Pangeran Yang Dikutuk

Patah Hati



Patah Hati

0"Jadi... apakah sekarang sudah terlambat?" Emmelyn bertanya lagi. Ia menjadi sangat penasaran dan ingin mengeatahui apa yang dapat ia lakukan.     

Nyonya Adler mendecakkan lidahnya dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Kau masih bisa pergi tanpa menyebabkan perang besar itu. Akan tetapi..."     

"Akan tetapi apa?" Emmelyn bertanya dengan mendesak. Ia mencengkram tangan Nyonya Adler dan menatapnya dengan pandangan sangat serius.     

"Satu-satunya cara adalah... kau harus mati," jawab Nyonya Adler. Suaranya terdengar datar saat ia bicara, namun entah kenapa bagi Emmelyn seolah begitu keras bagaikan petir yang menyambar.     

"Aku tidak sedang ingin bercanda, Nek..." Emmelyn memutar matanya setelah merasa terkejut dengan ramalan yang disampaikan oleh penyihir tua itu.     

Tentu saja semua masalah akan terselesaikan dengan mudah jika ia mati. Namun Emmelyn tidak mau begitu saja mengorbankan nyawanya untuk hal yang bahkan belum pasti.     

Bayangkan jika ia harus mati sia-sia sambil mengandung calon ahli waris kerajaan Draec.     

Bulan lalu Emmelyn memang sempat berpikir bahwa dirinya akan rela mati jika bisa membunuh pangeran atau raja.     

Setidaknya ia bisa membalaskan dendam keluarganya sebelum ia meninggalkan dunia ini. Kematiannya akan cukup berarti baginya karena semua tujuan hidupnya sudah terlaksana.     

Namun, ia tak suka mati sia-sia dan ia pun tidak suka jika bercanda soal kematian. Apalagi menyangkut kematiannya sendiri.     

Nyonya Adler hanya menatap gadis itu dengan seksama lalu menghela nafas panjang. "Jika kau memang mencintai pangeran putra mahkota, aku akan sarankan dirimu untuk tetap tinggal di Draec. Tapi aku akan menegaskan sekali lagi, seperti yang aku katakan sebelumnya…"     

"Tapi apa...?" Emmelyn tidak mengerti apa yang Nyonya Adler maksud. Ia menarik pakaian penyihir itu dan mendesaknya untuk melanjutkan kalimatnya yang sempat terpotong. "Apa yang akan terjadi jika aku memutuskan untuk tinggal?"     

"Tapi seperti yang sudah kubilang… kau hanya akan membawa kesialan bagi pangeran. Jika kau memang mencintainya, hal terbaik yang bisa kau lakukan adalah pergi sejauh mungkin darinya," lanjut Nyonya Adler. "Itulah satu-satunya solusi yang selalu aku lihat dari media ramalku."     

Emmelyn tiba-tiba merasa bahwa keputusannya untuk mengunjungi Nyonya Adler hari ini adalah keputusan yang buruk. Setiap kali ia datang, entah kenapa ia semakin banyak mendengar hal buruk tentang dirinya dan masa depannya.     

Untuk apa ia bisa mengetahui masa depan kalau yang ia dengar hanya hal yang buruk-buruk saja???     

Sungguh perjalanan yang sia-sia. Ia merasa kedatangannya kali ini hanya buang-buang waktu saja.     

"Jika… jika aku ingin pergi dari sini maka aku harus mati? Tapi jika aku memutuskan untuk tinggal di Draec… aku akan membawa kesialan baginya? Apa itu yang kau maksud?" Emmelyn bertanya dengan suara mendesak. "Seberapa buruk kesialan yang aku bawa kepadanya jika aku ingin tetap tinggal?"     

"Jika kau tetap tinggal di sisinya, kau yang akan membawa kematian ke dalam hidupnya," Nyonya Adler begitu mudah mengatakan ramalan itu seolah nyawa Mars tiada artinya bagi Emmelyn.     

"Ia akan mati??" Emmelyn begitu kaget hingga tidak bisa bernafas dengan baik.     

Ia harus memukul dadanya beberapa kali supaya paru-parunya mampu menghirup oksigen dan membantunya bernafas dengan baik. Wajahnya mendadak menjadi pucat dan suaranya terdengar lemah ketika ia bertanya. "Apa maksudmu? Siapa yang akan mati kalau aku tetap tinggal di sini?"     

[Ya Tuhan... apa yang akan terjadi pada anak-anakku jika ayah mereka meninggal?]     

[Aku tidak mungkin bisa membesarkan tiga anak sendirian.]     

"Aku sangat menyesal, Tuan Putri..." Nyonya Adler tampak simpatik. Ia mengelus pelan tangan Emmelyn dan suaranya juga berubah menjadi emosional. "Seumur hidupku, aku belum pernah melihat seseorang yang dikelilingi aura kematian begitu kuat. Setiap kali kau datang ke sini, itulah hal pertama yang aku lihat darimu."     

Emmelyn menggigit bibirnya. Ia merasa tercekik mendengar hal tersebut. Meski enggan mengakuinya, sejauh ini semua perkataan Nyonya Adler terbukti benar. Wanita tua itu tahu persis apa yang sudah terjadi di masa lalu antara keluarga kerajaan dan penyihir yang mengutuk Mars.     

Bagaimana jika semua hal yang baru saja Nyonya Adler katakan juga benar? Apakah Emmelyn mampu mengambil risiko itu?     

Nyonya Adler sebenarnya sudah menyarankan Emmelyn untuk meninggalkan Draec seminggu lalu, tapi ia tidak melakukannya.     

Ia mengambil keputusan tersebut bukan hanya karena ia masih merasa ragu dengan wanita tua itu, tapi karena jauh di lubuk hatinya ia ingin berjumpa dengan pangeran sebelum membuat keputusan apa pun.     

Dan sekarang semuanya tampak sudah terlambat karena ia hamil. Emmelyn tidak bisa begitu saja kabur bersama bayinya...     

Bagaimana mungkin ia membawa lari satu-satunya hal yang paling diinginkan Mars di dunia ini? Menjauhkannya dari bayi yang begitu ia idamkan selama ini? Bayi yang akan menjadi satu-satunya ahli warisnya kelak.... Dan kemungkinan besar hanya Emmelyn yang mampu memberikannya keturunan.     

Meski terkesan acuh, Emmelyn sendiri bukan wanita yang tak punya perasaan. Ia pikir lebih baik pergi setelah melahirkan anak ini dan kemudian menjauh dari Mars untuk melupakan segalanya.     

Ia akan menganggap bahwa ia pergi meninggalkan sebuah episode gelap dalam hidupnya ini setelah kesepakatan diselesaikan.     

Emmelyn bisa membangun hidup baru dari nol, hidup yang lebih baik dan sederhana dari ini. Mungkin ia bisa memulainya di Atlantea?     

Ia pun tidak terlahir sebagai seorang putri. Bahkan jika Mars mengembalikan Wintermere padanya, apa yang bisa ia perbuat?     

Ia tak memiliki kemampuan atau pengalaman untuk memerintah sebuah kerajaan. Ia terlahir sebagai gadis yang senang berpetualang, bukannya menetap di satu tempat saja.     

Gadis itu mencintai Mars secara tulus dan ia ingin memberikan apa yang sang pangeran dambakan sebelum memutuskan untuk meninggalkannya selamanya.     

Karena itu, ia harus mengambil pilihan sulit ini dengan tetap tinggal dan melahirkan anaknya terlebih dahulu.     

Tapi tadi Nyonya Adler berkata jika ia tetap tinggal maka Mars yang akan mati?     

"Mengapa aku sangat tidak beruntung?" Emmelyn bertanya dengan suara tercekik. "Seluruh keluargaku telah tiada, sekarang aku justru membawa kematian dan kesialan kepada orang-orang di sekitarku? Kesalahan apa yang sebenarnya sudah aku perbuat? Apa yang membuatku harus menjadi sesial ini?"     

"Tidak ada... kau tidak melakukan kesalahan apapun. Ini semua bukan salahmu..." Nyonya Adler menggelengkan kepalanya sambil mengekspresikan rasa simpati yang besar. "Sama seperti pangeran dan saudara-saudaranya... mereka tidak melakukan kesalahan apa pun tetapi mereka harus membayar dosa orang tua mereka."     

Emmelyn menangkupkan wajahnya dan menangis. Ia sudah lama tidak menangis di depan orang lain seperti ini. Ia pikir air matanya sudah mengering setelah berkabung untuk keluarganya selama berbulan-bulan.     

Sepertinya ia tidak hanya sedih tapi juga merasa sangat kecewa dengan semuanya. Ia sendiri tidak bisa sepenuhnya merasa bahagia karena tengah mengandung anak Mars karena hatinya tidak mengizinkan itu.     

Malah sekarang ia harus menghadapi semua kemungkinan buruk ini dan berdiri di perlintasan jalan, dipaksa untuk membuat pilihan yang begitu sulit.     

Hatinya hancur ketika mengetahui ia hanya punya dua pilihan, entah ia harus mati demi Mars atau tetap tinggal dan menyebabkan kematian Mars.     

Sungguh nasib yang malang...     

"Apakah kau tahu bahwa banyak orang yang tidak mau datang ke peramal dan membaca peruntungan mereka karena takut tidak akan mampu menghadapi apa yang harus mereka dengar. Mereka juga takut kehilangan motivasi untuk tetap hidup setelah mendengar ramalannya," kata Nyonya Adler kemudian.     

Ia menambahkan, "Menurutku kau adalah orang yang sangat kuat, lebih kuat dari orang-orang pada umumnya. Dan kau juga gadis yang pintar. Karena itu aku memberitahumu semua hal yang perlu kau ketahui."     

"Aku harap kau bisa memanfaatkan informasi ini demi kebaikanmu sendiri. Jika kau sudah tak ingin mendengar apapun lagi, aku tidak akan mengatakan apa-apa mulai sekarang. "     

Emmelyn terisak cukup lama dan ia merasa seperti terjebak di antara dua tembok yang sempit dan tidak memberinya jalan keluar sama sekali. Mungkin ia harus jujur dan memberi tahu Mars segalanya supaya pria itu bisa membantunya membuat keputusan?     

Mars mengenalnya dengan baik sekarang dan pria itu tahu semua hal tentang Emmelyn. Ia bahkan tau Emmelyn datang ke Draec untuk membunuhnya dan ia masih memaafkannya.     

Mars bahkan sudah minta maaf atas serangan yang dilakukan kerajaannya dan memberinya kesempatan untuk mendapatkan kembali Wintermere melalui kesepakatan itu.     

Mars hanya tidak tahu bahwa Emmelyn sudah jatuh cinta padanya dan ia rela melahirkan anak-anak Mars dengan sukarela, bukan hanya karena kesepakatan mereka itu. Hanya saja, ia tidak bisa tetap tinggal di Draec dengannya setelah anaknya lahir.     

Tapi sekarang setelah berbicara dengan Nyonya Adler, gadis itu tahu bahwa ia akan menyebabkan kematian pangeran jika bersikeras untuk tinggal.     

Hanya memikirkannya saja membuat Emmelyn merasa tersiksa. Mengapa semuanya menjadi sesulit ini.     

"Aku... aku akan memikirkan semua hal yang baru saja kau katakan," kata Emmelyn akhirnya.     

Ia menyeka air matanya dan menguatkan hatinya. Ia tidak boleh membiarkan Roshan melihatnya tampak seperti ia baru saja menangis.     

Pelayan setia Mars itu sudah pasti akan memberitahu pangeran segera setelah mereka pulang nanti. Ia tidak mau membuat Mars curiga.     

Ia berpikir sejenak dan akhirnya berkata kepada Nyonya Adler, "Aku setuju denganmu, sebaiknya aku berhenti bertanya tentang keberuntunganku di masa depan lewat ramalanmu. Aku harusnya sadar aku ini orang yang tidak beruntung sama sekali. Aku hanya akan melukai diriku sendiri jika aku terus datang ke sini dan menanyakan soal masa depanku kepadamu."     

"Aku mengerti," Nyonya Adler mengangguk. "Aku harap kau akan selalu berhati-hati, Yang Mulia..."     

Emmelyn tercenung sesaat ketika mendengar ucapan Nyonya Adler yang disampaikan dengan nada penuh simpati.     

Ia tidak tahu apakah ia dapat mempercayai wanita tua itu.     

Ahh... kepalanya terasa pusing sekali. Ia harus segera pulang dan beristirahat. Emmelyn memutuskan untuk mengakhiri kunjungannya hari ini dan segera pulang.     

Ia perlu banyak berpikir. Semua yang ia dengar siang ini dari Nyonya Adler hanya membuat hatinya merasa sedih. Hati gadis itu menjadi terguncang.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.