Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Dan Penyihir



Emmelyn Dan Penyihir

0"Oh.. kau mengenal bunga ini?" tanya Emmelyn keheranan.     

Bunga wintermere yang terukir di gagang pisaunya adalah bunga khas daerahnya dan diambil menjadi nama kerajaan Wintermere.     

Bentuknya kecil seukuran koin dengan empat kelopak dan berwarna putih. Bunga ini hanya tumbuh di Wintermere dan mekar di musim dingin sehingga sering disebut sebagai bunga salju.     

Orang yang belum pernah ke Wintermere tidak akan tahu bahwa ada bunga seperti ini.     

Karenanya, Emmelyn merasa terkejut karena Nyonya Adler mengenali bunga di gagang pisaunya. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah wanita tua itu pernah ke daerahnya.     

"Kau pernah ke Wintermere?" tanya Emmelyn sekali lagi. Nyonya Adler mengangguk.     

"Benar. Aku tinggal di dekat pantai, di kawasan Teluk Paus Putih," jawab wanita tua itu.     

"Ohh..." Emmelyn seketika menekap bibirnya. Air mata perlahan menetes ke pipinya.     

Ia sangat mengela kawasan Teluk Paus Putih. Itu adalah salah satu tempat favoritnya di seluruh Wintermere!     

Oh, betapa Emmelyn sangat merindukan tempat itu...     

"Kau tinggal di Teluk Paus Putih? Astaga... Apa yang membawamu jauh-jauh ke Draec?" tanya Emmelyn dengan suara bergetar.     

Ia sama sekali tidak menduga di tempat yang begini jauh dari kampung halamannya, ia dapat bertemu dengan orang yang sama-sama berasal dari tanah kelahirannya. Perasaannya kepada Nyonya Adler seketika berubah menjadi lebih hangat.     

Wanita tua itu menaruh tehnya di lantai dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling pondoknya. Ia lalu menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Emmelyn.     

"Aku kemari untuk mengurusi kakakku yang sudah tua dan sakit-sakitan," kata Nyonya Adler. "Aku berutang budi kepadanya karena ia yang merawatku sejak kecil ketika orang tua kami meninggal dunia. Sayangnya, obat-obatan yang kubuat tidak dapat membantunya dan ia meninggal musim panas yang lalu. Sampai aku masih memikirkan cara untuk kembali ke Wintermere."     

"Oh.. aku turut berduka atas kematian kakakmu," kata Emmelyn. Ia mengerti kenapa pondok ini terlihat sangat biasa. Rupanya ini adalah rumah kakak Nyonya Adler. "Kenapa tidak bisa pulang ke Wintermere?"     

Nyonya Adler mengangkat bahu. "Kesehatanku sendiri sudah tidak baik. Aku takut kalau aku memaksakan diri menempuh perjalanan sejauh itu sendirian, aku tidak akan pernah tiba."     

"Oh..." Emmelyn mengangguk-angguk. Ia melihat Nyonya Adler memang terlihat lemah dari caranya berjalan yang terpincang-pincang. Ia menebak wanita itu kemungkinan sudah berusia enam puluh tahunan.     

Emmelyn sendiri kemarin membutuhkan waktu dua bulan perjalanan untuk mencapai ibukota kerajaan Draec, melintasi sepuluh kerajaan kecil. Ia dapat membayangkan Nyonya Adler tentu akan membutuhkan waktu lebih lama.     

"Apakah kau masih memiliki keluarga di Wintermere?" tanya Emmelyn lagi. "Kalau aku kembali ke sana, aku akan menyampaikan pesanmu untuk mereka."     

"Ah.. apakah kau bersedia?" Wajah Nyonya Adler seketika tampak berseri-seri. Ia tampak memikirkan sesuatu dan kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah beberapa peti yang ada di samping dipan tempat tidur.     

Ia lalu mengeluarkan sebuah boneka kecil yang terbuat dari kain perca. Dengan wajah tersenyum, Nyonya Adler menyerahkan boneka itu ke tangan Emmelyn.     

"Tolong berikan boneka ini kepada Loreina..." Nyonya Adler tampak bernostalgia saat melihat boneka itu. "Loreina adalah anak tetanggaku di Teluk Paus Putih. Ia adalah anak nelayan yang sering menemaniku mencari kerang di pantai. Kau akan dapat menemukannya bermain di pantai. Semua orang di sana mengenal Loreina."     

"Oh... baiklah. Aku akan membawanya dan memberikannya kepada Loreina," kata Emmelyn sambil mengangguk. Ia menyimpan boneka itu di balik pakaiannya dan kemudian mengambil kotak kayu berisi apple pie yang dibawanya dari kastil.     

"Aku juga membawa apple pie untuk nenek. Sebagai tanda permintaan maafku," kata Emmelyn. Ia membuka kotak kayunya dan menunjukkan isinya kepada Nyonya Adler. Wanita tua itu menekap bibirnya dengan ekspresi terkejut tetapi senang.     

"Ahhh... apakah ini apple pie khas Wintermere?" tanyanya dengan mata berseri-seri. "Aku sudah lama tidak memakannya."     

Emmelyn mengangguk. "Mereka memiliki bahan makanan yang lengkap di kastil putra mahkota dan aku bisa meminta juru masak membuatkan pie seperti yang kuinginkan."     

"Hmm... ini enak. Terima kasih," kata Nyonya Adler setelah ia mengambil sepotong pie dan menikmatinya. Wajahnya yang tua dan keriput terlihat senang sekali.     

"Nenek bilang kalau nenek ke sini untuk merawat kakakmu yang sakit. Apakah nenek memang ahli obat-obatan?" tanya Emmelyn setelah mereka menikmati teh dan pie selama beberapa saat.     

Dadanya terasa dipenuhi kehangatan. Ia tidak mengira rasanya akan sesenang ini bisa bertemu dengan orang dari kampung halamannya sendiri.     

Ahh, seandainya ia tahu, ia akan mengunjungi Nyonya Adler lebih sering.     

Ini lebih baik daripada terkurung di kastil dan merasa bosan sendirian.     

Hmm... mungkin nanti kalau Mars sudah pulang, Emmelyn tetap bisa datang ke sini. Bukankah Mars mengatakan Emmelyn boleh pergi ke mana saja asalkan ia memberi tahu Mars terlebih dahulu?     

Rasanya tidak ada alasan bagi Mars untuk melarangnya. Nyonya Adler hanyalah wanita tua, penyihir desa biasa yang mahir pengobatan. Setidaknya, itu yang ditangkap Emmelyn dari penjelasan Nyonya Adler.     

Wanita tua itu mengangguk. "Benar. Aku pernah menjadi asisten seorang penyihir saat aku masih muda di Wintermere. Ia memiliki beberapa murid yang sakti dan mampu melakukan berbagai hal hebat. Tetapi hanya aku yang diwarisinya ketrampilan meracik obat dan meramal."     

"Oh... hal hebat apa yang bisa dilakukan oleh para penyihir lain itu?" tanya Emmelyn keheranan. "Apakah mereka bisa merapal mantra?"     

"Benar. Mereka bisa merapal mantra dan membunuh orang dari jarak jauh...." kata Nyonya Adler. "Sangat mengerikan. Tidak ada yang berani mengganggu kami walaupun kami semua adalah perempuan."     

"Uf... kedengarannya mengerikan," kata Emmelyn. "Apakah mereka penyihir jahat?"     

Nyonya Adler tertawa kecil saat mendengar pertanyaan Emmelyn. "Tidak. Mereka sangat baik. Sayangnya kami berpisah saat mereka memutuskan untuk pergi ke benua Atlantea. Aku sudah puluhan tahun tidak bertemu dengan mereka."     

Emmelyn tahu Atlantea adalah benua yang terletak di seberang lautan. Ia pernah bertualang ke sana selama setahun bersama gurunya. Saat ia kembali, keluarganya dan seisi istana Wintermere telah musnah.     

"Aku pernah ke Atlantea. Di sana luas sekali," komentar Emmelyn. "Rasanya akan sulit menemukan mereka kecuali kau tahu pasti di mana mereka tinggal."     

"Yah.. aku selalu tinggal di Teluk Paus Putih selama puluhan tahun, agar suatu saat nanti, jika mereka kembali, mereka akan dapat menemukanku. Tetapi mereka tidak pernah datang," kata Nyonya Adler. Ia lalu menghela napas panjang. "Mungkin sekarang mereka sudah mati. Aku tidak dapat membaca keberadaan mereka."     

"Uhm.. kau bilang, kau memiliki kemampuan pengobatan dan meramal..." Emmelyn kemudian teringat tujuannya datang ke pondok ini.     

Ia ingin menanyakan dengan lebih lengkap tentang ramalan penyihir tua itu tentang dirinya dan nasib kutukan Mars.     

"Benar," kata Nyonya Adler. "Kau ke sini hendak menanyakan tentang masa depanmu?"     

Emmelyn mengangguk lemah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.