Pangeran Yang Dikutuk

Gaun Baru



Gaun Baru

0"Apa aku boleh melihat gaunnya?" Mars bertanya ketika Emmelyn bangkit dari kursinya untuk menemui Nyonya Coultard.     

Gadis itu hanya mengangkat bahu dan membiarkannya ikut. "Terserahmu."     

Mereka berdua berjalan ke kamar di lantai atas dan menunggu Nyonya Coultard datang. Tak lama kemudian, penjahit kerajaan tersebut datang dengan ditemani dua asistennya.     

Mereka pun kaget ketika melihat putra mahkota duduk manis di dekat jendela sambil mengamati ketiga wanita yang baru memasuki kamar Emmelyn tersebut.     

Mars hanya menunjukkan ekspresi datar dan matanya terarah pada gaun yang mereka bawa.     

"Yang Mulia," mereka bertiga membungkuk dengan hormat.     

Mars hanya mengangguk dan tidak mengatakan apapun. Ketiganya kemudian langsung melanjutkan tugasnya. Mereka mengerti bahwa mereka harus menjaga jarak dari putra mahkota karena ia benci wanita.     

"Yang Mulia, kami telah menyiapkan mantel dan gaun pesta Anda," Nyonya Coultard memaksakan senyum ketika ia berbicara dengan Emmelyn.     

Di depan putra mahkota, ia tidak berani bertindak kasar kepada wanitanya itu.     

Awalnya, penjahit licik itu mengira Emmelyn hanyalah pemuas nafsu bagi sang pangeran. Tapi saat melihat putra mahkota tampak begitu sayang kepada gadis itu, Nyonya Coultard mulai sadar bahwa Emmelyn mungkin jauh lebih berharga dari yang ia bayangkan.     

Karena itu, perlahan-lahan ia mulai merubah sikapnya terhadap sang putri. Emmelyn menerima mantel yang diberikan Nyonya Coultard kepadanya.     

Mantel tersebut terbuat dari bahan yang sangat tebal sehingga pasti akan membuat badan Emmelyn hangat dan dilapisi kulit tipis yang membuatnya tampak elegan. Sangat serasi dengan warna biru mudanya yang membuat mata Emmelyn berkaca-kaca.     

Ia pun segera memakainya dan mengagumi dirinya sendiri di depan cermin. Ukurannya pas dengan badan Emmelyn dan nyaman dipakai. Mantel ini tidak ada kurangnya sama sekali.     

"Bagaimana menurutmu?" Ia menoleh ke Mars dan menanyakan pendapatnya.     

Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis. "Bagus, terlihat cocok kau pakai."     

Sang pangeran merasa Emmelyn akan cocok memakai baju apa saja. Ia terlalu cantik untuk bisa diungkapkan lewat kata-kata. Apa Emmelyn tidak sadar dengan kecantikannya sendiri?     

Nyonya Coultard tersentak saat melihat putra mahkota memperlihatkan senyumnya tadi. Saat berkunjung ke istana, ia sering melihat Mars dari kejauhan dan ia tidak pernah sekalipun melihat sang pangeran tersenyum seperti itu.     

Ia dikenal sebagai orang yang sangat serius dan menakutkan. Ternyata benar dugaannya, gadis di hadapannya ini bukan hanya boneka mainan putra mahkota.     

Ya ampun....     

Sebenarnya apa hubungan antara pangeran dan wanita rendahan ini? Apakah mereka sedang menjalin hubungan yang serius? Apa pangeran ingin menikahinya suatu hari nanti? Tapi bagaimana mungkin, Emmelyn bukan siapa-siapa, ia tak punya gelar dan tahta.     

Begitu banyak pikiran berkecamuk di benaknya, tapi Nyonya Coultard hanya menyimpan semua rasa penasarannya itu untuk dirinya sendiri.     

Ia tidak berani lagi bersikap sombong kepada gadis itu. Ia tidak mau kehilangan kepalanya hanya untuk mempersulit hidup gadis itu selama tinggal di istana. Tidak sepadan.     

Setelah Emmelyn mencoba mantelnya dan puas dengan apa yang dibuat Nyonya Coultard, ia berusaha melepasnya dan dua asisten penjahit mendekat untuk membantu melepas gaun tersebut.     

Sekarang, Emmelyn akan mencoba gaun pesta dan satu gaun lain yang dibuat untuknya.     

Mars membuka tirai lebar-lebar untuk membiarkan semua sinar matahari masuk dan langsung menyibukkan diri dengan membaca buku yang ada di kamar. Sedangkan Emmelyn dibantu oleh para asisten penjahit istana kini berusaha mengenakan lapisan pakaian dalam dan kemudian memakai gaunnya.     

Gaun pesta tersebut adalah gaun terindah yang pernah dilihat Emmelyn.     

Gaunnya terbuat dari sutra terbaik dengan lapisan brokat berwarna biru tua, dihiasi dengan batu permata kecil di bagian depan. Jika dipadukan dengan dengan mantel biru mudanya, maka gadis itu akan terlihat sangat memukau.     

Gadis itu mendecakkan lidahnya beberapa kali untuk mengagumi penampilannya sendiri.     

"Bagaimana dengan ini?" Emmelyn berpaling ke Mars dan menanyakan pendapatnya lagi.     

Pria itu berpikir bahwa Emmelyn akan cantik mengenakan apapun, bahkan jika harus memakai karung goni. Karena itu, saat dimintai pendapat lagi ia hanya mengangguk dan tersenyum.     

"Ya, gaunnya terlihat bagus untukmu."     

Emmelyn juga puas dengan gaun yang dibawakan penjahit istana.     

Ia juga bahagia ketika mengetahui bahwa gaun tersebut memiliki beberapa lapisan yang dapat ia manfaatkan untuk menyembunyikan beberapa barang yang hendak ia bawa. Ia juga bisa menjahit kantong rahasia di bawah salah satu lapisan tersebut untuk menyembunyikan pisaunya.     

Setelah puas dengan gaun pestanya, ia mencoba gaun kedua. Desainnya lebih sederhana, tetapi juga terbuat dari sutra halus dan memiliki sulaman rumit pada bagian roknya. Karena itu, gaun yang kedua ini terlihat lebih mahal.     

"Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?" Nyonya Coultard berubah 180 derajat dan bersikap manis terhadap Emmelyn karena putra mahkota ada di dalam kamar. Ia menyadari ia harus menjilat wanita ini untuk mendapatkan simpati pangeran.     

"Bagus. Terima kasih telah membuatnya untukku," jawab Emmelyn dengan santai.     

Pada awalnya Emmelyn tidak terima dengan perlakuan Nyonya Coultard, tapi sekarang ia tidak peduli lagi. Penjahit kerajaan mungkin menyadari kebodohannya dan sekarang mengubah sikapnya terhadapnya. Atau bisa saja ia takut dipenggal jika pangeran tahu perlakuan kasarnya pada Emmelyn.     

"Ahh... Saya ingin terus membuatkan gaun-gaun cantik seperti ini untuk Anda, Putri. Mohon beritahu saya jika Anda membutuhkan gaun lain lagi," kata Nyonya Coultard.     

Ia senang karena Emmelyn tampaknya tidak menyimpan dendam padanya sejak perlakuan kasarnya pada gadis itu saat pertemuan pertama mereka yang singkat itu.     

"Untuk sekarang, aku tidak butuh gaun lagi. Sepertinya aku punya cukup persediaan gaun untuk saat ini," Emmelyn memiringkan dagunya ke arah lemari pakaiannya. "Kurasa aku tidak akan membutuhkanmu dalam waktu dekat. Ratu akan mengadakan pesta dansa kerajaan minggu depan, karena itulah aku memintamu untuk membuatkan gaun baru untukku."     

Mars mendongak ketika ia mendengar sang putri dengan percaya diri mengatakan bahwa ia tidak akan membutuhkan gaun baru dari penjahit kerajaan.     

[Ya ampun, Em sayang, kau sepertinya lupa bahwa wanita hamil tidak akan muat dengan pakaian-pakaian biasa itu.]     

[Setelah kau hamil, kami harus menyiapkan baju baru untukmu]     

[Maksudku .. Aku tidak keberatan melihatmu telanjang setiap hari jika pakaianmu tidak muat .. tapi ...]     

[Anak-anak kita akan menderita. Jadi ..]     

Mars tergerak dari lamunannya ketika Nyonya Coultard berpamitan kepada sang pangeran untuk kedua kalinya karena Mars terlihat tidak menanggapi saat Nyonya Coultard mengucapkan selamat tinggal tadi.     

"Ahem .. Yang Mulia, saya dan asisten saya izin mengundurkan diri dan kembali ke pekerjaan kami..." katanya untuk kedua kalinya.     

Emmelyn menoleh ke Mars dan melihat pria itu sedang melamun dengan senyum tipis di bibirnya. Ia mengerutkan alisnya.     

Emmelyn sudah melihat senyuman ini beberapa kali dan ia langsung tahu Mars pasti tengah memikirkan hal-hal jorok. Itulah satu-satunya hal yang membawa senyuman tipis pada wajahnya yang tampan itu. Apalagi jika ia sedang melamun.     

"Hei!" ia menepuk pundaknya dan berbisik. "Nyonya Coultard ingin pergi dan ia telah mengucapkan selamat tinggal dua kali."     

Mars berbalik untuk melihat penjahit kerajaan dengan ekspresi dingin dan mengangguk. "Kau boleh pergi."     

"Terima kasih, Yang Mulia," Nyonya Coultard dan asistennya membungkuk dalam-dalam dan pergi.     

Begitu para wanita itu pergi, Emmelyn duduk di samping pria itu dan menatapnya dengan penuh curiga. Ia tidak mengatakan apa-apa dan setelah beberapa saat, Mars menjadi tidak nyaman.     

"Kenapa kau menatapku seperti ini?" ia bertanya padanya. "Bukankah orang tuamu mengajarimu bahwa menatap orang lain dengan caramu itu tidak sopan?"     

Emmelyn hanya mengangkat bahu. "Bukannya kau sering bilang aku ini memang tidak punya sopan santun? Lalu kenapa kau kaget jika aku bersikap kurang sopan?"     

"Hmm… baiklah. Sepertinya aku tidak akan pernah menang jika berdebat denganmu. Tapi apa ada alasan khusus sehingga kau menatapku sekarang? Apakah ada sesuatu di wajahku? Atau... apakah kau hanya mengagumi ketampananku? Apa kau tidak puas dengan seks kita hari ini dan ingin melanjutkannya lagi?"     

Emmelyn cegukan ketika ia mendengar kata-katanya yang tidak tahu malu itu. Mars benar-benar kelewatan.     

"Tidak tahu malu," katanya. "Sekarang aku tahu mengapa kau bisa akrab dengan Gewen. Burung-burung yang berbulu sama akan berkumpul bersama. Kau sama narsisnya dengan temanmu itu."     

Bukannya merasa tersinggung dengan ucapannya, ia hanya tersenyum dengan kata-katanya. Mars menyadari bahwa suasana hati Emmelyn sudah mulai membaik.     

"Yang kau ucapkan itu benar! Aku hanya bisa menyalahkan Gewen karena sudah mempengaruhiku," jawabnya.     

Emmelyn memutar matanya. "Aku baru saja melihat senyumanmu. Kau sedang memikirkan sesuatu yang mesum. Iya kan? Coba kau katakan apa yang baru saja kau pikirkan tadi?"     

Mars terkekeh ketika mendengar pertanyaannya. "Apakah kau benar-benar ingin tahu?"     

"Ya, aku penasaran," jawab Emmelyn.     

"Tadi... saat aku melihatmu mencoba gaun itu, aku terus berpikir betapa cantiknya dirimu saat mengenakannya, tapi aku rasa kau tetap terlihat menarik meski tanpa mengenakan sehelai kain pun."     

Emmelyn menggelengkan kepalanya dan menepuk pundak pria itu dengan tatapan tidak setuju. "Ternyata tebakanku benar. Aku sudah menduga kau sedang membayangkan yang aneh-aneh… ck ck ck. Cabul."     

"Haha... benarkah? Astaga, mulai sekarang aku harus berhati-hati dengan pikiranku. Sepertinya kau sudah cukup mengenalku sehingga langsung bisa membaca isi pikiranku," kata Mars sambil tersenyum lebar.     

Ia sangat senang bisa mengobrol dengan Emmelyn seperti sekarang ini. Meski mereka tampak sedang beradu mulut, tapi duduk bersama di dekat jendela, membicarakan hal-hal sederhana dan konyol seperti ini terasa sangat menyenangkan dan damai baginya.     

Setelah penjahit-penjahit itu pergi... mereka berdua tidak punya banyak hal untuk dilakukan dan hanya bersantai sambil menunggu kedatangan Dokter Vitas. Di dalam hati, Mars mencurigai Emmelyn mungkin sudah hamil.     

Sudah lebih dari satu bulan sejak mereka mulai berhubungan seks secara teratur, dan tadi malam tiba-tiba ia memuntahkan buah manis dan menyebutnya hambar serta menjijikkan.     

Semalam ia juga makan sangat banyak meski gadis itu memang memberitahunya ia kelaparan.     

Mungkin... itu adalah salah satu tanda bahwa gadis itu memang sedang hamil?     

Jika itu benar... Mars akan menjadi orang paling bahagia di seluruh istana ini. Tapi ia takut akan membawa kesialan jadi ia menahan diri untuk tidak membicarakannya. Ia hanya akan menunggu Dokter Vitas untuk memeriksa kesehatan Emmelyn dan memastikan semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.