Pangeran Yang Dikutuk

Apakah Acara Minum Tehnya Batal?



Apakah Acara Minum Tehnya Batal?

0"Siapa kau?"     

Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dari belakang Emmelyn. Dengan segera gadis itu menoleh dan mencari tahu siapa yang memanggilnya barusan.     

Di belakangnya berdiri seorang wanita anggun berusia 40-an yang mengenakan gaun indah berwarna biru tua dengan mantel kulit berwarna cokelat. Wanita ini terlihat baru tiba dari luar. Siapakah dia? Salah satu dayang sang ratu?     

Wajah wanita ini tidak cantik tetapi ia terlihat sangat cerdas. Rambutnya yang keriting berwarna hitam disanggul di atas kepalanya dan ia mengenakan sangat banyak perhiasan di tubuhnya.     

Entah kenapa Emmelyn langsung tidak suka kepada wanita ini. Sikapnya tampak begitu arogan, seolah dialah ratu di istana ini. Bahkan Ratu Elara saja tidak angkuh begini tingkahnya, pikir Emmelyn.     

"Namaku Emmelyn. Kau siapa?" tanya Emmelyn dengan sikap sama sekali tidak terintimidasi. Ia sering melihat wanita bangsawan seperti wanita di depannya ini berada di sekitar ibunya dulu.     

Mereka adalah istri para pejabat atau bangsawan yang menganggap mereka lebih baik dari orang lain hanya karena darah birunya.     

Lagipula, Emmelyn sendiri adalah seorang putri. Ia bukan seorang wanita biasa dari kalangan bawah yang mudah diintimidasi oleh wanita lain.     

"Ahh.. rupanya ini wanita yang dibicarakan Yang Mulia Ratu," kata wanita itu sambil tersenyum. Sepasang matanya menyipit dan walaupun bibirnya tersenyum matanya sama sekali tidak tampak ramah. Sikapnya begitu dingin dan merendahkan. "Namaku Lady Preston. Aku adalah salah satu dayang baginda ratu."     

"Hmm.." Emmelyn hanya mengangguk dan kembali meneruskan menikmati teh dan kue-kuenya. Emmelyn adalah orang yang sangat sederhana.     

Jika orang yang baru ditemuinya memperlakukannya dengan baik, maka ia juga akan baik kepada mereka. Tetapi jika mereka bersikap sombong dan merendahkannya, maka ia pun akan berbuat serupa.     

Lady Preston tampak tidak suka melihat sikap Emmelyn yang dianggapnya tidak sopan. Bagaimanapun ia lebih tua dan merasa seharusnya gadis itu membungkuk hormat kepadanya, mengingat ia adalah seorang wanita bangsawan yang cukup dekat dengan ratu.     

"Ada apa ini?" Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari belakang Lady Preston.     

Tidak lama kemudian muncullah seorang wanita sangat cantik dengan rambut pirang yang ditata dengan cantik dan pakaian indah berwaran merah jambu.     

Entah kenapa rasanya Emmelyn pernah melihat wanita ini. Ia mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ingat. Di mana ia pernah bertemu wanita itu?     

"Oh.. Lady Athibaud, apa kau dengar barusan Ratu Elara jatuh sakit dan harus dibawa ke kamarnya oleh putra mahkota?" tanya Lady Preston kepada wanita yang baru datang. "Aku mendengar barusan dari para pelayan."     

Aha. Sekarang Emmelyn ingat di mana ia pernah melihat wanita cantik yang baru datang itu.     

Rupanya ini adalah ibu Gewen, si jenderal mesum yang menggoda Emmelyn di lapangan. Pantas saja wajahnya terasa tidak asing.     

"Oh.. aku tidak tahu? Tadi pagi saat kami bertemu, sang ratu masih baik-baik saja," kata Lady Athibaud. Ia menyipitkan mata dan menatap Emmelyn, baru menyadari keberadaan gadis itu di ruangan pribadi sang ratu tempat mereka biasa berkumpul untuk minum teh bersama. "Lady Emmelyn?"     

Lady Athibaud tahu siapa Emmelyn karena tadi pagi Ratu Elara menceritakan rencananya untuk mengundang gadis itu ke istana. Sikap ibunda Gewen ini jauh berbeda dari Lady Preston yang sombong.     

"Selamat sore," Emmelyn membungkuk hormat ala putri bangsawan saat Lady Athibaud menyapanya dengan ramah. Ia sengaja hendak menunjukkan kepada Lady Preston bahwa ia dapat bersikap ramah dan terhormat kepada orang yang ia inginkan.     

"Ah.. selamat sore, Lady Emmelyn. Aku senang bertemu denganmu." Lady Athibaud mendeham. "Kami ke kastil pangeran tadi pagi dan kita tidak sempat bertemu. Namaku Rose Athibaud. Aku senang Yang Mulia Ratu mengundangmu kemari. Tentu membosankan tinggal di kastil pangeran tanpa bertemu para wanita lainnya."     

Lady Athibaud tahu bahwa hampir tidak ada wanita yang boleh berkeliaran di kastil putra mahkota karena kondisinya itu. Karenanya ia menduga Emmelyn tentu kesepian.     

"Aku baru sebulan tinggal di sana," kata Emmelyn. "Aku belum sempat berjalan-jalan keluar kastil."     

"Ahh.. kapan-kapan, kau datanglah berkunjung ke rumah kami. Aku punya dua orang anak perempuan sebayamu. Mereka tentu akan dengan senang hati berteman denganmu," kata Lady Athibaud lagi.     

Mendengar kata-kata temannya, Lady Preston tampak tidak suka. Ia menduga Lady Athibaud sengaja berbaik-baik kepada Emmelyn karena mengira gadis itu adalah calon istri Pangeran Mars, yang nantinya akan menjadi calon ratu Draec.     

'Huh... kau berusaha menjilat dari sekarang agar nanti kau bisa mendapatkan pengaruhnya? Gadis ini tidak pantas menjadi ratu,' omel Lady Preston dalam hati.     

Ia lalu berdeham. "Lady Athibaud terlalu polos. Apakah kau akan membiarkan anak-anak gadismu bergaul dengan orang sembarangan? Kita belum tahu siapa Lady Emmelyn ini. Siapa tahu dia ini bukan gadis baik-baik. Apa kau mau ia membawa pengaruh buruk bagi anak-anakmu?"     

Emmelyn mendelik ke arah Lady Preston yang nyinyir itu dan memutar matanya. Benar-benar wanita sirik, pikirnya.     

Kalau saja tadi Ratu Elara tidak melarangnya untuk membicarakan kehidupannya sebagai 'anak pelacur yang lahir dan dibesarkan di rumah bordil', tentu Emmelyn sudah sengaja membuat Lady Preston muntah darah dengan membahas hal itu.     

"Dengan senang hati aku akan berkunjung, Lady Athibaud," kata Emmelyn sambil tersenyum manis.     

Ia merasa tidak ada salahnya memenuhi undangan Lady Athibaud dan bertemu anak-anak perempuannya.     

Ia akan dapat mencari informasi dan gosip terkini tentang kerajaan Draec yang dapat ia manfaatkan untuk membantu rencana balas dendamnya.     

"Ahh.. bagus. Aku akan mengirimkan undangan ke kastil pangeran. Anakku, Gewen ke sana hampir setiap hari untuk berlatih perang. Mungkin kau pernah bertemu dengannya?" tanya Lady Athibaud lagi.     

Emmelyn batuk-batuk kecil saat mendengar nama Gewen disebut. Ia buru-buru menggeleng polos. "Aku belum pernah bertemu Lord Gewen."     

"Oh... begitu ya? Ahh.. tidak apa-apa. Kau tidak rugi apa-apa kalau tidak bertemu Gewen. Anak itu agak...." Lady Athibaud tidak melanjutkan kata-katanya, melainkan memijat keningnya.     

Ia merasa semua wanita di kerajaan Draec pasti sudah tahu reputasi anak lelakinya sebagai playboy. Sebagai ibu, ia sebenarnya malu dengan kelakuan anaknya.     

Ia sungguh berharap Gewen akan segera bertemu gadis yang baik, lalu menikah dan memiliki banyak anak untuk meneruskan gelar keluarga mereka.     

Lady Athibaud lalu mengalihkan pembicaraan dengan melihat kesana-kemari dan berkomentar. "Apakah pesta minum teh kita batal?"     

"Tidak... tidak ada yang batal." Tiba-tiba terdengar suara lembut Ratu Elara dari arah pintu.     

Wanita cantik itu berjalan anggun dengan berpegangan pada anak lelakinya. Wajahnya tampak agak pucat, tetapi wajahnya tetap menyunggingkan senyuman manis.     

"Maaf, tadi aku sedikit pusing. Sekarang aku sudah baikan. Silakan duduk. Kita bisa mulai acara minum tehnya," kata Ratu Elara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.