Pangeran Yang Dikutuk

Kau Hanya Bisa Mendapatkan Anak Dariku



Kau Hanya Bisa Mendapatkan Anak Dariku

0"Baiklah..." kata Emmelyn dengan patuh. "Aku tidak akan minum wine banyak di depan orang lain."     

"Bagus," kata Mars sambil mendesah lega.     

Ia berusaha keras menahan diri agar tidak menyetubuhi Emmelyn di sana saat itu juga.     

Bagaimanapun mereka ada di ruang makan dan para pelayan berkeliaran di balik pintu, siap menghidangkan minuman lagi ataupun makanan untuk makan malam.     

Setelah ciuman kejutan tadi, suasana di ruang makan berubah menjadi agak aneh. Emmelyn duduk di kursinya dengan sikap kaku. Ia tidak tahu kenapa tadi ia spontan mencium Mars. Ia belum pernah melakukan hal itu sebelumnya.     

Astaga... Emmelyn benar-benar merasa terharu. Kini, pandangannya terhadap pria itu menjadi berubah.     

Mungkin ia benar-benar merasa tersentuh karena Mars dengan tegas menyatakan tidak akan menyentuh perempuan lain hanya untuk mengetahui apakah ia bebas dari kutukan atau tidak.     

Itu artinya... ia membiarkan dirinya terjebak bersama Emmelyn sampai...     

Sampai kontrak mereka terpenuhi.     

Begitu Emmelyn melahirkan anak ketiga untuk sang pangeran.. maka hubungan di antara mereka akan berakhir.     

Emmelyn akan kembali pada kehidupannya yang bebas dan penuh petualangan. Ah.. ia juga akan pulang ke Wintermere dan memulai hidup baru.     

Mars mungkin akan sudah menjadi raja Draec dan membesarkan ketiga anak mereka sendirian.. atau dengan bantuan ibunya.     

Atau.. seperti yang ia katakan, mungkin nanti ia akan mencari wanita penurut untuk dijadikan istri yang akan menjadi ratu Draec, sekaligus mengurusi anak-anaknya. Mars tidak harus menyentuh perempuan itu. Mereka dapat menjadi suami istri nominal, hanya demi status.     

Ahh.. kenapa Emmelyn benar-benar tidak mau membayangkan hal itu?     

Bukankah itu yang ia inginkan selama ini? Ia malah ingin mencari penyihir untuk membantunya agar dapat hamil kembar dua atau tiga sekaligus agar kewajiabannya segera terpenuhi dan kontrak mereka akan segera berakhir....     

Namun, kenapa membayangkan hal itu justru membuat Emmelyn resah? Apakah keinginannya sudah berubah?     

"Aku akan meminta Roshan membawakan cangkir yang baru," kata Mars setelah berdeham menenangkan dadanya yang berdebar keras.     

Ia mengetuk meja dua kali dan tidak lama kemudian Roshan muncul bersama seorang pelayan. Mars segera menunjuk cangkir Emmelyn yang tadi dijatuhkannya ke lantai. "Tolong bereskan lantainya dan bawakan satu cangkir baru."     

Roshan memberi isyarat kepada pelayan di sampingnya yang buru-buru membersihkan lantai yang ditumpahi wine dan membawa cangkir gadis itu untuk dibersihkan. Sementara itu, Roshan yang pergi keluar, telah kembali dengan cangkir baru untuk Emmelyn.     

Dengan sigap ia menuangkan wine ke cangkir itu dan menyerahkannya kepada Emmelyn. "Silakan, yang mulia."     

Emmelyn mengangguk dan kembali menyesap wine-nya. Roshan dan pelayan membungkuk hormat dan kembali mengundurkan diri.     

Tinggallah Emmelyn dan Mars berdua di ruang makan dengan cangkir wine di tangan masing-masing.     

Mars memfokuskan seluruh perhatiannya kepada wine di tangannya. Ia berusaha tidak melihat ke arah Emmelyn karena seluruh tubuhnya masih tegang akibat rangsangan tadi saat mereka berciuman.     

Emmelyn juga tidak melihat ke arah Mars. Ia masih merasa malu karena tadi mengambil inisiatif mencium pria itu. Ia bertanya-tanya apa yang dipikirkan Mars tentang perbuatannya tadi..     

Apakah Mars menganggapnya sebagai perempuan agresif atau gampangan?     

"Kurasa aku sudah minum terlalu banyak," kata Emmelyn akhirnya sambil menaruh cangkirnya di meja.     

Ia telah berkutat begitu lama dengan pikirannya dan ia merasa harus memberikan penjelasan kenapa tadi ia mencium Mars.     

Ia akan menggunakan alasan bahwa wine telah mempengaruhi pikiran sehatnya sehingga tadi ia secara impulsif mencium pria itu.     

Ya.. itu lebih masuk akal.     

"Begitu, ya?" tanya Mars, masih tidak mau melihat ke arah Emmelyn. "Kurasa aku juga sudah selesai minum wine. Perasaanku sudah lebih tenang."     

"Aku mau beristirahat dulu sebelum makan malam," kata Emmelyn sambil bangkit berdiri dari kursinya. "Rasanya aku capek sekali."     

"Hmm.. aku juga," kata Mars. Ia menaruh cangkirnya yang masih berisi banyak wine dan berdiri. Ia berjalan mengikuti Emmelyn yang melangkah keluar ruang makan menuju ke tangga dan naik ke lantai tiga.     

Keduanya sama sekali tidak berkata apa-apa di sepanjang perjalanan menyusuri tangga dan melintasi koridor di lantai tiga menuju kamar Emmelyn.     

Mars membuka pintu dan membiarkan Emmelyn masuk sebelum ia menyusul masuk dan menutup pintu di belakangnya. Saat ia berbalik, Mars menemukan Emmelyn berdiri di depannya, memperhatikannya menutup pintu barusan dengan pandangan aneh.     

"Ada apa?" tanya Mars. "Kau mau beristirahat, kan?"     

"Kau juga tadi katanya mau beristirahat..." kata Emmelyn. "Kenapa hanya berdiri saja di situ?"     

"Aku barusan menutup pintu," kata Mars. "Kau juga kenapa berdiri di situ?"     

"Aku menunggumu," kata Emmelyn.     

"Menungguku? Untuk apa?" tanya Mars keheranan.     

Emmelyn tidak menjawab. Ia mengerucutkan bibirnya dan segera berjalan ke tempat tidur dan membanting tubuhnya ke atas ranjang.     

Mars memijat keningnya. Ia lalu berjalan ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di samping tubuh Emmelyn.     

Tubuh bagian bawahnya terasa sangat tidak nyaman dan ia merasa perlu waktu untuk menenangkan diri.     

Pria itu memejamkan mata dan berusaha meredakan napasnya. Namun, upayanya sia-sia saja. Ah, Mars seharusnya kau lebih tahu, omelnya kepada diri sendiri.     

Wangi tubuh Emmelyn yang khas dari sampingnya membuat debaran di dadanya justru menjadi semakin kencang.     

Akhirnya ia membuka matanya dan memutar tubuhnya menghadap gadis itu.     

"Kau tadi menciumku," kata pria itu tiba-tiba. Sepasang matanya yang keemasan menatap ke wajah cantik gadis yang berbaring di sampingnya itu. Emmelyn tidak menjawab.     

"Apakah kau menyukaiku?" tanya Mars tanpa tedeng aling-aling.     

Emmelyn menghadap ke arahnya dan menatap laki-laki itu dengan penuh perhatian. Akhirnya ia mengangguk. "Aku menyukai keputusanmu yang tidak ingin mengorbankan wanita tidak bersalah untuk mencari tahu status kutukanmu..."     

DEG!     

Rasanya hati Mars begitu hangat saat mendengar jawaban Emmelyn. Ternyata gadis itu memperhatikan keputusan yang diambilnya. Emmelyn menghargai bahwa Mars tidak ingin mengakibatkan jatuhnya korban lagi.     

Ini berarti.. Emmelyn menaruh perhatian kepadanya.     

Pria itu tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih."     

Emmelyn menatap Mars lekat-lekat. "Tapi itu berarti.. kau tidak akan pernah tahu."     

"Itu benar," kata Mars, mengiyakan kata-kata Emmelyn.     

"Kau akan terjebak dalan kondisimu seperti sekarang sampai entah kapan..." kata Emmelyn lagi. "Kau hanya bisa menyentuhku.."     

"Aku tidak keberatan," jawab Mars.     

"Kau hanya bisa mendapatkan anak-anak dariku..." Emmelyn melanjutkan.     

Sepasang matanya mulai meredup karena terpesona saat melihat ke dua mata keemasan yang menghiasi wajah tampan di depannya. Ahh.. kenapa rasanya ia seolah tenggelam dalam kedua mata indah itu?     

"Aku tahu," kata Mars. Ia mengangkat tangannya dan mengusap rambut Emmelyn yang tergerai indah. Ia lalu memajukan wajahnya dan sesaat kemudian sudah melumat bibir merah gadis itu dengan rakus.     

Ia sudah tidak tahan lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.