Pangeran Yang Dikutuk

Buah Yang Aneh



Buah Yang Aneh

0"Mengapa kau hanya diam?" Emmelyn bertanya lagi. "Apa menurutmu apa yang kukatakan itu benar?"     

"Jawaban apa yang kau harapkan dariku?" Mars akhirnya menjawab dengan sebuah pertanyaan lain.     

Sekarang giliran Emmelyn yang diam. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk membalas pertanyaan yang baru saja disampaikan Mars.     

Emmelyn akan dengan senang hati mengkritik begitu banyak hal tentang keluarga kerajaan, tetapi saat Mars bertanya apakah ia punya solusi untuk mengatasinya atau apakah Emmelyn berharap Mars akan melakukan sesuatu untuk merubahnya, ia kehabisan kata-kata.     

Mengapa juga Mars mau melakukan apa yang diinginkannya? Emmelyn bukanlah siapa-siapa baginya. Karena itu, pertanyaan tersebut justru membuatnya kaget.     

Ia terdiam beberapa saat untuk memikirkan jawaban yang tepat dan pada akhirnya dia tahu apa yang diinginkannya.     

"Jika aku memintamu untuk berhenti berperang, apa kau akan melakukannya demi diriku?" ia bertanya dengan sungguh-sungguh.     

Mars menatapnya tajam dan tersirat rasa sakit di hatinya. Ia pikir ia bisa melakukan apa saja demi Emmelyn...     

Ia adalah putra mahkota dari kerajaan paling kuat di benua mereka dan ia akan segera dinobatkan menjadi raja. Otoritas dan kekuatannya sudah pasti tidak tertandingi.     

Pada awalnya, Mars mengira ia bisa dengan mudah memberikan apapun yang diimpikan para wanita. Namun hari ini ia sadar akan suatu kebenaran yang menyakitkan.     

Ia tidak bisa begitu saja memenuhi permintaannya. Emmelyn tidak seperti wanita-wanita lain yang ia kira dan apa yang ia impikan berbeda dari apa yang diinginkan kebanyakan wanita.     

Emmelyn sangat benci perang dan ia berharap Mars berhenti berperang.     

Sayangnya, ia tidak bisa menjanjikan hal tersebut padanya. Mars memiliki tanggung jawab yang besar untuk kerajaannya.     

Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri ia akan mengorbankan nyawanya untuk melindungi Draec. Ia tidak takut bertarung hingga tetes darah penghabisan. Karena itu, jika memang dibutuhkan, ia akan menjadi orang pertama yang pergi ke garis depan.     

"Aku akan berhenti," kata pangeran dengan suara serak, "Tapi kita berdua tahu bahwa aku tidak bisa menjanjikan hal tersebut padamu."     

Emmelyn menghela nafas panjang, ia sadar ia hanya memikirkan dirinya sendiri. Tidak mungkin Mars akan melakukan apa pun yang ia minta hanya karena Emmelyn sudah menghangatkan tempat tidurnya setiap malam dan berjanji untuk mengandung anak-anaknya.     

Dalam hatinya, ia sudah menertawakan dirinya sendiri karena menganggap ia begitu penting di mata sang pangeran.     

"Lupakan saja soal itu," ia memasang wajah santai seolah percakapan mereka sebelumnya hanya sebuah lelucon. "Aku tahu kau tidak akan mampu melakukannya. Apalagi untuk diriku. Aku sendiri heran mengapa aku harus repot-repot bertanya."     

Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela, ia berpura-pura memandangi langit, "Sudah hampir gelap. Aku lapar. Apa kau mau makan malam sekarang?"     

Ia menoleh pada sang pangeran dan melihat pria itu sedang mengawasinya dengan kerinduan yang terpancar dari matanya. Jantung Emmelyn tiba-tiba saja berdegup lebih kencang. Tidak satu pria pun pernah memandangnya dengan tatapan seperti itu.     

"Jika kau lapar, kita bisa makan malam sekarang juga," jawab Mars.     

Emmelyn sebenarnya tidak lapar, sebelum ini ia sudah makan sepotong daging kelinci yang cukup besar, tapi ia mengangguk dengan penuh semangat. "Aku sangat kelaparan!"     

"Kalau begitu, sebaiknya kita makan sekrang," Mars juga bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar pintu.     

Emmelyn mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Ia masih kenyang tapi dengan bodohnya dia bilang sudah mulai lapar.     

Emmelyn begitu terpesona oleh tatapan sang pangeran sebelumnya dan karena gugup ia langsung mengatakan bahwa ia sedang kelaparan. Emmelyn tidak mau pangeran menangkap basah dirinya yang takjub dengan pandangan yang ia berikan pada gadis itu.     

Dia sudah tidak tahu lagi berapa kali ia mengatakan hal-hal konyol dan tak terduga seperti ini. Astaga... Mungkin ia benar-benar membawa sial.     

***     

Para juru masak dengan cepat menyiapkan makan malam untuk sang pangeran dan istrinya. Seperti biasa, meja makan dipenuhi dengan hidangan yang disukai sang putri.     

Emmelyn harus memuji mereka karena bisa membuat semua makanan favoritnya meskipun ia hanya memberitahu beberapa bahan yang ia ingat saja.     

Wanita itu pun sebenarnya tidak bisa memasak bahkan jika hidupnya sangat bergantung pada kemampuan memasaknya sendiri.     

"Kau bisa makan sebanyak yang kau mau," Mars segera memotong sepotong besar babi panggang dan menaruhnya di piring Emmelyn. "Kau kelihatan sangat lapar. Kalau boleh jujur, aku belum pernah bertemu gadis yang bisa makan sebanyak dirimu. Tapi bagaimana lagi, aku sendiri tidak banyak bertemu dengan wanita dari dulu."     

Mars pun menambahkan lebih banyak irisan buah di sampingnya dan beberapa jenis daging lainnya di piring sang putri. Emmelyn hanya bisa memandang apa yang Mars lakukan dengan mengerucutkan bibirnya. Ia sangat ingin menghentikannya, tetapi Emmelyn khawatir ia akan berbohong lagi.     

"Terima kasih," katanya sambil mengambil satu potong buah dan memakannya. "Uff... kenapa buah ini terasa begitu hambar?"     

Emmelyn secara spontan memuntahkan buah yang baru saja ia masukkan ke dalam mulutnya.     

"Emmelyn, apa kau baik-baik saja?" Mars mulai khawatir.     

Meski gadis itu terkadang lupa bagaimana bersikap sopan, tapi ia bukanlah tipe gadis yang begitu kurang ajar sampai memuntahkan makanannya di hadapan orang lain. Terlebih lagi saat berada di meja makan seperti sekarang ini.     

"Uff... Maaf," ucap Emmelyn dengan penuh penyesalan, "Tapi rasanya seperti aku sedang makan tanah... Sangat hambar... Aku tak bermaksud memuntahkannya..."     

"Hmm...Tidak apa-apa. Jangan kau pikirkan," Mars mengambil buah yang baru saja dicicipi oleh Emmelyn karena ia juga penasaran semengerikan apa rasanya hingga gadis itu memberikan reaksi berlebihan seperti ini. Ia pun menggigit buah tersebut dan alisnya terangkat sedikit, "Rasanya tidak hambar atau pun seperti tanah, rasanya cukup manis menurutku."     

"Bagaimana kau bisa tau rasanya seperti tanah?" Emmelyn memutar bola matanya dengan perasaan kesal, "Apa kau pernah makan tanah?"     

"Memang belum, apa kau sendiri pernah makan tanah?" Mars bertanya balik.     

Emmelyn hanya membuang muka.     

Ia sebenarnya memang pernah melakukannya... Saat itu ia masih sangat kecil dan tidak mau mematuhi peringatan ibunya untuk tidak memakan apa saja yang bisa ia raih.     

Emmelyn hanya melakukannya sekali saja, tetapi ia tidak pernah bisa melupakan rasa tanah di dalam mulutnya.     

Menjijikkan! Rasanya sangat mengerikan dan menghantui Emmelyn seumur hidupnya.     

Itulah mengapa ketika ia merasakan hal yang sama sesaat setelah mencicipi buah itu, tubuhnya otomatis bereaksi seketika dengan memuntahkannya.     

Dilihat dari minimnya tanggapan yang diberikan oleh Emmelyn, Mars bisa mengetahui jawabannya.     

Ya Tuhan... Gadis ini bahkan tahu seperti apa rasanya tanah itu? Awalnya Mars mengira sudah tidak ada satu pun yang akan mengejutkannya jika berkaitan dengan Emmelyn.     

Ternyata, ia salah. Masih banyak sekali hal yang mungkin saja akan membuatnya jatuh pingsan karena terkejut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.