Pangeran Yang Dikutuk

Bunga Wintermere



Bunga Wintermere

0Mars dan Emmelyn berdiri tegak di depan pintu, menunggu kedatangan sang ajudan bersama dua kuda untuk mereka dan beberapa prajurit untuk mengawal perjalanan mereka.     

Ketika Emmelyn melihat dua puluh prajurit di atas kuda mereka, gadis itu mengerutkan keningnya dan menatap Mars keheranan.     

"Apa kita perlu membawa sirkus sebanyak ini?" tanyanya.     

"Sirkus?" Mars bertanya keheranan. Ia belum pernah melihat sirkus sebelumnya, sehingga tidak tahu apa yang dimaksud Emmelyn.     

Gadis itu beberapa kali melihat rombongan penghibur keliling itu di Atlantea dan segera menggunakannya sebagai rujukan.     

Saat ia menyadari bahwa Mars tidak mengerti maksudnya, Emmelyn buru-buru mendeham dan menggeleng. "Lupakan saja."     

"Baiklah..." jawab Mars, walaupun ia masih bertanya-tanya apa yang dimaksud Emmelyn dengan sirkus barusan.     

Saat Emmelyn melihat wajahnya yang bingung, gadis itu menghela napas.     

"Maksudku.. aku hanya ingin berjalan-jalan berdua denganmu," kata Emmelyn. Ia lalu menunjuk 20 prajurit itu dan menggeleng. "Tidak bersama mereka."     

[Ahh... Emmelyn hanya ingin berduaan denganku?]     

[Sungguh sangat menyenangkan.]     

[Eh.. tunggu dulu. Bagaimana kalau ia sengaja ingin menjauhkanku dari kastil dan para prajuritku dan hendak membunuhku?]     

[Astaga.. kenapa aku bisa berpikiran sejauh itu? Bukankah Em hanya seorang gadis lemah? Hmm.. bukan, maksudku dia bukan gadis lemah. Dia cukup pandai bermain pedang. Tetapi rasanya dia tidak akan dapat menyakitiku dengan kemampuannya itu.]     

[Mars, keterlaluan sekali kau. Kenapa takut sama wanita kecil ini?]     

Mars menggeleng-gelengkan kepalanya saat ia mengambil keputusan setelah berdebat dengan dirinya sendiri. Rasanya ia terlalu banyak berpikir setiap kali ia bersama Emmelyn.     

"Kau ini kenapa?" tanya Emmelyn yang menganggap pangeran satu ini memang sangat aneh. Ia tadi melihat ekspresi Mars yang berubah-ubah dan hal ini membuat Emmelyn berpendapat bahwa orang-orang di Draec memang aneh.     

"Tidak apa-apa," kata Mars. "Aku setuju."     

Ia lalu mengangkat tangannya dan memberi tanda agar para prajuritnya menyingkir. Dengan patuh kedua puluh prajurit itu segera mundur dan menghilang ke samping kastil. Tinggallah Mars dan Emmelyn dengan dua kuda mereka.     

"Sini kubantu," kata Mars sambil mengulurkan tangannya kepada Emmelyn. Gadis itu sebenarnya bisa dengan mudah naik sendiri ke punggung kudanya, dan selalu mengejek para lelaki yang menawarkan bantuan kepadanya untuk naik kuda.     

Ia adalah seorang gadis yang tangguh dan biasa berkuda sendiri. Ia bahkan sudah bertualang ke benua lain dan baik-baik saja.     

Namun, melihat sikap tulus lelaki di depannya ini yang tampak benar-benar memperhatikannya dan ingin membantunya, Emmelyn tidak tega untuk menolak. Ia hanya mengangguk dan mengulurkan tangannya kepada Mars.     

Dengan sigap ia melompat naik ke atas punggung kudanya yang berwarna cokelat keemasan, sambil bertumpu pada tangan sang pangeran.     

Setelah memastikan Emmelyn naik dan duduk dengan baik di atas kudanya, barulah Mars juga naik ke kudanya sendiri. Pria itu mengendarai kuda kesayangannya yang berwarna hitam kelam dan bersurai panjang.     

Ia selalu bersama kuda ini kemana-mana dan hubungan mereka sudah sangat dekat. Mars tidak akan pernah pergi kemana pun tanpa kuda ini bersamanya. Tidak terhitung juga sudah berapa kali kuda ini menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran.     

"Ayo, Snow, kita berangkat," kata Mars sambil menepuk kudanya dengan lembut.     

"Snow? Snow itu artinya Salju, kan?" tanya Emmelyn keheranan. "Kudamu namanya Snow? Aku tidak pernah melihat salju berwarna hitam."     

Ia bertanya sambil menepuk kudanya agar berjalan santai di samping Mars. Kedua hewan itu tampaknya saling mengenal dengan baik, sebab mereka segera tampak berjalan dengan akrab bersama-sama.     

"Namanya Snow bukan warnanya putih seperti salju," kata Mars menjelaskan dengan sabar. "Ia sangat menyukai salju. Setiap musim dingin ia suka sekali bermain salju. Karena itulah aku menyebutnya Snow."     

"Oh.."     

[Kudanya juga aneh. Sama saja dengan pemiliknya.]     

[Ahh.. orang-orang di Draec ini memang aneh.]     

Emmelyn tidak berkata apa-apa lagi. Ia menikmati jalan-jalan mereka keluar kastil. Udara tidak terlalu terasa dingin karena tidak ada angin dan mereka juga mengenakan mantel yang cukup tebal.     

Pemandangan di luar terlihat sangat indah karena pohon-pohon sudah dipenuhi dedaunan berwarna oranye dan kuning.     

Banyak sekali daun-daun jatuh yang memenuhi tanah. Beberapa tanaman bunga berwarna kuning masih terlihat dengan bunga-bunganya di sepanjang jalan yang mereka lalui.     

"Itu memang bunga musim gugur," kata Mars menjelaskan. "Namanya Aryeri. Kurasa tidak ada di kerajaan lain. Hanya tumbuh di kerajaan kami."     

"Oh... sama seperti bunga wintermere," kata Emmelyn. "Bunganya justru berbunga di musim dingin saat tanaman lain mati karena salju. Kurasa juga bunga itu hanya ada di wintermere."     

"Oh ya? Apakah karena itu kerajaan kalian disebut Wintermere?" tanya Mars dengan tertarik. "Aku baru tahu."     

Emmelyn mengangguk. "Benar. Entahlah.. nenek moyang kami tidak terlalu kreatif dalam hal memberikan nama. Jadi mereka menamai kerajaan kami dari bunga khasnya."     

"Seperti apa bentuk bunganya?" tanya Mars lagi.     

"Bentuknya kecil, seukuran koin, dan hanya memiliki empat kelopak," kata Emmelyn. Ia meraba pakaiannya. "Kurasa aku punya gambarnya."     

Mars sangat terkejut ketika melihat Emmelyn mengeluarkan sebuah pisau yang dibungkus sarung dari balik pakaian gadis itu.     

[Astaga.. rupanya benar dia akan mencoba membunuhku...]     

Emmelyn melihat perubahan ekspresi sang pangeran dan menyipitkan matanya dengan tatapan berbahaya. "Kenapa kau melihatku dengan pandangan seperti itu?"     

Mars tidak menjawab. Ia menatap ke arah pisau dalam genggaman tangan Emmelyn dan wajah gadis itu bergantian.     

Apakah Emmelyn benar-benar senekat itu hendak membunuh pangeran putra mahkota kerajaan Draec?     

"Hei! Kau kenapa???" Emmelyn melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Mars yang tampak tertegun kaget melihat pisaunya. "Kau belum pernah melihat pisau sebelumnya? Kok tingkahmu kampungan sekali?"     

Mars menggeleng, ia lalu bertanya kepada Emmelyn dengan nada suara yang sangat bersungguh-sungguh. "Kenapa kau mengeluarkan pisau?"     

Emmelyn lalu menghunus pisaunya dan menunjukkannya kepada Mars. "Aku kan sudah bilang aku akan menunjukkan bunga wintermere kepadamu."     

Barulah Mars mendesah lega. Ia mendekatkan wajahnya untuk melihat gagang pisau itu, dan kemudian ia mengerti maksud Emmelyn.     

Di gagang pisau yang dipedang Emmelyn, Mars melihat ukiran kecil sebuah bunga dengan empat kelopak. Bentuknya sangat sederhana.     

Inikah bunga wintermere itu?     

"Jadi, bunga ini hanya tumbuh di Wintermere?" tanya Mars kemudian. Ia menatap Emmelyn dengan penuh perhatian.     

Emmelyn mengangguk. "Benar. Aku tidak keberatan menghadapi musim dingin di Wintermere karena aku bisa melihat bunga ini. Mereka tampak indah sekali. Di sini musim dinginnya pasti sangat membosankan."     

Mars tidak dapat membantah kata-kata Emmelyn. Ia sebenarnya menganggap musim dingin tidak ada bedanya dengan musim apa pun. Ia masih tetap dapat bekerja, berlatih, dan melakukan banyak hal. Tetapi, mungkin berbeda halnya dengan Emmelyn.     

Gadis itu sepertinya tidak menyukai musim dingin dan salju. Mendengar Emmelyn membicarakan Wintermere dengan mata berbinar-binar, hati Mars terasa ditusuk sembilu.     

Ia ingin sekali membawa Emmelyn ke Wintermere... tetapi sayangnya, ia tidak bisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.