Pangeran Yang Dikutuk

Sarapan yang Menyenangkan



Sarapan yang Menyenangkan

0"Ya, Yang Mulia. Semuanya sudah siap. Apakah Yang Mulia ingin melihatnya hari ini?" Roshan menjawab. "Saya sudah menyiapkan dua tempat tidur yang lebih kecil dan dua bak mandi seperti yang Pangeran minta."     

"Hmm... aku berubah pikiran." Mars berdehem. "Tolong singkirkan dua tempat tidur itu dan pindahkan salah satu bak mandinya. Aku ingin kau mengganti dua tempat tidur kecil itu dengan satu tempat tidur besar untuk kami berdua."     

Ia lalu menambahkan, "Selain itu, tolong panggil tukang kayu dan perintahkan padanya untuk mendekorasi kamar kami sehingga kedap suara. Aku akan sangat senang jika kau bisa melakukan semuanya sesuai perintahku. Aku akan memberimu sekantong emas sebagai hadiah setelah semuanya beres."     

Roshan mengerjap-kerjapkan matanya berulang kali setelah mendengar perintah baru dari sang pangeran. Ia membutuhkan beberapa detik untuk memahami permintaan Putra Mahkota itu.     

Tunggu...     

Awalnya, Putra Mahkota menginginkan dua tempat tidur yang lebih kecil di kamar terbaru mereka karena ia dan kekasihnya sudah tidak perlu tidur bersama lagi karena… wanita itu sudah hamil, benar begitu kan?     

Jadi… jika pangeran berubah pikiran dan memintanya menyiapkan satu tempat tidur saja… itu artinya…     

Apakah ini berarti, mereka akan kembali tidur bersama lagi di ranjang yang sama?     

Roshan benar-benar tidak mengerti bagaimana cara berpikir para bangsawan.     

"Apa ada masalah?" Mars bertanya pada Roshan. Ia memperhatikan ekspresi bingung yang ditunjukkan oleh kepala pelayan itu.     

Roshan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak, Yang Mulia... semuanya baik-baik saja. Saya akan langsung melakukan apa yang sudah Yang Mulia perintahkan…"     

"Bagus kalau begitu."     

Roshan meletakkan poci teh itu di atas meja dan meninggalkan kedua majikannya untuk mulai melaksanakan tugas yang telah diperintahkan oleh pangeran barusan mengenai susunan kamar terbaru mereka.     

Emmelyn mengangkat wajahnya yang sedari tadi tenggelam dalam piring makanannya dan bertanya kepada Mars apa yang sedang terjadi melalui tatapan matanya.     

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Mars sambil tertawa kecil. Ia mengacak-acak rambut Emmelyn dan menuangkan lebih banyak teh untuk mereka berdua. "Apa makanannya enak?"     

Emmelyn mengangguk dan membalas. "Sangat enak. Mereka selalu membuat hidangan favoritku dan memasaknya dengan sempurna."     

"Itu karena mereka ingin kau makan banyak dan tetap sehat," Mars mengalihkan pandangannya ke luar jendela yang terbuka dan melihat salju telah berhenti turun. "Sayang, aku harus pergi ke istana kerajaan setelah sarapan kita yang sudah kesiangan ini dan menemui orang tuaku. Kau mau ikut?"     

Emmelyn menghentikan makannya saat pria itu menyebut istana kerajaan. Ekspresi wajahnya langsung berubah.     

Ia lebih suka jika tidak berhubungan dengan keluarga kerajaan dan istana. Hal itu pun tersirat dengan jelas pada wajah Emmelyn.     

Mars juga mengetahui jika kekasihnya itu tidak ingin pergi bersamanya untuk menemui orang tuanya. Tapi ia tetap harus bertanya padanya agar mengetahui apa yang diinginkan gadis itu dan bukannya membuat keputusan sendiri.     

"Aku sedang tidak enak badan," Emmelyn berbohong. "Apa kau keberatan jika harus pergi sendiri?"     

"Ah, baiklah," Mars mengangguk, ia kembali menyesap tehnya dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.     

Mars dan Emmelyn bangun begitu siang dan mereka menikmati sarapan mendekati waktu minum teh. Karena itu Mars berpikir mungkin sebaiknya ia pergi ke istana kerajaan dan memeriksa Ellena setelah selesai sarapan bersama Emmelyn.     

Ia akan menemui orang tuanya saat minum teh nanti dan di sana ia pasti akan menemukan Ellena datang bersama bibinya.     

Mars sempat mendengar saat ratu mengundang Ellena dan Lady Preston untuk datang minum teh bersama ibunya siang itu.     

Saat itulah Mars akan segera mengetahui kebenarannya. Jika Ellena masih hidup seperti yang ia katakan semalam… itu artinya kutukan tersebut memang benar-benar sudah diangkat dan keluarga Strongmoor sudah diampuni.     

Tapi, apakah harga yang dibayar untuk mencabut kutukan itu sepadan?     

Mars tidak bisa membayangkan pengorbanan yang harus dilakukan Ellena untuk membuat penyihir itu memaafkan keluarganya. Gadis itu memang tidak ingin memberitahunya, tetapi dari ekspresinya, Mars tahu Ellena pasti menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang besar dan menyakitkan.     

Apa Ellena harus membayar dengan harga yang sangat mahal agar kutukan itu dicabut?     

Ah… ia tidak bisa membayangkan sahabatnya harus berkorban begitu banyak untuknya.     

Mars tahu bahwa Ellena sangat mencintainya dan gadis itu sudah mengungkapkan perasaannya kepada Mars sejak mereka masih remaja.     

Saat itu Ellena mengungkapkan bahwa dari ketiga laki-laki dalam lingkup pertemanan mereka, Mars adalah satu-satunya pria yang ia anggap cocok dengannya dan ia mau menikahinya saat itu juga jika bisa.     

Ada satu rahasia yang Mars belum ceritakan kepada Emmelyn. Pangeran berpikir ia mungkin tidak akan pernah memberi tahu gadis itu supaya Emmelyn tidak bertambah stres dan menjadi kesal.     

Rahasia itu tidak lain adalah Ellena dan alasan mengapa ia begitu gigih mencari penyihir itu untuk mematahkan kutukan pada diri Mars dan keluarganya.     

Mars menghela napas saat pikirannya melayang jauh pada peristiwa yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu itu.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" pertanyaan Emmelyn mengaburkan lamunan Mars dan ia pun kembali tersadar.     

Pria itu menoleh kepada kekasihnya itu dan hanya tersenyum. "Aku sedang memikirkan pernikahan kita. Apakah kau ingin menikah denganku sebelum atau setelah anak kita lahir?"     

Emmelyn langsung cegukan saat mendengar pertanyaan Mars dan ia kesulitan menelan makanan yang sudah ia kunyah dari tadi.     

Apakah pria ini tidak bisa melamar dengan benar dan romantis? Keluhnya dalam hati.     

Tadi malam ia bilang ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama Emmelyn saat sedang berhubungan intim.     

Pikirannya kacau karena orgasme yang ia alami dan ia tidak bisa mengucapkan apa pun. Bagaimana mungkin ia bisa membalas perkataannya itu dalam kondisi tengah menikmati kepuasan bercinta?     

Dan sekarang... Mars tiba-tiba saja membahas soal pernikahan mereka saat sarapan.     

Astaga...     

Jika pangeran benar-benar ingin menikah dengannya, bukankah ia seharusnya melamar dengan tepat supaya Emmelyn menerimanya?     

Mars menelan ludah ketika melihat ekspresi kaget dan kesal dari wajah Emmelyn. Pangeran baru sadar akan kesalahannya dan langsung mengalihkan pembicaraan. "Lihat! Cuacanya sangat bagus hari ini. Aku akan meminta pelayan menyiapkan kudaku. Apa yang akan kau lakukan hari ini selama aku keluar?"     

Emmelyn menyipitkan matanya dengan tajam dan tidak mau membiarkan pria itu lolos begitu saja. "Jangan berpura-pura dan langsung mengalihkan pembicaraan seperti itu, aku tahu kau baru saja menyebutkan soal pernikahan."     

"Ah... benarkah?" pangeran menggaruk kepalanya. "Aku minta maaf... bisakah kau melupakannya? Aku akan melamarmu dengan benar setelah aku kembali dari istana kerajaan."     

Emmelyn memutar matanya dan kembali pada makanan yang tengah ia nikmati.     

Ia kemudian memasukkan sepotong lagi pie yang tersisa di piring ke dalam mulutnya dan berhenti memaksa Mars untuk membahas masalah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.