Pangeran Yang Dikutuk

Permintaan Emmelyn



Permintaan Emmelyn

0"Aku hanya memintamu berhenti sampai bayinya lahir," Mars kini setengah memohon. "Aku akan berhenti menahanmu melakukan hal-hal yang kau sukai setelah anakku lahir nanti. Aku kira kau paham betul betapa berharganya bayi ini bagiku. Aku tidak mau mengambil resiko sekecil apa pun."     

"Oh..."     

Emmelyn bisa melihat kesungguhan dan ketulusannya saat meminta dirinya berhenti berlatih pedang dan tidak tega menolaknya.     

Ya ampun… kenapa ia harus hamil secepat ini? Ia baru saja menikmati kehidupannya yang nyaris sempurna di kastil ini dan tidak harus dikurung sepanjang waktu.     

Tapi sekarang Mars memintanya berhenti keluar dan berlatih pedang karena ia hamil. Ia tidak bisa membayangkan betapa sengsaranya kehidupan yang harus ia jalani untuk 9 bulan ke depan.     

"Aku berjanji akan menebusnya untukmu," kata Mars lagi.     

"Bagaimana kau akan menebusnya?" Emmelyn tampak kecewa, tapi ia tidak membantah perkataan Mars. Ia tahu betapa berharganya bayi ini baginya.     

"Aku akan memberikan sesuatu untukmu. Aku yakin kau akan senang dengan hadiah yang akan kuberikan jika kau menuruti semua permintaanmu selama kau hamil," jawab pria itu.     

Emmelyn hanya menghela napas. "Baiklah."     

"Terima kasih, Em. Aku senang kau tidak membantahku kali ini," ia hanya tersenyum tipis.     

"Kapan kau berencana memberi tahu orang tuamu kalau aku hamil?" Emmelyn bertanya lagi.     

"Dalam beberapa hari. Mungkin sebaiknya aku memberi tahu mereka saat di pesta dansa. Bagaimana menurutmu?"     

"Hmm… ide yang bagus," Emmelyn setuju.     

"Ibuku akan sangat senang," Mars kini tersenyum lebar membayangkan betapa bahagianya sang ratu jika tahu ia akan segera menjadi nenek.     

Emmelyn tiba-tiba teringat bahwa ia berbohong kepada ratu ketika mereka bertemu. Ia sempat mengaku sebagai putri seorang pelacur di rumah bordil di Glendale.     

Apakah ratu akan menerima kenyataan bahwa ia akan memiliki cucu dari seorang pelacur rendahan?     

"Apa kau bisa memberitahuku yang sejujurnya tentang bagaimana pendapat ibumu mengenai diriku?" Emmelyn memaksa Mars agar ia bisa yakin apa yang ratu pikirkan soal dirinya. "Apa ia akan merasa bahagia jika tahu cucunya akan lahir dari seorang wanita rendahan?"     

Mars terbatuk sedikit dan segera menggunakan kemampuan aktingnya dengan baik. "Aku rasa ratu tidak peduli padamu. Ia hanya ingin seorang cucu yang murni dari keturunanku. Aku yakin ia akan mencintai anakku tanpa syarat."     

Mendengar hal itu, Emmelyn merasa lega. Ia tidak ingin ratu memperlakukan anaknya dengan buruk hanya karena Emmelyn berbohong tentang identitas dan statusnya.     

Untuk sekarang, ia yakin ratu akan mencintai bayi ini dengan tulus, seperti yang dikatakan Mars tadi. Emmelyn bisa dengan tenang meninggalkan mereka di istana tanpa rasa menyesal.     

"Baiklah. Apa yang kau rasakan saat ini? Apa kau ingin makan sesuatu? Apa kau ingin istirahat? Apa kau merasa tidak nyaman dan adakah hal yang bisa kulakukan untukmu?" Mars kini bangkit dan duduk di sampingnya. "Tolong segera beritahu aku jika ada yang bisa kulakukan untukmu."     

"Ih..." Emmelyn memutar matanya. "Aku ini hanya hamil, aku tidak cacat atau sakit parah. Kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?"     

"Aku tahu, tapi apa kau dengar Dokter Vitas mengatakan jika ibu hamil akan mengalami begitu banyak perubahan pada tubuhnya dan mereka bisa saja merasa tidak nyaman? Karena itulah aku ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja dan apa ada yang bisa kubantu?"     

Emmelyn menatap perutnya dan mengerutkan alisnya. "Hmm... kurasa aku baik-baik saja untuk saat ini. Aku hanya tidak suka buah-buahan kemarin. Aku akan segera memberitahumu jika aku merasa tidak nyaman atau yang lainnya. Jangan terlalu khawatir karena kau justru membuatku risih."     

"Baiklah, kau sudah berjanji akan segera memberitahuku jadi segera sampaikan padaku jika kau butuh sesuatu yah? Aku akan menjagamu dan memastikan semuanya berjalan dengan baik selama 9 bulan ke depan," kata Mars.     

Emmelyn membuang muka ketika ia mendengar kata-katanya yang tulus. Sekarang, sangat sulit menahan air matanya yang sedari tadi ingin keluar.     

Emmelyn berdehem dan mencoba menguatkan hatinya. Ia kemudian menoleh ke arah pangeran dan menatapnya dengan sangat serius. "Karena sekarang aku sudah hamil, artinya kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Kurasa kita tidak perlu melakukan 'tugas' itu lagi."     

Mendengar pernyataan Emmelyn, pria itu tiba-tiba tersedak. Tenggorokannya terasa parau.     

Ia sudah menduga Emmelyn akan menyampaikan hal tersebut tapi tetap saja menyakitkan saat mendengarnya langsung dari mulut sang gadis.     

Tapi Emmelyn juga tidak bisa disalahkan, yang diucapkannya memang benar. Mereka bercinta setiap malam supaya ia bisa hamil dan kini Emmelyn sudah hamil. Lalu apa gunanya berhubungan seks lagi?     

Mars bisa mendapatkan ahli waris yang selama ini diidamkan olehnya dan seluruh keluarga kerajaan.     

Kalau ia terus meminta berhubungan badan dengan Emmelyn setelah ia hamil, ia hanya akan terlihat seperti pria mesum yang haus akan seks. Mars berpikir keras jawaban apa yang sebaiknya ia berikan.     

Dengan terpaksa, sang pangeran mengangguk dengan santai. "Yang kau katakan itu memang benar."     

"Kalau begitu… apa boleh aku mendapatkan kamarku sendiri?" Emmelyn bertanya. Ia harus meminta hal ini karena ia tidak mau jatuh semakin dalam lagi dan merasakan sakit hati yang mungkin saja tidak bisa ia hadapi ketika 'kesepakatan' ini usai.     

Ketika ia menyetujui kontrak itu, Emmelyn menganggap dirinya akan mampu menguasai segala emosinya.     

Ia pikir ia tidak akan pernah jatuh cinta pada musuhnya itu dan tidak mungkin menjadi emosional seperti sekarang ini… saat itu, ia yakin dirinya akan mampu menyelesaikan kesepakatan tanpa harus melibatkan perasaannya.     

Tapi, baru satu bulan lebih sedikit ia sudah terombang-ambing dengan perasaannya sendiri. Saat ini ia merasa sudah jauh menyimpang dari rencana awalnya.     

Ah wanita, mudah sekali menjadi emosional seperti ini.     

Bahkan ia sudah tak bisa lagi melanjutkan rencananya untuk membunuh raja setelah gagal merampas nyawa Mars. Ia juga mulai berpikir sia-sia saja untuk membalas dendam setelah semua yang terjadi.     

Jika mereka berdua terus berhubungan seperti ini, Emmelyn khawatir ia akan terjebak di Draec selamanya dan jatuh cinta dengan sang pangeran. Menjalin hubungan dengan Mars akan terlalu rumit baginya, jauh lebih dari yang bisa ia hadapi.     

Bukan hanya karena Mars adalah musuhnya tapi juga karena pangeran sudah menyatakan bahwa ia tidak sedang mencari istri.     

Jika sudah begitu, mengapa ia harus menyiksa dirinya sendiri dan membuat hidupnya yang sudah susah ini menjadi semakin sengsara?     

Mars menatap gadis itu dalam-dalam untuk beberapa waktu dan kemudian menggelengkan kepalanya.     

"Maaf, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Aku akan selalu menemanimu. Kalau kau memilih pindah ke kamar lain, aku akan mengikutimu ke sana. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memastikan kau dan bayiku baik-baik saja," ucapnya dan kemudian menekankan, "Bukankah kau sudah tau betapa pentingnya bayi ini bagiku?"     

Sang pangeran menjawabnya dengan suara yang lembut tetapi nadanya sangat tegas. Emmelyn hanya menghela nafas panjang karena ia tahu ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.