampilannya.     

Sekarang, Emmelyn tidak lagi merasa putus asa. Ia bahkan bisa tersenyum bahagia.     

***     

Dalam beberapa puluh tahun terakhir, malam ini adalah pertama kalinya putra mahkota memasuki istana kerajaan tanpa dikawal pasukan raja sehingga ia bisa bebas memasuki ruangan.     

Dulu, para penjaga tersebut akan selalu memastikan tidak ada satu pun wanita yang berada di dekat pangeran ketika ia berjalan memasuki istana.     

Sebelum dibebaskan dari kutukan itu, Mars tidak ingin menyentuh wanita secara tidak sengaja karena mereka sudah pasti akan mati keesokan harinya.     

Putra mahkota lebih suka jika mereka mulai berpendapat bahwa dirinya adalah monster atau pria kejam yang benci wanita dan akan membunuh siapa pun yang berani mendekat.     

Tapi sekarang pangeran tidak perlu lagi hidup dalam kebohongan semacam itu. Putra mahkota malam ini berjalan dengan gagah melalui pintu masuk istana ditemani seorang wanita cantik yang berjalan dengan anggun di sampingnya.     

Para pengunjung pesta dansa itu masih ingat bahwa wanita yang berjalan bersama pangeran juga hadir di pesta sebelumnya.     

Wanita itu terlihat sama cantiknya dengan yang terakhir kali mereka lihat atau bisa dibilang ia terlihat lebih cantik malam ini.     

"Wah… sepertinya Putra Mahkota sudah tidak lagi membenci wanita. Mungkin saja ia mulai mengenal wanita yang bisa dekat dengannya dan sekarang ia menjadi pria normal yang menyukai wanita?"     

"Aku setuju, penjaga kerajaan juga sudah tidak lagi memaksa orang-orang untuk menyingkir dan menjauh agar Putra Mahkota bisa berjalan dengan leluasa saat memasuki istana."     

"Kabar yang sangat baik!"     

Berbagai suara bisik-bisik dan gosip segera memenuhi ruang dansa saat putra mahkota dan rombongan kecilnya memasuki istana.     

Pangeran dan Emmelyn berjalan dengan anggun menuju meja kehormatan, tempat orang tuanya sedang duduk dan menikmati wine.     

"Selamat malam, Yang Mulia," Mars menyapa orang tuanya dan menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat. Emmelyn membungkuk mengikuti Mars dan memaksakan senyum di wajahnya.     

"Selamat datang dan silakan duduk," jawab ratu dengan gembira. Ia bangkit dari kursinya dan memeluk Emmelyn. "Kau terlihat menawan dan begitu cantik! Aku belum pernah melihat gaun secantik ini."     

Dalam hati, sang ratu bertanya-tanya apakah Emmelyn sedang mengandung bayi perempuan karena ia terlihat lebih cantik dari biasanya.     

Menurut kepercayaan nenek moyang zaman dulu, jika seorang wanita mengandung bayi perempuan, maka ia akan terlihat lebih menawan dan cantik. Dan sebaliknya, jika ia mengandung seorang bayi laki-laki, maka ia akan terlihat sayu.     

Tapi, sang ratu tidak mengatakan apa pun. Jika cucu pertamanya ternyata perempuan, ia tetap akan bersyukur, selama bayi itu lahir dengan sehat.     

Ratu Elara merasa trauma saat beberapa bayi yang ia lahirkan di masa lalu harus meninggal dan ia berharap Emmelyn tidak akan pernah mengalami tragedi semacam itu seumur hidupnya.     

Ratu Elara lalu menatap suaminya dan bertanya-tanya apakah raja akan sama bahagianya dengan dirinya jika Emmelyn melahirkan seorang putri?     

"Terima kasih atas pujian Anda, Yang Mulia," kata Emmelyn dengan suara parau. Ia segera menahan air mata ketika mendengar kata-kata menghangatkan jiwa dari sang ratu.     

Hormon kehamilan ini memang sangat menyebalkan! Emmelyn hanya bisa mengutuknya dalam hati.     

"Apa kau merasakan ketidaknyamanan yang jauh lebih buruk dari minggu-minggu sebelumnya?" ratu bertanya dengan penuh perhatian. Emmelyn mengangguk lemah. "Oh... aku turut prihatin mendengarnya. Tapi percayalah, saat bayimu lahir... kau akan menyadari bahwa semua penderitaanmu selama ini sangat sepadan. Kau harus terus berharap seperti itu dan semuanya akan segera berlalu."     

Kata-kata menghibur dari sang ratu seolah memiliki kemampuan ajaib. Emmelyn langsung merasa lebih baik saat mendengar sang ratu memberikannya nasehat layaknya seorang ibu kandung yang sangat perhatian kepada putrinya.     

Gadis itu lalu tersenyum dan mengangguk. Ia melirik ke arah pangeran dan melihat pria itu kini terlihat jauh lebih lega.     

Mars sendiri tidak yakin bagaimana ibunya mampu menenangkan Emmelyn dengan sekejap.     

Ratu selalu punya caranya sendiri untuk membuat situasi apa pun jadi lebih baik. Pangeran sangat bersyukur karena kedua wanita yang ia cintai di dunia ini bisa akrab dengan satu sama lain.     

Tidak lama kemudian, Gewen datang bersama keluarganya. Di belakangnya, Edgar dan keluarganya juga sudah tiba.     

Beberapa bangsawan tinggi lainnya juga tampak datang menghampiri dan duduk di meja kehormatan, mengelilingi meja raja.     

Gadis-gadis Athibaud mengenakan gaun-gaun yang begitu cantik, menemani kakak laki-laki mereka yang tampan. Entah kenapa, Emmelyn merasa kesal saat menyadari gadis-gadis itu sering mencuri pandang ke arah putra mahkota dan tertawa kecil.     

"Mereka terus menatapmu," bisik Emmely kepada Mars dengan bibir yang hampir tidak terbuka. "Dari pengamatanku, mereka tidak seheboh ini di pesta dansa yang terakhir. Apakah mereka mencoba merebutmu dariku sekarang karena kau tidak lagi dikutuk?"     

"Hm... tunggu, apa yang sedang kau bicarakan?"     

Mars yang sedang menikmati penampilan penyanyi opera mengedipkan matanya lalu menoleh ke Emmelyn yang menatapnya dengan tatapan mematikan. Pria itu melirik saudara perempuan Athibaud dan mengangkat alisnya. "Apakah kau membicarakan tentang Ilma dan Lorian?"     

"Oh, jadi kau tahu nama-nama mereka?" Emmelyn menyilangkan tangan di dadanya.     

Mars tercengang dengan reaksi yang diberikan Emmelyn. "Err... ya, tentu saja. Mereka itu kan saudara perempuan Gewen. Aku sudah mengenal mereka sejak mereka masih kecil."     

"Huh... mereka berdua bukan lagi anak-anak, tapi perempuan muda yang cantik," jawab Emmelyn. "Dan mereka sepertinya menyukaimu."     

"Apa benar begitu?" Mars berpaling untuk melihat kedua gadis, ia ingin memastikan tuduhan Emmelyn.     

Benar saja, ia melihat Ilma dan Lorian tersenyum manis kepadanya saat ia mengalihkan pandangannya kepada mereka. Keduanya tersipu malu dan menundukkan kepala.     

"Kau tidak buta, kan?" Emmelyn bertanya kepada Mars dengan tegas. "Aku tidak mengada-ada. Mereka tertarik kepadamu setelah mereka tahu kau bebas dari kutukan itu dan mereka tahu mereka tidak akan mati setelah menyentuhmu."     

"Apa sekarang kau bisa membaca pikiran?" Mars tertawa kecil.     

Ketika Mars melihat ekspresi Emmelyn yang tidak terkesan sama sekali, Mars dengan cepat berpura-pura khawatir.     

Ia berkata, "Ahh... Aku akan berbicara dengan Gewen untuk mencarikan suami yang baik untuk kedua saudara perempuannya. Kurasa ia pernah mengatakan kepadaku ada beberapa Duke atau Lord di Glendale yang ingin mendekati saudara perempuannya."     

Pangeran menatap Emmelyn dengan sungguh-sungguh. "Sayang, kau seharusnya tidak perlu terlalu memikirkan perasaan orang lain. Yang penting adalah PERASAANKU untukmu."     

Ia membujuk Emmelyn, "Aku ingin sekali berteriak dari atap yang paling tinggi dan mengatakan kau adalah satu-satunya wanita yang aku cintai dan aku hanya ingin menikahimu. Tapi kita berdua juga sudah membahas mengapa membuat pengumuman semacam itu bukanlah ide yang baik untuk sekarang."     

Emmelyn menunduk dan mengangguk lemah. "Aku tahu. Maafkan aku."     

Mars memandang sekeliling mereka dan melihat banyak pasang mata yang kini menatap mereka lekat-lekat.     

Ia menyadari bahwa raja masih belum memperkenalkan Emmelyn secara resmi. Mungkin itulah alasan mengapa para tamu yang hadir di pesta itu merasa sangat penasaran kepada Emmelyn.     

Mereka semua pasti ingin tahu siapa Emmelyn dan mengapa ia mendapat kehormatan duduk bersama dengan keluarga kerajaan.     

"Kurasa, kita bisa menyelesaikan masalah ini sekarang juga dengan mengumumkan bahwa kau adalah putri yang berasal dari seberang benua dan tengah mengunjungi Draec. Mereka pasti bisa berasumsi sendiri dan kita bisa membiarkan gosip kerajaan berkembang dengan sendirinya," ucap Mars akhirnya. "Bagaimana menurutmu?"     

Mata sedih Emmelyn tiba-tiba berbinar ketika ia mendengar kata-kata pangeran. Saat itu, pangeran mengerti bahwa itulah yang diinginkan Emmelyn.     

"Kita memang belum bisa memberi tahukan identitasku, tapi aku tidak ingin duduk di sampingmu seperti aku bukan siapa-siapa..." bisik gadis itu dengan suara parau. "Apa yang aku katakan ini masuk akal kan?"     

"Semua yang kau katakan masuk akal dan aku setuju denganmu. Aku akan berbicara dengan ayahku tentang ini," Mars mengusap rambut gadis itu dan menjawab dengan serius. "Setelah kita menikah, aku juga akan perlahan-lahan mencoba membuat ayahku memahami situasi kita. Kuharap ia bisa mempercayai penilaianku dan menerimamu sebagai bagian dari keluarga kami."     

Emmelyn melirik raja dan mengeluarkan napas panjang. Emmelyn memang masih membenci raja, tetapi ia telah mengesampingkan dendam dan kebenciannya karena ia menyukai ratu dan mencintai pangeran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.