Pangeran Yang Dikutuk

Percakapan Di Perpustakaan



Percakapan Di Perpustakaan

0Jadi... Ellena benar-benar sudah berhasil mematahkan kutukannya?     

"Astaga... luar biasa," Lady Athibaud bergumam berulang kali. Ia menoleh ke Lady Preston dan bertanya dengan mendesak, "Apa kau sudah memberi tahu ratu soal ini?"     

Lady Preston menggelengkan kepalanya. "Ellena ingin memberi tahu pangeran terlebih dahulu dan kemudian bertemu dengan orang tuanya. Aku yakin raja dan ratu ingin bukti atas perkataannya dan Ellena akan membuktikanya dengan tetap hidup meski sudah menyentuh Mars malam ini.     

"Ellena adalah gadis yang sangat baik," Lady Chaucer menyeka matanya yang berkaca-kaca. "Saat ia memutuskan untuk pergi lima tahun lalu, kita semua sangat putus asa. Aku tidak percaya ia berhasil menemukan penyihir itu dan meyakinkannya untuk mencabut kutukannya."     

"Itu tidak mudah," Lady Preston mendesah. "Apa yang Ellena lakukan itu bukanlah hal yang bisa dilakukan siapa pun," balas Lady Preston. "Ia harus banyak berkorban agar membuat penyihir tersebut mempercayainya dan akhirnya mengabulkan permintaannya."     

"Ah… aku bisa bayangkan itu, pasti sangat sulit. Penyihir itu memang sangat jahat! Aku masih mengingat kejadian itu seolah baru terjadi kemarin, saat itu ia datang ke istana dan melayangkan kutukannya. Sangat menakutkan," Lady Athibaud masih terlihat takut ketika mengingat ibu angkat Lady Marielle ternyata adalah penyihir yang sangat sakti.     

Tapi Ellena mampu membuat penyihir itu mencabut kutukannya?     

Ia membayangkan betapa sulit hidup Ellena selama beberapa tahun terakhir. Bahkan anak buah raja saja waktu itu tidak mampu menemukan penyihir itu meski sudah mencarinya selama 27 tahun… tapi Ellena mampu menemukannya.     

Ketiga wanita itu melirik ke arah ratu dan raja. Ahh... mereka pasti akan sangat senang dan lega ketika mereka mendengar kabar baik ini!     

***     

Sebelum Emmelyn dan pelayan tersebut sampai ke kamar kecil yang dituju, ia tiba-tiba teringat Mars.     

Tadi pangeran mengatakan ia ingin berbicara dengan seseorang. Apa yang ia maksud gadis yang memeluknya saat di luar?     

[Siapa gadis itu?]     

Emmelyn sudah tidak mampu menahan perasaan iri yang tumbuh dalam hatinya. Dadanya pun kini sudah terbakar api cemburu.     

Saat ini Emmelyn tengah mengandung anaknya, seharusnya Mars menghargainya dengan tidak menemui wanita lain. Apalagi bertemu secara diam-diam.     

Ia mengepalkan tinjunya ke arah samping dan tenggelam dalam pikirannya. Haruskah ia mencarinya dan mencoba mencari tahu siapa gadis yang ingin ditemui Mars?     

Tapi… hak apa yang dimiliki Emmelyn hingga ia harus merasa curiga dan cemburu pada pangeran?     

Ia bukan istrinya, ia bahkan bukan kekasih yang dicintai Mars.     

Saat ini, Mars bebas untuk bertemu siapa pun yang ia ingin temui. Tidak ada batasan yang ia langgar karena mereka berdua tidak memiliki status hubungan apa pun.     

"Apa kau lihat ke mana putra mahkota pergi?" Emmelyn akhirnya tidak bisa menahan rasa penasarannya dan bertanya pada pelayan yang mengantarnya.     

"Yang Mulia pergi ke perpustakaan, Putri," kata pelayan itu. Ia menunjuk ke jalan di sebelah kiri mereka. "Ruangannya berada di ujung lorong ini."     

"Ah, begitu," Emmelyn menyentuh bahunya dan memintanya untuk menunggunya karena ia mungkin tidak tahu jalan kembali ke ruang dansa. "Aku lupa memberitahunya sesuatu. Jadi aku akan menemui pangeran sekarang, jangan khawatir aku tidak akan lama. Tolong tunggu aku di sini."     

Ia juga sengaja meminta pelayan itu untuk menunggunya karena ia tidak ingin ratu melihat pelayan kerajaan kembali tanpa dirinya.     

"Baiklah, Yang Mulia," Pelayan itu membungkuk dan berdiri di dekat pintu. Emmelyn berjalan jauh menuju ke perpustakaan. Ia ingin tahu siapa yang ingin ditemui Mars tadi.     

Perpustakaan itu mudah ditemukan dan Emmelyn berjinjit saat ia membuka pintu dengan pelan, dan berjalan masuk.     

Untungnya, ada rak buku besar di dekat pintu masuk jadi ia bisa bersembunyi setelah memasuki ruangan tersebut. Orang-orang di dalam tidak akan tahu ia datang kecuali seseorang berjalan ke arah pintu itu.     

Ah... ia bisa mendengar beberapa orang sedang berbicara dan mengenali suaranya juga. Salah satu suara itu adalah Mars dan yang satunya adalah Gewen. Apakah Edgar juga ada di sana?     

Ia tahu Edgar tidak banyak bicara, jadi mungkin ia ada di sana tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Dan kemudian... terdengar suara seorang gadis.     

Apa itu dirinya? Apa itu gadis yang datang menghampiri Mars tadi?     

Telinga Emmelyn meninggi, mencoba mendengar lebih baik.     

"Aku tidak percaya kau membohongiku," Gewen jelas kesal ketika ia mengetahui dari Edgar bahwa teman kencan putra mahkota malam itu adalah wanita tulen.     

Ia menatap pangeran lekat-lekat untuk menunjukkan betapa kesal dirinya. "Aku sudah memberi tahu Ellena bahwa kau menyukai seorang pria dan bahwa teman kencanmu malam ini adalah bangsawan dari Glendale. Kau membuatku kehilangan muka!"     

"Bagaimana kau bisa kehilangan muka?" Mars kesal saat mendengar protes temannya. "Kau sedang membicarakan Ellena. Ia bukan orang yang suka menghakimi seperti orang lain."     

"Tetap saja... ini membuatku merasa malu," Gewen memutar matanya dan mendengus kesal. "Ngomong-ngomong... Ellena sudah kembali. Apa kau tidak akan mengatakan apa pun kepadanya?"     

Mars menoleh ke arah gadis cantik yang kini mengenakan gaun berenda dan menatapnya untuk beberapa saat. Ia seolah tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.     

Ia masih khawatir Ellena ditipu oleh penyihir itu dan mengira kutukan itu telah dicabut padahal sebenarnya tidak.     

[Bagaimana jika ia mati karena aku??]     

"Mars ..." bibir Ellena membentuk sebuah senyuman manis. "Kau bisa memelukku sekarang. Kau lihat sendiri kan, aku baik-baik saja."     

"Aku tidak bisa melakukannya... bagaimana jika penyihir itu berbohong?" Mars akhirnya mampu mengutarakan sesuatu.     

Tubuhnya gemetar saat memikirkan bahwa teman masa kecilnya bisa saja mati karena dirinya. Jika itu sampai terjadi, bagaimana dirinya akan menjalani hidup dengan rasa bersalah sebesar itu?     

Ellena mengangkat alis dan tersenyum menggoda. "Baiklah... biar aku jelaskan, aku sudah memelukmu sebelumnya di pintu masuk istana. Jika kutukannya tidak benar-benar terangkat, maka aku akan mati besok. Kalau sudah begitu, mengapa tidak memelukku dengan benar kali ini?"     

Suaranya yang tegas dan ceria saat berbicara membuat Emmelyn semakin kesal.     

Emmelyn menjulurkan kepalanya untuk mencuri pandang ke empat temannya. Ia ingin melihat gadis itu dengan jelas.     

Setelah mendengarkan percakapan mereka, ia tahu bahwa gadis itu memang dekat dengan ketiga pria itu. Apakah ia juga teman masa kecil Mars?     

Jika memang benar, bagaimana gadis itu menghabiskan waktu bersama selama bertahun-tahun ketika Mars tidak bisa menyentuhnya?     

"Aku bisa tinggal di sini bersamamu sampai pagi, dengan begitu kau bisa membuktikan sendiri aku mati atau tidak," Ellena tertawa kecil.     

Gadis itu melanjutkan, "Atau... jika aku akhirnya mati di pagi hari ... setidaknya aku ingin mati dipelukanmu. Aku rasa itu hadiah terakhir yang pantas untukku, tidakkah kau berpikir begitu? Apakah kau tidak mau memberiku kematian yang layak dengan menemani dan memelukku? Itulah hal terakhir yang bisa kau lakukan untukku saat ini jika penyihir itu memang berbohong…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.