Pangeran Yang Dikutuk

Menjerat Kelinci



Menjerat Kelinci

0"Uhm... aku percaya kepadamu," kata Mars. "Sungguh. Kau tidak perlu membuktikan apa-apa."     

"Tidak apa-apa. Toh, kita sekarang sudah ada di hutan. Kita sekalian saja menjerat hewan dan memasaknya untuk makan siang. Bagaimana pendapatmu?" tanya Emmelyn.     

Mars menatap gadis itu berlama-lama. Emmelyn memang benar-benar seorang putri yang aneh. Hidupnya terlalu bebas dan sama sekali tidak seperti semua wanita yang dikenalnya.     

Ahh.. ia sangat menyukai Emmelyn! Ia merasa begitu beruntung telah bertemu gadis itu dalam masa hidupnya.     

Ia hanya perlu berusaha membuat gadis itu tinggal bersamanya. Semoga nanti, kalau anak-anak mereka sudah lahir, Emmelyn akan dapat berubah.     

"Baiklah. Boleh juga," kata Mars sambil mengangguk. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"     

"Kau bantu aku memotong beberapa ranting seukuran ranting ini. Nanti aku akan membuatnya menjadi jerat dan memasangnya di beberapa tempat. Setelah itu kita bisa tinggalkan jeratnya dan meneruskan jalan-jalan. Nanti kalau sudah mau pulang, kita lewat sini dan melihat mana di antara jeratnya yang sudah berhasil menangkap kelinci," kata Emmelyn menjelaskan.     

"Ah, baiklah." Mars mengambil ranting di tangan Emmelyn dan mengira-ngira panjangnya, lalu ia berjalan mencari ranting-ranting berukuran serupa. Setelah menemukan sepuluh ranting, ia lalu menyerahkannya kepada Emmelyn.     

"Terima kasih," kata Emmelyn dengan gembira. Ia lalu mengeluarkan ikatan tali dari dalam mantelnya dan mulai mengikat beberapa ranting dengan simpul tertentu. Mars duduk di sampingnya dan memperhatikan gadis itu baik-baik.     

Ia sangat kagum melihat betapa gadis itu sangat trampil membuat jeratnya. Mars sendiri tidak pernah belajar membuat jerat karena ia tidak perlu mencari makanan dengan cara seperti itu.     

Kalaupun terpaksa ia harus mencari hewan buruan selama di perjalanan, ia dapat dengan mudah menembak hewan dengan panahnya. Ia adalah pemanah terbaik di Draec. Kemampuannya bahkan masih di atas Gewen.     

"Di mana kau belajar menjerat binatang?" tanya Mars.     

Emmelyn menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari jerat yang sedang dibuatnya. "Aku diajari guruku. Aku bepergian dengannya di ulang tahunku yang ke-21. Ayah mengizinkanku bertualang karena ia kalah taruhan. Aku mengikuti guruku untuk melihat dunia. Ia mengajariku sangat banyak hal."     

"Oh... sepertinya ia sangat pandai," kata Mars. "Di mana gurumu sekarang?"     

"Kami berpisah setelah ia mendapat kabar bahwa anaknya ditangkap bajak laut di salah satu kerajaan pelabuhan di Atlantea. Ia pergi diam-diam karena tidak ingin merepotkanku. Saat itu ia ia menitipkanku kepada Maxim," kata Emmelyn sambil mengerucutkan bibirnya. "Dasar. Aku masih akan membuat perhitungan dengannya karena meninggalkanku sendirian."     

Mars merasakan kepalanya tiba-tiba panas mendengar nama Maxim lagi. Kalau mendengar dari cerita Emmelyn, sepertinya hubungan Emmelyn dan lelaki itu sangat dekat. Bahkan guru Emmelyn sampai menitipkannya kepada laki-laki itu.     

Pfff.. untunglah Emmelyn sekarang di sini. Ia memutuskan meninggalkan Maxim begitu saja setelah mendengar kabar tentang penyerangan yang dialami Wintermere.     

"Kau suka bertualang seperti itu?" tanya Mars dengan penuh perhatian.     

"Tentu saja. Tinggal di satu tempat berlama-lama itu membosankan," kata Emmelyn cuek.     

Mars mengangguk-angguk. Hmm... bagaimana ini? Kalau Emmelyn menjadi ratu di Draec, tentu ia harus tinggal di Draec. Apakah ia benar-benar akan bosan kalau terus diam di istana?     

Apakah sebaiknya Mars mengajaknya berjalan-jalan dan bertualang sebelum mereka punya anak? Agar Emmelyn merasa sedikit terhibur.     

Mars dapat melihat sepertinya Emmelyn memang merasa resah diam terus di kastil seperti layaknya putri-putri bangsawan yang lain.     

Ah.. inilah risikonya jatuh cinta kepada gadis yang berbeda dari gadis-gadis lain, tentu sikap dan kepribadiannya pun akan berbeda dari mereka, dan Mars harus tahu cara memperlakukannya dengan baik.     

"Kalau begitu, kapan-kapan kita bisa keluar kastil lagi," kata Mars. "Mungkin setelah pesta dansa, sebelum salju turun."     

Emmelyn terdiam mendengar kata-kata Mars. Uff... ia tidak tahu apakah ia masih akan hidup setelah pesta dansa nanti. Ia masih berencana membunuh raja.     

Tapi kalau ia tidak dapat menemukan peluang yang baik untuk membunuh Raja Jared, maka ia akan menganggapnya sebagai pertanda bahwa Emmelyn memang harus memenuhi perjanjiannya dengan Mars.     

"Baiklah, boleh juga," kata Emmelyn. [Kalau aku masih hidup.]     

Mars sangat senang mendengar persetujuan Emmelyn. Ia memperhatikan bagaimana gadis itu dengan sigap mengikat ranting-ranting itu dengan tali membuat jerat yang siap digunakan.     

"Ah, sudah beres," kata Emmelyn tidak lama kemudian. Ia menyerahkan tiga buah jerat kepada Mars dan memberinya perintah untuk menaruh jerat itu di tempat yang strategis. "Kau cari lubang di tanah yang biasanya menjadi tempat sembunyi kelinci. Kau taruh jerat ini di dekatnya, dan tutupi dengan daun-daun kering."     

"Itu saja? Kau tidak menaruh umpan di atasnya atau bagaimana?" tanya Mars.     

"Tentu saja," kata Emmelyn. Ia mengeluarkan dua buah wortel dari saku mantelnya dan memberikan satu kepada Mars. "Patahkan saja wortel ini dan taruh potongannya di atas daun-daun yang menutupi jerat ini. Kurasa satu wortel sudah cukup untuk tiga jerat."     

"Baiklah."     

Dengan senang hati, Mars menerima wortel dan ketiga jerat itu dari Emmelyn. Ia lalu berjalan berkeliling mencari lubang kecil untuk memasang jeratnya. Sementara Emmelyn sendiri ikut memasang jeratnya di beberapa lubang kelinci di arah yang berlawanan dari Mars.     

"Sudah selesai," kata Emmelyn dengan gembira. Ia menepuk-nepuk kedua tangannya dengan ekspresi puas.     

Hanya perlu waktu satu jam untuk menyiapkan jerat dan memasangnya. Sekarang, mereka dapat melanjutkan jalan-jalan mereka dan nanti kembali ke sini untuk menangkap hewan jeratan mereka.     

Ia lalu menyimpan pisaunya ke dalam mantelnya dan kembali menaiki kudanya. "Ayo jalan-jalan lagi."     

Mars mengangguk. Ia juga menaiki kudanya dan segera memajukan kudanya untuk berjalan di samping kuda Emmelyn. Keduanya berjalan beriringan sambil menikmati pemandangan.     

Sebenarnya pemandangan di musim gugur seperti ini sangat biasa dialami oleh Mars. Ia tidak pernah memperhatikan tanaman-tanaman di sekitarnya dan daun-daun yang menumpuk di tanah saat ia melewati hutan ini.     

Namun, entah kenapa, hari ini semuanya terlihat indah di matanya. Ia bahkan baru menyadari bahwa di pinggir hutan ini ada sebuah telaga kecil. Selama ini, ia hanya tahu bahwa di tengah-tengah hutan ini dilewati oleh sebuah sungai yang mengalir hingga ke balik bukit.     

Ahh.. betapa banyak yang ia lewatkan. Mumpung suasana hati Emmelyn terlihat sedang sangat baik, Mars memutuskan hendak menanyakan kepada Emmelyn apa-apa saja yang pernah ia lakukan selama ia berada di luar sana.     

"Kau bilang, kau pernah ke Atlantea," kata Mars saat mereka memutuskan untuk berhenti di tepi telaga itu dan menambatkan kuda mereka. "Apa persamaan dan perbedaan antara benua itu dengan benua kita?"     

Emmelyn mengeluarkan sebuah tempat minuman dari balik mantelnya dan membuka tutupnya sebelum menjawab pertanyaan Mars. "Hmm... di sana orangnya berbagai macam. Aku melihat orang-orang yang warna kulitnya berbeda dari kita. Sebagian ada yang berkulit kuning, dan ada yang berkulit hitam."     

"Oh, ya?" Mars tampak sangat tertarik mendengarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.