Pangeran Yang Dikutuk

Siapa Ellena Greystorm?



Siapa Ellena Greystorm?

0Ellena sangat marah.     

DIRINYALAH yang seharusnya menjadi wanita pertama yang menyentuh Mars, dan sang pangeran akan tahu bahwa kutukan itu telah dicabut.     

Namun, gadis tanpa nama itu menghancurkan kejutan yang telah disiapkan Ellena dengan meminta penyihir itu mencabut kutukannya di Mars.     

Ellena menyesal tidak pulang lebih awal. Seandainya ia tidak berlama-kama, maka hal ini tidak akan pernah terjadi.     

"Ahh .. menurutmu begitu?" Gewen mengangguk beberapa kali. Ia sekarang mengerti apa yang terjadi. "Kurasa kau benar. Tapi .. kenapa gadis itu menyamar sebagai laki-laki dan mendekati Mars? Apa dia tahu kalau kutukan itu telah dicabut?"     

"Tidak, kurasa dia tidak tahu. Kalau dia tidak dekat dengan keluarga kerajaan, dia mungkin bahkan tidak tahu tentang kutukan itu. Jadi ..." Ellena menyipitkan matanya, tenggelam dalam pikirannya. "Dia pasti tidak memiliki niat baik ketika dia datang dan menyamar sebagai laki-laki. Kita harus mencari tahu."     

***     

Dalam perjalanan pulang, di dalam kereta mereka yang bergerak teratur, Mars mengamati Emmelyn yang begitu pendiam. Gadis itu melemparkan pandangannya keluar jendela meskipun di luar sangat gelap dan tidak ada yang bisa dilihat.     

"Apakah kau tidak sehat?" Mars bertanya kepadanya.     

Emmelyn menoleh kepada sang pangeran dan mengerjap-kerjapkan matanya. "Mengapa kau menanyakan itu? Apakah aku terlihat tidak sehat bagimu?"     

Pria itu mengangguk. "Ya. Biasanya, kau tidak sediam ini."     

"Oh..." Emmelyn hanya mengangkat bahu. "Aku hanya sedikit sakit kepala."     

"Hmm ... Apakah kamu ingin aku mengusap punggungmu?" Pria itu mengulurkan tangan dan menarik tubuh Emmelyn ke pangkuannya dan membuatnya duduk menyamping.     

Kemudian, dia mengusap punggung gadis itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memeluk perutnya.     

Emmelyn langsung merasakan kehangatan memenuhi kereta mereka. Bahkan hawa dingin dari luar tidak lagi mengganggunya.     

Kontak tubuh mereka cukup untuk menghangatkan hatinya. Secara alami, ia lalu bersandar di dada Pangeran Mars dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.     

"Terima kasih sudah datang ke pesta istana. Aku tahu kau melakukannya karena aku," kata Mars sambil mengusap-usap punggung Emmelyn.     

"Benarkah?" Suara Emmelyn terdengar mengantuk. Ia lalu perlahan menutup matanya.     

"Mmm .." jawab Mars.     

Ahh .. Ia tahu gadis ini telah menyimpan perasaan sayang kepadanya sejak pengakuannya saat mabuk dulu, meskipun Emmelyn selalu berusaha keras untuk menutupinya.     

Jadi, Mars dapat menebak bahwa alasan Emmelyn berperilaku sangat baik malam ini di istana karena tidak ingin membuatnya malu.     

Jadi, ia secara terbuka mengucapkan terima kasih untuk memberi tahu Emmelyn bahwa ia tahu Emmelyn melakukan itu untuknya, dan bahwa Mars menghargainya perbuatan gadis itu.     

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Emmelyn bertanya lirih tanpa membuka matanya. "Siapa Ellena Greystorm itu?"     

"Oh ... dia adalah teman lamaku," jawab Mars. "Ia pergi lima tahun lalu, dan sekarang dia baru saja kembali. Dia itu mirip denganmu. Dia adalah gadis yang baik dan suka bertualang."     

Emmelyn cemberut. "Tidak ada yang seperti aku. Aku ini istimewa. Aku hanya ada satu-satunya."     

Mars tertawa kecil saat mendengar protes Emmelyn. Ia berdeham. "Tentu saja kau istimewa, dan hanya ada satu Emmelyn. Aku barusan tadi hanya mengatakan ... kalau dia mirip denganmu. Aku sudah mengenalnya selama dua puluh tahun."     

"Dia memelukmu saat kita baru saja datang," lanjut Emmelyn. Matanya masih tertutup. "Kenapa dia bisa menyentuhmu? Apakah kau berbohong kepadaku tentang kau yang dikutuk ... atau akankah dia besok akan mati?"     

Pertanyaannya terlalu mendadak dan Mars menjadi lengah. Ia memang berencana untuk berbicara dengan Emmelyn tentang Ellena dan kutukannya dan yang lainnya ... tapi tidak malam ini.     

Mengapa ia harus membicarakannya sekarang? Mars sebenarnya tidak ingin berbohong kepada Emmelyn.     

"Siapa Ellena Greystorm?" Emmelyn mengulangi pertanyaannya. "Apakah kau mencintainya? Aku tahu ia mencintaimu."     

Tangan Mars, yang tadinya mengusap punggung Emmelyn, berhenti bergerak. Ia tidak menyangka Emmelyn akan begitu blak-blakan dengan pertanyaannya.     

Yah… ia orangnya memang tidak suka bertele-tele kan?     

Pria itu berdehem. "Aku menyayanginya sebagai seorang teman. Sama halnya seperti aku sayang Gewen dan Edgar. Kita sudah saling kenal sejak lama."     

"Oh..." Emmelyn membuka kedua matanya dan memiringkan wajahnya untuk melihat pria itu dan memperhatikan ekspresinya baik-baik. Untuk saat ini, ia tidak melihat kebohongan apa pun di wajahnya. Emmelyn menyipitkan matanya dan bertanya dengan nada menyelidik. "Kenapa ia memelukmu tadi? Apa ia tidak tahu tentang kutukan itu?"     

Mars kemudian menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang selanjutnya. Ia tahu jawaban apa pun yang ia berikan saat ini akan sangat menentukan.     

Ini akan menentukan bagaimana Emmelyn akan memandangnya mulai sekarang dan bagaimana gadis itu akan memutuskan perasaannya sendiri nanti.     

Karena itu, ia tidak mau ceroboh dan berusaha menjawab dengan hati-hati. "Ia tahu tentang kutukan itu… ia pikir kutukannya telah dicabut."     

Emmelyn menahan nafas dan terus menatap mata Mars. Jadi, tebakannya benar!     

Bagaimana jika kutukan itu benar-benar sudah dicabut??     

"Apa itu benar?" tanyanya, ia pura-pura sedikit terkejut saat mendengarnya tapi tetap berusaha tenang.     

"Aku tidak tahu soal itu. Aku harus menunggu sampai besok untuk mencari tahu kebenarannya, jika Ellena tidak mati berarti apa yang dikatakannya memang benar," Mars menjawab dengan jujur. "Bagaimana menurutmu?"     

"Menurutku? Tentang apa? Tentang Ellena? Atau kutukannya?" Emmelyn bertanya balik karena ia merasa Mars mengajukan pertanyaan yang terlalu ambigu.     

"Keduanya."     

"Maaf jika kau tidak suka mendengar ini, tapi aku tidak suka gadis itu," jawab Emmelyn singkat. "Aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi dari semua temanmu hanya Edgar yang layak dipanggil sahabat."     

Mars hampir tertawa saat mendengarnya. "Yah, aku bisa mengerti jika kau tidak menyukai Gewen. Ia orang yang... bagaimana ya mengatakannya… pokoknya, jika aku wanita yang baik, aku juga tidak akan menyukainya."     

"Sedangkan untuk Ellena... aku tidak menyukainya karena ia menatapku dengan tatapan merendahkan saat kita berkenalan di pesta tadi. Aku tidak bisa berpura-pura menyukai seseorang yang memperlakukanku seperti itu."     

Emmelyn memutar matanya. "Saat melihat ia memperlakukanku seperti itu, aku sangat tergerak untuk memperkenalkan diri sebagai pelacur untuk membuatnya lebih kesal."     

"Astaga... tolong jangan lakukan itu," Mars memijat pelipisnya. "Ibuku adalah orang yang sangat baik. Ia bisa menerimamu apa pun keadaanmu, tapi orang lain kemungkinan tidak akan bisa menerimamu dengan mudah. Kau hanya akan mengundang masalah pada dirimu sendiri jika kau dengan sengaja melakukannya untuk membuat orang lain kesal."     

Emmelyn hanya diam dan memutuskan untuk tidak menjawab. Ia tahu ratu itu sangat baik. Ia pikir Mars sangat beruntung memiliki ibu seperti Ratu Elara.     

Mungkin, tragedi kehilangan anak-anaknya satu per satu membuat sang ratu lebih berempati dan baik terhadap wanita lain? Terutama karena ia tahu Emmelyn adalah satu-satunya wanita yang bisa bersama putranya...     

Setidaknya begitulah yang dipikirkan Emmelyn.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.