Pangeran Yang Dikutuk

Lord Aldrich



Lord Aldrich

0Butuh waktu agak lama bagi Emmelyn untuk menerima kenyataan bahwa ia akan kembali berbagi kamar dengan si brengsek itu. Ia menatap tempat tidurnya yang besar dan seharusnya menjadi miliknya sendiri.     

Ia bahkan belum sempat menikmati kamar ini sendirian. Tadi malam Mars sudah ikut tidur di sini bersamanya dan sekarang, setelah satu hari saja, langsung membatalkan rencananya menyuruh Emmelyn tinggal di kamarnya sendiri.     

Gadis itu memijat keningnya dan mendesah panjang. Hmm.. setidaknya ia bisa melihat sisi baiknya.     

Ia tidak akan kehilangan kamar cantik ini. Ia tidak harus pindah ke kamar lain, melainkan Mars yang akan pindah ke sini.     

Ia sudah mulai terbiasa dengan ranjangnya, sepreinya yang lembut, lantai kayunya yang halus, tirainya yang cantik...     

Ia hanya harus membiasakan diri bertemu laki-laki mesum itu setiap hari.     

Hmm.. tapi ini tidak terlalu buruk juga, kan? pikirnya. Dengan begini, ia tidak terlalu kesepian dan kebosanan. Ia masih ada teman bicara, sehingga ia tidak akan menjadi gila.     

Lagipula... ahhh, bukankah Mars sudah mengatakan bahwa ia tidak akan jatuh cinta kepada Emmelyn?     

Walaupun kata-katanya tadi cukup menyakitkan, tetapi bagi Emmelyn hal itu membuat perasaannya menjadi ringan. Kemarin ia resah memikirkan seandainya Mars benar-benar akan jatuh cinta kepadanya.     

Kalau sampai hal itu terjadi, ia takut sang pangeran akan memaksanya tinggal di Draec dan bersikap posesif terhadapnya.     

Kalau sampai itu terjadi... maka rusaklah semua rencana Emmelyn. Mars mungkin akan membatalkan perjanjian mereka secara sepihak, dan kalau sudah begitu.. Emmelyn bisa apa??     

Maka, setelah mendengar dari mulut Mars sendiri bahwa ia tidak akan jatuh cinta kepada Emmelyn karena perbedaan status mereka yang cukup besar, maka sekarang hati Emmelyn menjadi tenang.     

Ia bisa tinggal di sini dan menjalankan tugasnya hingga selesai.     

Ahh.. benar begitu.     

Lagipula.. Mars tadi menawarkan kepada Emmelyn untuk ikut berlatih pedang bersama pasukannya, kapan pun gadis itu menginginkannya.     

Rupanya laki-laki itu masih ingat bahwa Emmelyn bisa menggunakan pedang dan pernah menyamar sebagai laki-laki selama sebulan di kastil ini tanpa dicurigai.     

Ahh.. tentu saja Emmelyn akan menerima tawaran itu karena ia sudah merindukan berlatih pedang. Lagipula, ia kebosanan tinggal di kastil ini tanpa ada kegiatan yang menyenangkan.     

Ia lalu mencuci mukanya dan berganti pakaian. Penampilannya pagi ini terlihat agak kusut. Mungkin karena tadi malam ia minum terlalu banyak dan sisa-sisa hangover masih tampak di wajahnya.     

Untung saja tadi ia sudah minum sup hangover. Sakit kepalanya kini sudah hampir hilang.     

Emmelyn berjalan dengan langkah ringan dan hati gembira ke ruang makan. Di sana ia menemukan Mars sedang duduk membaca sebuah perkamen. Di meja di depannya telah terhidang sarapan pagi mereka.     

"Selamat pagi," sapa gadis itu.     

"Hmm.. selamat pagi," kata Mars tanpa mengangkat wajahnya untuk memandang Emmelyn. Tampak ia masih sibuk membaca perkamen di tangannya.     

Emmelyn menarik napas panjang, wajahnya tampak tersenyum tipis. Ahhhh... senang sekali rasanya ada teman bicara lagi!     

Ia lalu duduk di seberang Mars dan mulai mengambil makanan ke piringnya. Dua orang pelayan dengan sigap melayani mereka makan pagi. Satu orang menuangkan teh untuknya dan Mars, yang satu lalu mengupas buah dan mengirisnya.     

Dengan satu lambaian tangannya, Emmelyn mengusir mereka kembali ke dapur. Dengan sigap keduanya membungkuk, lalu menghilang di balik pintu.     

"Kau sedang membaca apa? Serius sekali..." tanya Emmelyn sambil menggigit rotinya.     

Barulah Mars mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Emmelyn. "Oh.. ini strategi perang untuk di Southberry. Aku hanya membaca-bacanya untuk nanti membahas dengan jenderalku."     

"Oh..." Emmelyn mengangguk. "Kapan tepatnya kau ke Southberry?"     

Ia harus memastikan tanggal kepergian Mars agar ia bisa mengatur kepergiannya mencari sang penyihir ke Desa Bydell.     

"Empat hari lagi," kata Mars. "Kenapa? Kau mau ikut?"     

Emmelyn buru-buru menggeleng. "Tidak. Aku ada urusan di sekitar sini."     

"Kalau kau mau ikut, kau bisa menyamar menjadi pelayanku lagi," kata Mars sambil menaruh perkamennya di meja dan mulai makan, mengikuti Emmelyn.     

"Tidak, terima kasih," kata Emmelyn.     

Ia tidak dapat mempercayai laki-laki ini untuk tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.     

"Baiklah. Terserahmu saja. Southberry sangat indah, lho.. kau juga bisa bepergian keluar kastil bersamaku. Siapa tahu kau bosan tinggal di sini terus."     

"Sudah kubilang aku ini sibuk," jawab Emmelyn sambil memutar matanya.     

"Baiklah, aku percaya," kata Mars akhirnnya, menyerah.     

Mereka lalu makan tanpa bicara apa-apa lagi. Setelah mereka selesai sarapan, Roshan datang menghampiri Mars dan memberi laporan.     

"Yang Mulia, saya sudah menyiapkan pakaian yang Anda minta. Saya sudah menaruhnya di kamar Lady Emmelyn," kata lelaki itu dengan hormat.     

"Hm.. terima kasih, Roshan." Sebelum sang kepala pelayan permisi keluar, Mars menjentikkan jarinya dan memberi perintah baru. "Oh, ya.. tolong pindahkan barang-barang pribadiku ke kamar Lady Emmelyn. Mulai hari ini aku akan tinggal di sana."     

Roshan berdiri terpaku di tempatnya selama beberapa saat. Ia tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri.     

Jadi... kemarin itu maksudnya apa? Lady Emmelyn disuruh pindah ke kamarnya sendiri, hanya untuk sang pangeran menyusul pindah sehari kemudian?     

Apakah waktu itu pangeran dan kekasihnya ini bertengkar sehingga mereka memutuskan untuk pisah kamar, dan kemudian mereka berbaikan sehingga sekarang mereka kembali tinggal bersama?     

Lalu, kenapa Pangeran Mars yang pindah ke kamar Lady Emmelyn? Bukankah kamarnya itu feminin sekali? Kenapa bukan Lady Emmelyn yang pindah kembali ke kamar pangeran?     

Roshan benar-benar tidak mengerti jalan pikiran bangsawan.     

Sungguh penuh intrik, pikirnya.     

Namun, sebagai kepala pelayan profesional, Roshan tidak menunjukkan isi hatinya di wajahnya. Ia tetap terlihat tenang dan tidak bingung.     

"Baik, Yang Mulia." Setelah membungkuk hormat, ia pun keluar dari ruang makan.     

***     

Emmelyn mematut dirinya di depan cermin dan mendesah gembira. Pakaian laki-laki yang disiapkan Roshan ternyata sangat pas di tubuhnya. Setelah mengikat rambutnya dengan kain hitam, Emmelyn terlihat seperti laki-laki muda yang tampan.     

"Apa tidak sakit?" tanya Mars sambil menunjuk dada Emmelyn yang rata.     

"Tidak, aku sudah biasa," kata Emmelyn tanpa menoleh. Ia tahu apa yang dimaksud dengan pertanyaan Mars barusan.     

Laki-laki itu ingin tahu apakah Emmelyn merasa tidak nyaman dengan mengikatkan kain di sekeliling dadanya untuk membuatnya terlihat rata.     

"Korset, itu baru menyakitkan," kata Emmelyn sambil mengernyitkan kening membayangkan benda mengerikan itu.     

"Baiklah. Kau sudah siap?" tanya Mars. "Aku akan memperkenalkanmu sebagai utusan dari Glendale yang datang berkunjung selama seminggu."     

"Aku sudah siap," kata Emmelyn.     

Untuk mencegah agar Emmelyn tidak ditindas oleh prajuritnya, Mars tidak mengizinkan gadis itu menyamar sebagai laki-laki miskin atau pelayan biasa. Ia akan disebut sebagai Lord Aldrich, anak seorang pejabat tinggi di Glendale, salah satu koloni Draec.     

"Baiklah. Lord Aldrich, selamat datang di Draec. Semoga kau menyukai masa kunjunganmu di sini," kata Mars sambil tersenyum lebar.     

Ia berjalan keluar kamar terlebih dulu, diikuti oleh Emmelyn yang dengan gembira mengambil pedang dari meja.     

Akhirnya.. ia akan bisa berlatih pedang lagi.     

Ketika mereka tiba di lapangan, Emmelyn dapat melihat wajah para prajurit yang berbaris rapi tampak sangat cerah. Mungkin mereka menyadari bahwa sang pangeran sedang mengalami suasana hati yang bagus karena ia baru menyuruh mereka berkumpul dan berlatih pada pukul 10 pagi.     

Masih terbayang jelas pengalaman mereka kemarin. Pukul 5 pagi mereka harus sudah bangun dan berlatih tanpa henti hingga larut malam. Ia terus memaksa mereka untuk berlatih dan sikapnya pun sangat keras.     

Hari ini sang putra mahkota membiarkan mereka beristirahat sampai agak siang, baru memanggil mereka ke lapangan. Ketika ia datang, wajahnya pun terlihat cerah dan dihiasi senyuman. Ini artinya Mars pasti sedang senang.     

"Selamat pagi semuanya. Kuharap tadi malam kalian tidur nyenyak dan mendapatkan istirahat yang cukup," kata Mars.     

"Berkat kemurahan hati Yang Mulia, kami semua beristirahat dengan baik," kata seorang prajurit senior, mewakili teman-temannya.     

"Bagus." Mars menarik tangan Emmelyn agar berdiri di sampingnya. Ia lalu memperkenalkan 'tamunya' kepada para prajurit yang berbaris di depannya. "Minggu ini kita kedatangan tamu dari Glendale. Lord Aldrich akan ikut berlatih bersama kita. Kalian harus menghormatinya dan memperlakukannya dengan baik."     

Emmelyn mengangguk. "Selamat pagi."     

Semua prajurit itu secara serempak menyapanya kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.