Pangeran Yang Dikutuk

Sapi Gendut



Sapi Gendut

0Meskipun Nyonya Coultard telah mengirimkan tiga gaun baru yang bisa menyembunyikan perutnya yang membesar, Emmelyn selalu menemukan alasan untuk membenci gaun tersebut.     

Entah karena ia benci warna atau desain dari gaun-gaunnya. Ia hanya bisa menangis di sudut kamarnya dan menolak untuk memakai apa pun.     

"Putra Mahkota, Yang Mulia menolak untuk mengenakan gaun-gaun yang sudah dipersiapkan. Beliau mengatakan ia benci semua gaun ini," kata seorang pelayan yang lebih tua dengan ekspresi khawatir saat Mars memasuki ruangan untuk memeriksa Emmelyn.     

"Apa benar begitu? Apa yang sudah terjadi?" Mars melirik tumpukan pakaian di sofa lalu ke arah Emmelyn yang menangis sedih di sudut ruangan.     

Pangeran menyadari bahwa calon istrinya itu sangat sensitif akhir-akhir ini.     

Tuan Vitas telah memperingatkan Mars bahwa beberapa wanita dapat mengalami perubahan suasana hati yang buruk selama masa kehamilan mereka.     

Rupanya, Emmelyn juga tidak lepas dari efek kehamilan tersebut dan ia jadi lebih cengeng dari biasanya.     

Emmelyn selalu mengeluh tiap kali ia merasa tidak nyaman dan terkadang ia menangis tanpa alasan yang jelas.     

Melihat perubahan ini, terkadang Mars merindukan Emmelyn yang dulu, gadis yang begitu santai dan menyenangkan.     

Putra mahkota bertanya-tanya apakah perubahan sikap Emmelyn hanya disebabkan oleh hormon kehamilannya atau ini akan menjadi efek yang permanen?     

Jika perubahan itu menetap selamanya, apakah pangeran sanggup menghadapinya seumur hidupnya nanti?     

Uff... ia berharap bisa bertanya kepada Athos tentang kondisi istrinya saat ia hamil. Lily telah melahirkan tiga kali dan setelah melahirkan wanita itu tetap terlihat baik dan menyenangkan seperti sebelum ia hamil.     

"Yang Mulia bilang ia benci warna atau desainnya," kata pelayan tua itu dengan suara rendah. "Kami tidak bisa melakukan apa-apa karena beliau tidak mau memakai gaun mana pun."     

"Aku mengerti, kalian semua boleh keluar. Biarkan aku membujuk Yang Mulia," Mars memberi isyarat kepada pelayan itu untuk meninggalkan ruangan. Mereka semua membungkuk dan pergi.     

Pria itu menutup pintu kamar mereka dan berjalan ke arah Emmelyn. Wajah Mars kini tampak sedikit cemas.     

"Sayangku... ada apa?" Mars kini berjongkok dan menyentuh lutut kekasihnya yang sedang duduk di lantai dengan sedih.     

Melihat kondisinya yang memprihatinkan membuat hati Mars sakit. Ia kini merasa bersalah karena sempat khawatir apakah perubahan sikap Emmelyn karena hormon kehamilannya akan menetap selamanya atau tidak.     

Pasti lebih berat bagi Emmelyn karena harus menjadi emosional dan sensitif mengenai banyak hal kecil setiap harinya. Wanita mana yang suka marah-marah dan merasa tidak nyaman sepanjang waktu?     

Memasuki bulan keempat, perut Emmelyn mulai membuncit dan ia sering mengeluh karena kram dan kehilangan nafsu makan.     

Sikap Emmelyn justru berlawanan dengan sikapnya di trimester pertama karena saat itu Emmelyn bisa makan dengan lahap dan selalu merasa lapar.     

"Aku benci pesta dansa..." ucap Emmelyn dan ia tetap menangis dengan sedih dengan air mata yang mengalir deras.     

"Kenapa? Apakah kau tidak ingin pergi?" Mars bertanya dengan cemas. "Kita bisa tinggal di rumah saja. Aku akan mengirim seseorang ke istana kerajaan dan memberi tahu orang tuaku bahwa kita tidak bisa hadir malam ini."     

"TIDAK... KITA HARUS PERGI!" Emmelyn mencengkram lengan Mars dengan kencang dan mengerucutkan bibirnya. "Tidak boleh beralasan apa pun. Kita harus pergi."     

"Tapi, kenapa? Jika kau begitu membencinya, sebaiknya kita tidak pergi saja. Kurasa ibuku akan mengerti."     

Emmelyn menggelengkan kepalanya. "Aku memang membencinya, tapi aku harus pergi."     

"Tidak, kita tidak harus pergi. Aku akan memberi tahu ibuku bahwa kau tidak enak badan."     

"Aku tidak membencinya, tapi..." Emmelyn menangkupkan kedua tangannya di wajahnya. "Aku tidak dapat menemukan gaun yang bisa membuatku terlihat cantik. Gaun-gaun itu membuatku terlihat seperti sapi gemuk."     

"Apa?" Mars mengedipkan matanya berulang kali karena bingung.     

Sapi gemuk?     

Emmelyn jauh dari kata gemuk dan ia masih terlihat sama. Tidak banyak perubahan yang terlihat dari tubuh mungil Emmelyn kecuali perutnya yang sedikit membesar.     

Mars tidak pernah menganggap gadis itu terlihat seperti 'sapi gendut'. Pangeran tidak tahu bagaimana mungkin kekasihnya itu bisa berpikir demikian tentang dirinya sendiri.     

"Aku sangat gemuk... dan semua wanita lain yang datang ke pesta itu pasti terlihat seperti dewi... Mereka semua akan menertawakanku saat melihatku masuk. Mereka akan mengira aku sapi yang gendut," Emmelyn berbicara dengan terbata-bata di antara isak tangisnya. "Seekor sapi gendut... yang... berjalan dengan seorang putra mahkota ... huhuhu..."     

Pangeran kini mengerti apa yang sebenarnya terjadi.     

"Kau ini sangat lucu," Mars tersenyum kecil. "Aku tidak percaya wanita cantik dan percaya diri sepertimu bisa merasa cemas mengenai penampilanmu seperti sekarang ini."     

"Cantik?" Emmelyn mengerucutkan bibirnya.     

"Ya. Kau adalah wanita tercantik di seluruh dunia dan kini kau merasa terancam oleh wanita lain yang datang ke pesta dansa?" Mars meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya dengan lembut. "Kau ini memang lucu."     

"Lucu bagaimana?" Emmelyn bertanya saat air matanya masih mengalir.     

Mars tersenyum meyakinkan, "Sayangku, dengarkan aku... Aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman. Bagiku kau cantik dan jujur ​​saja aku bingung mengapa kau bisa berpikir dirimu terlihat seperti sapi gemuk."     

"Tapi aku tidak akan mengatakan kau tidak boleh merasa begitu. Aku hanya ingin membuatmu merasa lebih baik. Tolong beritahu diriku apa yang harus aku lakukan agar kau merasa jauh lebih nyaman?"     

"Apakah kau membutuhkan pakaian yang dapat menyembunyikan kehamilanmu? Atau kau ingin berpura-pura tidak ada pesta dansa dan kita tidak harus pergi ke mana pun malam ini? Aku akan melakukan apa pun yang kau mau."     

Emmelyn tidak menjawab. Ia menarik tangannya yang digenggam Mars dan menangkupkan wajahnya lagi. Ia terus menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya dan terisak.     

Mars tidak mengatakan apa-apa setelah itu. Ia hanya duduk di samping Emmelyn dan menunggunya menangis sampai puas.     

Setelah mencoba membujuknya berkali-kali, pangeran menyadari bahwa tidak ada yang bisa ia katakan untuk mengubah apa pun jika Emmelyn sudah memutuskan sesuatu.     

Sekarang, pangeran hanya duduk di sana dan mendengarkan kekasihnya menangis.     

Emmelyn tidak butuh solusi karena solusinya tergeletak di depan matanya, di antara tumpukan gaun cantik yang ada di sofa. Namun, ia menolak untuk memakainya.     

"Maaf... Aku tidak tahu ada apa denganku..." Emmelyn akhirnya menurunkan tangannya dan menoleh ke arah Mars yang sudah memejamkan mata dan duduk di sampingnya sambil menunggu Emmelyn mengatakan sesuatu.     

"Tidak ada yang salah denganmu. Aku rasa, ini semua terjadi karena hormon kehamilanmu yang terus mempengaruhi sikap dan emosimu," kata Mars sambil membuka matanya satu per satu. "Tuan Vitas sudah memperingatkanku tentang hal ini. Karena itu aku tidak merasa terkejut sama sekali."     

"Apa kau tidak frustasi oleh sikapku? Kurasa akhir-akhir ini aku banyak mengeluh, bahkan aku membenci diriku sendiri karena terus mengeluh setiap hari..." Emmelyn memandang pria itu dengan air mata yang terus mengalir deras di pipinya.     

"Entah bagaimana aku tahu aku seharusnya tidak mengeluh tentang ini atau itu... dan aku tahu aku tidak gemuk... jelas tidak segemuk Lady Athibaud... tapi aku tidak bisa mengendalikan pandangan negatif tentang penampilanku sendiri," tambahnya.     

"Nah... kau lihat sendiri kan... kau tahu itu hanya ada dalam pikiranmu," kata Mars sambil tersenyum. "Kau bisa mempercayai pikiran negatif yang terus mengatakan kau terlihat seperti sapi gendut atau kau dapat mempercayai diriku yang menganggapmu menakjubkan, cantik, dan mempesona."     

Emmelyn terdiam dan air matanya perlahan berhenti menetes.     

Gadis itu memang berpikir bahwa ia tampak cantik seperti yang Mars katakan. Namun, ia tetap merasa gemuk seperti sapi. Jadi... ia adalah sapi yang cantik?     

"Apakah kau mempercayaiku?" Mars bertanya kepadanya. "Apakah kau percaya pada penilaianku?"     

Emmelyn mengangkat wajahnya dan menatap pria itu dengan mata sayu dan akhirnya mengangguk lemah.     

"Apakah menurutmu aku pintar dan pikiranku jauh lebih stabil saat ini?" Mars bertanya lagi kepadanya. "Apakah kau sungguh percaya kepadaku hingga kau bersedia menghabiskan sisa hidupmu denganku?"     

Emmelyn mengangguk.     

"Ya aku percaya..." jawab gadis itu dengan suara yang nyaris tak terdengar.     

"Jika sampai kau merasa ragu, takut, atau bingung maukah kau mendengarkan pendapatku alih-alih mempercayai semua pikiran burukmu itu?" Mars bertanya kepadanya dengan sungguh-sungguh.     

Emmelyn mengangguk lagi.     

"Baiklah, kalau begitu..." Mars menyentuh wajah Emmelyn dengan kedua tangannya dan menatap gadis itu lekat-lekat. "Jadi, jika aku memberitahumu bahwa tidak ada wanita lain yang bisa bersaing denganmu di hatiku dan di mataku, apa kau akan mempercayainya?"     

Emmelyn menurunkan wajahnya, tapi perlahan ia mengangguk lagi.     

Mars memiringkan wajahnya dan mencium bibir kekasihnya dengan penuh gairah. Tangannya bergerak ke belakang kepala dan punggung Emmelyn untuk menopang tubuh gadis itu saat mereka berciuman untuk waktu yang lama.     

Putra mahkota ingin menunjukkan kepadanya bahwa Mars masih menginginkannya sebesar ia menginginkan Emmelyn dulu saat ia belum hamil.     

Akhirnya, tidak ada lagi air mata dan isak tangis. Emmelyn menyeka matanya yang basah dan menghela napas panjang.     

"Terima kasih..." bisik Emmelyn.     

"Tidak... Aku yang seharusnya berterima kasih," jawab pangeran dengan cepat. "Terima kasih telah mengandung anakku dan menanggung semua ketidaknyamanan dan rasa sakit ini dengan gagah berani."     

"Aku minta maaf karena kau harus menanggung semua beban fisik dan emosional sendirian. Aku berharap kita dapat berbagi beban... tetapi kita tidak bisa melakukannya."     

"Aku hanya bisa menyemangatimu dan memberikan dukungan yang kau perlukan dan aku berharap aku tidak menambah penderitaanmu."     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya lagi, ia siap menangis untuk ronde berikutnya, tetapi Mars dengan cepat memeluknya dan menepuk punggungnya pelan. "Tidak perlu berterima kasih kepadaku, Sayang. Setidaknya hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu."     

Sudah 4 bulan... Mars memijat pelipisnya.     

Masih ada lima setengah bulan lagi yang harus ia lewati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.