Pangeran Yang Dikutuk

Tidurku Sangat Buruk



Tidurku Sangat Buruk

0"Hei... kenapa kau menangis?" Mars terkejut melihat air mata mulai mengalir di pipi Emmelyn. "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?"     

Sang pangeran merasa khawatir kalau ia sudah mengatakan atau bahkan melakukan sesuatu yang menyakiti perasaan Emmelyn.     

Ia segera berhenti membuka bajunya dan mendekati Emmelyn. Pangeran Mars lalu duduk di tepi tempat tidur dan memegang tangan gadis itu. "Apakah kau sakit?"     

Emmelyn menggelengkan kepalanya dan berbalik ke samping. Ia menarik selimut sampai ke lehernya dan berpura-pura ingin tidur.     

"Besok aku pasti akan baik-baik saja. Aku hanya ingin tidur. Tolong matikan lilinnya jika kau mau tidur," kata Emmelyn dengan suara lemah     

Mars menjadi bingung dengan tingkahnya. Emmelyn tiba-tiba saja terlihat sedih dan frustasi setelah mengetahui dirinya hamil. Pangeran sebenarnya bisa menebak apa yang ia rasakan dan ia merasa sedih karena tidak bisa berbuat apa pun.     

Akhirnya setelah menunggu selama lima menit dan melihat gadis itu tidak bergerak lagi, Mars memutuskan mandi dan membiarkan Emmelyn sendirian.     

Ia berharap gadis itu akan benar-benar tidur dan beristirahat. Hari ini memang sangat melelahkan bagi mereka berdua.     

Ia mematikan lilin sehingga bisa membantu Emmelyn tidur lebih cepat. Mars kemudian berjalan ke bak mandi untuk membersihkan diri. Ia tidak membutuhkan cahaya karena matanya bisa melihat dalam kegelapan.     

Ia berendam di air hangat selama sepuluh menit untuk mengendurkan otot-otonya dan memejamkan mata.     

Ia mencoba menenangkan pikirannya tetapi tidak berhasil. Ada apa dengan gadis itu?     

Setelah berusaha keras untuk menenangkan pikirannya selama setengah jam, pangeran akhirnya menyerah. Ia akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari bak dan mengeringkan tubuhnya.     

Setelah yakin tubuhnya kering sempurna, ia mulai mengenakan pakaiannya satu per satu dan mempersiapkan sofa sebagai tempat tidurnya untuk sementara waktu.     

Sebelum membaringkan tubuhnya di sofa, pria itu memperhatikan Emmelyn yang kini tampak sudah tidur pulas di atas kasur.     

Ia tak yakin apakah wanita itu benar-benar tidur atau tidak. Dilihat dari nafasnya yang tidak tenang dan teratur, kelihatannya ia sedang merasa sangat kesal...     

Tak yakin dengan apa yang harus dilakukannya, ia hanya memalingkan wajah dan menghela nafas panjang kemudian berbaring di sofa.     

Meski dengan pikiran yang berkecamuk, Mars tetap berusaha keras untuk tidur karena besok banyak hal yang harus ia lakukan dari pagi.     

Malam itu adalah malam pertama ia tidak tidur nyenyak setelah berbagi kamar dengan Emmelyn. Ia bermimpi buruk dan terbangun dengan keringat yang membasahi tubuhnya.     

Entah karena ia tidur di atas sofa atau karena banyak hal yang sedang ia pikirkan, atau karena Emmelyn tidak tidur di sampingnya?     

***     

Saat Emmelyn terbangun ia melihat sisi tempat tidur itu sudah kosong.     

Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa tadi malam ia meminta Mars untuk tidak tidur di ranjang yang sama dengannya karena mereka telah berhasil membuat gadis itu hamil.     

Ah… ia kemudian menepuk dahinya saat menyadari hal tersebut dan langsung mengarahkan tatapannya ke sofa untuk memastikan apakah pangeran masti tertidur di sana atau tidak.     

Tetapi ia hanya menemukan sofa kosong dan tampaknya Mars sudah bangun terlebih dahulu. Mars memang terbiasa bangun pagi tapi kemarin ia mengatakan kalau sudah memberikan tiga hari libur untuk para tentaranya.     

Lalu untuk apa ia bangun pagi-pagi sekali?     

Mars kan masih punya satu hari lagi untuk beristirahat dan bermalas-malasan jika ia mau. Kemana perginya pria itu?     

Emmelyn kemudian menyingkirkan selimutnya dan segera menggigil karena kedinginan. Hari ini suhunya turun banyak dan terasa lebih dingin dari kemarin.     

"Sepertinya musim dingin akan segera tiba," gumam Emmelyn.     

Memikirkan tentang malam-malam dingin yang harus ia lalui untuk beberapa bulan kedepan membuatnya merasa sangat sedih.     

Pasti akan terasa lebih menyenangkan jika mereka bisa tidur bersama lagi dan berbagi kehangatan.     

Ah… ia kemudian menegur dirinya sendiri karena mulai memikirkan hal yang aneh-aneh dan membuatnya sedikit goyah. Ia sudah mengambil keputusan itu, tidak ada lagi jalan kembali.     

Meski sering merasa bimbang, tapi secara fisik Emmelyn sebenarnya gadis yang kuat. Ia sudah pernah melakukan banyak perjalanan untuk menjelajahi dunia dan menghadapi musim dingin yang keras di Cybelia, sebuah negara di Atlantea yang terkenal dengan suhu dinginnya.     

Musim dingin di Draec seharusnya tidak menjadi masalah baginya, Emmelyn kembali meyakinkan dirinya sendiri.     

Gadis itu sebenarnya menyadari bahwa kehangatan tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam hatinya.     

Sulit baginya untuk mengakui bahwa alasan mengapa tempat tidur mereka selalu hangat bukan hanya karena kehangatan yang diperoleh dari panas tubuh mereka, tapi juga karena perasaan hangat yang ia rasakan dalam dadanya setiap kali Mars tidur menemaninya.     

Tidak mau terjebak dalam pikiran yang rumit sepagi ini, Emmelyn segera berganti pakaian dan turun untuk sarapan.     

Sesampainya di ruang makan, ia melihat Mars sudah menunggu Emmelyn agar mereka bisa sarapan bersama-sama.     

"Selamat pagi," pria itu bangkit dan mendorong sebuah kursi di sampingnya. "Bagaimana tidurmu?"     

Suaranya terdengar sedikit serak, tampaknya pria itu sedikit lelah dan membuat Emmelyn merasa bersalah. Sofa bukanlah tempat yang baik untuk tidur sepanjang malam.     

[Tidurku sangat buruk]     

"Ya, aku tidur nyenyak sekali, bagaimana dengan pangeran?" Emmelyn berbohong. Ia duduk dan para pelayan pun segera datang untuk menyajikan sarapan untuk mereka.     

"Cukup baik," jawab Mars singkat.     

Tidurku sangat buruk, gumamnya dalam hati.     

Setelah semua makanan disajikan di atas meja, mereka berdua mulai sarapan tanpa banyak bicara seperti malam sebelumnya.     

Dengan cepat mereka menyelesaikan sarapan dan Mars mengatakan bahwa ia harus pergi ke istana kerajaan karena harus menemui orang tuanya. Emmelyn hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Aku akan meminta Roshan untuk mulai menyiapkan kamar baru untuk kita," Mars memberitahunya dan Emmelyn pun mengangguk lagi. Mars bangkit dari kursinya dan bertanya sebelum ia pergi, "Apakah kau butuh sesuatu?"     

Emmelyn mengerutkan alis dan mulai berpikir. Ia tidak merasa membutuhkan hal lainnya karena ia pikir ia bisa menghabiskan waktu untuk menjahit, membaca buku, atau berjalan-jalan.     

Tunggu dulu... musim dingin akan segera datang. Ia mungkin tidak bisa meninggalkan kastil dengan bebas saat sudah musim dingin.     

Tubuhnya akan mengalami perubahan drastis dan kehamilannya akan sangat terlihat. Akan sulit baginya untuk menyamar sebagai laki-laki dan mengunjungi Nyonya Adler.     

Mungkin ia harus meminta izin untuk pergi keluar dan pergi ke Desa Bydell agar bisa mengunjungi penyihir dan berbicara dengannya, sementara Mars pergi untuk menemui orang tuanya.     

"Berapa lama Kau akan pergi?" Emmelyn bertanya.     

Mars menjawab, "Mungkin sepanjang hari. Kenapa? Apa ada yang ingin kau lakukan hari ini?"     

"Apakah aku boleh pergi keluar sebentar?" gadis itu menatap pangeran dengan mata memelas, ia harus meyakinkan Mars bahwa ia akan baik-baik saja di luar sana. "Aku akan merasa kebosanan saat terkurung di dalam kastil selama musim dingin. Jadi aku ingin pergi keluar selagi bisa untuk menikmati suasana di kota."     

"Hmm..." Mars menyipitkan matanya dan menatap Emmelyn dengan serius. Ia ragu apakah harus memberikan izin atau tidak karena saat ini bukan nyawa gadis itu saja yang dipertaruhkan jika terjadi sesuatu di jalan tapi bayinya, calon pewaris tunggalnya. "Memangnya kau mau pergi ke mana? Apa kau mau aku pergi bersamamu?"     

Tadi kau bilang ingin menemui kedua orang tuamu, kan? Aku hanya ingin mengunjungi teman lamaku di Wintermere," Emmelyn berbohong lagi karena ia tak ingin Mars mengikutinya dan mendapati dirinya berjumpa dengan Nyonya Adler.     

Ia ingin berbicara dengan penyihir tua itu secara pribadi. Gadis itu melanjutkan, "Kalau kau sangat khawatir, Roshan bisa ikut untuk menemaniku hari ini. Bagaimana menurutmu?"     

"Hmm… baiklah kalau begitu, aku akan meminta Roshan menjagamu. Tapi tolong jangan pergi terlalu lama dan berhati-hatilah. Saat ini, bukan keselamatanmu saja yang harus kau jaga," kata Mars lagi.     

"Ya ampun, iya iya," balas Emmelyn yang mulai terdengar kesal. Ia merasa terlalu berlebihan dalam menguatirkan keadaannya.     

Mars akhirnya pergi keluar untuk memulai perjalanan ke istana kerajaan, sementara Emmelyn bersiap-siap di kamarnya untuk menemui Nyonya Adler. Ia meminta Roshan untuk mempersiapkan kereta dan para penjaga untuk menemaninya.     

***     

Satu jam sebelum jam makan siang, Emmelyn masih dalam perjalanan ke Desa Bydell. Ia meminta para juru masak menyiapkan makanan untuk dibawa ke rumah Nyonya Adler. Ia tidak mau makan siang sendirian di kastil karena Mars akan keluar sepanjang hari.     

Jadi, ia pikir akan lebih baik jika ia makan siang bersama dengan penyihir tua itu.     

TOK     

TOK     

Berbeda dengan dua kunjungan pertama, kali ini Emmelyn langsung bertemu dengan Nyonya Adler.     

Untungnya, wanita tua itu sedang tidak keluar untuk mencari rempah-rempah. Segera setelah Emmelyn mengetuk pintu, Nyonya Adler membukanya dan mempersilakan gadis itu untuk masuk.     

"Padahal baru beberapa hari lalu kau mampir ke sini," komentar Nyonya Adler. "Tampaknya kau diberikan banyak kebebasan sehingga bisa sering-sering datang kemari."     

Emmelyn mengangguk, "Betul, Pangeran tidak pernah membatasi gerakku dan memaksaku untuk tetap tinggal di kastil. Hanya saja, aku tidak mau datang ke sini saat ia berada di kastil. Aku tidak ingin ia ikut denganku."     

"Begitu ya?" penyihir itu mengangguk mengerti. Ia pergi ke dapur dan merebus air untuk membuat teh. "Silakan duduk. Anggap seperti rumah sendiri seperti biasa."     

"Aku membawakan makanan untuk Nenek," kata Emmelyn. Ia mengeluarkan tas berisi buah-buahan dan babi panggang dan beberapa potong roti. "Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, tapi aku tidak ingin melakukannya di kastil."     

"Kau baik sekali," kata Nyonya Adler sambil tersenyum. "Baiklah. Aku sangat senang dapat makan bersama denganmu."     

Ia menerima kantong makanan dan membawanya ke dapur. Emmelyn mengikutinya dan membantu menata makanan itu di piring dan meletakkannya di atas meja.     

Tidak lama kemudian, keduanya sudah duduk di lantai beralaskan karpet tipis menghadapi hidangan berbagai makanan yang dibawa Emmelyn.     

.     

.     

>>>>     

Dari penulis:     

Menurut kalian, apakah penyihir ini baik atau punya niat buruk kepada Emmelyn?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.