Pangeran Yang Dikutuk

286



286

0Karena tidak ingin pembicaraan mereka didengar oleh kusir kereta, Emmelyn hanya mencoba istirahat dan memejamkan mata, menikmati kehadiran Mars di dekatnya.     
0

Emmelyn menghitung setiap jam yang tersisa yang akan ia miliki bersamanya sampai Mars meninggalkan ibu kota.     

"Kita sudah sampai," kata Mars saat kereta berhenti. Emmelyn membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Di luar jendela kereta sudah gelap.     

Mars turun dari kereta dan membantunya turun.     

"Terima kasih," kata Emmelyn sambil tersenyum. Ia mengusap perutnya dan mengeluh. "Aku lapar. Ayo masuk dan makan malam."     

"Ahahah... tentu saja." Mars berjalan bersamanya di dalam kastil dan segera memanggil Roshan yang sedang duduk di aula depan, ia terlihat sedang membaca buku. "Roshan, kami ingin makan malam."     

Kepala pelayan dengan cepat bangkit dari kursinya dan membungkuk. "Baik, Yang Mulia. Saya akan segera menyiapkannya."     

Ia masuk ke dalam dan memberi tahu para juru masak dan pelayan untuk menyiapkan makanan dan meja makan karena tuan dan nyonya mereka telah tiba dan ingin makan malam.     

"Aku sangat lelah..." Emmelyn menjatuhkan dirinya ke kasur empuk begitu mereka mencapai kamar mereka. Ia menutup matanya lagi dan berbicara dengan malu-malu, "Bisakah kau membangunkanku saat makan malam sudah siap?"     

Mars tertawa kecil saat melihat istrinya bertingkah seperti itu. Ia datang ke tempat tidur dan duduk di sampingnya. "Apa yang terjadi? Apakah ibuku membuatmu lelah? Kau terlihat kehabisan tenaga."     

Emmelyn menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Tidak, tidak sama sekali. Ia ibu mertua yang luar biasa. Badanku hanya merasa lelah meskipun aku tidak melakukan banyak hal. Aku hanya menghabiskan sore dengan mengagumi lukisanmu, minum teh, dan makan kue. Bukan kegiatan yang menguras tenaga sebenarnya."     

"Hmm… sepertinya Tuan Vitas pernah memperingatkanku soal ini beberapa waktu lalu. Katanya, cukup normal bagi seorang ibu hamil untuk mudah lelah," ucapnya penuh kasih. "Apa kau ingin aku memijat kakimu? Mungkin itu bisa membantu?"     

Emmelyn membuka matanya satu per satu dan menoleh kepadanya dengan senyum lebar di wajahnya. "Apa kau bersedia melakukannya?"     

"Tentu saja, mengapa tidak?" Kata Mars. "Setidaknya itulah yang bisa aku lakukan."     

Emmelyn mengangkat lengannya, "Kalau begitu kau bisa mulai dengan lenganku. Aku merasa seperti kehilangan kekuatan di lenganku juga."     

"Ahahaha... tidak masalah," kata Mars. Ia meraih lengan kiri istrinya dan mulai memijatnya dengan lembut, sementara Emmelyn menatapnya dengan senyum bahagia.     

Ia merasa beruntung memiliki Mars dalam hidupnya. Mungkin ini adalah kompensasi untuk semua kesialannya di masa lalu? Ia menutup matanya lagi dan menikmati pijatannya.     

Tiba-tiba, Emmelyn teringat akan reaksi Bruinen saat pertama kali melihatnya di istana kerajaan. Penyihir muda itu berkata ia dikelilingi oleh aura gelap dan ia akan membawa kesialan.     

Astaga... kenapa ia harus mengatakan hal yang persis sama dengan Nyonya Adler? Emmelyn telah melupakan ramalan bodoh itu dan bagaimana Nyonya Adler berkata bahwa ia diikuti oleh awan gelap yang akan membawa kesialan bagi semua orang di sekitarnya.     

Emmelyn sengaja menghilangkan ingatan itu dan menyimpannya jauh di balik pikirannya, dengan begitu ia tidak pernah memikirkannya lagi.     

Ia telah meyakinkan dirinya sendiri bahwa Nyonya Adler hanyalah seorang penyihir desa yang hanya tahu bagaimana merawat wanita hamil dan penyakit ringan dan tidak memiliki kekuatan sihir yang nyata. Dan karena itu kata-katanya tidak boleh dianggap terlalu serius.     

Namun, hari ini, ia bertemu dengan penyihir lain yang dididik oleh Elmer sendiri, salah satu penyihir terkuat di benua ini.     

Bruinen tidak mengenalnya secara pribadi dan ia juga mengatakan hal yang persis sama, penyihir muda itu mengatakan ia melihat aura gelap dan kesialan mengelilingi Emmelyn.     

Ia bisa mengabaikannya jika hal itu diucapkan oleh satu orang saja, tapi Bruinen menjadi orang kedua yang memberi tahunya bahwa ia membawa nasib buruk dan mungkin dikutuk juga. Sekarang, sangat sulit untuk tidak memikirkan kemungkinan itu.     

Nyonya Adler tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, ia terus berkata bahwa alasan Emmelyn bisa menyentuh putra mahkota adalah karena ia akan membawa kesialan dan banyak penderitaan baginya.     

Bisa dikatakan semuanya sejalan dengan kutukan yang diberikan kepada Mars. Ia dikutuk untuk tidak pernah merasakan kebahagiaan.     

Jadi, Emmelyn kebal terhadap kutukannya BUKAN karena ia spesial, tapi karena ia juga dikutuk dan kehadirannya dalam hidup pangeran hanya akan membuatnya semakin menderita.     

Sampai sekarang, Emmelyn tidak bisa melihat kebenaran dalam ramalan ini, jadi ia menutup mata dan melupakannya.     

Ia tidak mungkin membuat Mars menderita. Ia mencintainya dan akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia.     

Mars sudah mengatakan bahwa ia sangat bahagia setelah bertemu dengan Emmelyn. Jadi, ramalan itu sudah pasti salah kan? Ia sendiri yang mengatakan betapa Emmelyn telah memberinya begitu banyak kebahagiaan.     

Dan sekarang, ia bahkan akan menghadiahi Harlow ke dalam hidup pangeran. Segalanya tampak berjalan ke arah yang benar.     

Namun... tiba-tiba Bruinen menghancurkan potret bahagia dalam hidupnya dan Mars yang sempurna.     

Kali ini, Emmelyn tidak bisa menghalau pikiran yang mengganggu itu lagi.     

Mars memperhatikan ekspresi putus asa Emmelyn dan menghentikan pijatannya. Ia menyentuh bahu istrinya dan bertanya kepadanya apa yang mengganggu pikirannya.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Ia bertanya kepada Emmelyn dengan lembut. Ia bisa menebak apa yang sedang ada di benaknya, tapi ia ingin mendengarnya dari bibir Emmelyn sendiri.     

"Hmm..." Emmelyn membuka kedua matanya dan duduk di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat lelah dan sedih. "Aku baru saja memikirkan apa yang dikatakan penyihir muda tadi hari ini."     

"Oh... maksudmu omong kosong tentang kerajaan yang telah hilang selama lebih dari seabad?" Mars mengerutkan alisnya. "Aku ingat kau menyebutkan sesuatu tentang Myreen berbulan-bulan lalu."     

"Ya..." Emmelyn menghela napas panjang.     

Pangeran menggelengkan kepalanya dan berbicara dengan tegas. "Aku tidak ingin kau memikirkannya. Aku harap kau akan melupakan apa yang dikatakan Bruinen. Memikirkan semua itu hanya akan membuatmu sedih. Sejujurnya aku tidak ingin membahas ini lagi karena aku khawatir akan menyinggung perasaanmu dan aku takut kau beranggapan aku tidak mempercayai ceritamu... tapi sejujurnya, aku rasa Myreen sudah tidak ada lagi."     

"Apa maksudmu?" Emelyn bertanya. "Bahkan Bruinen pernah mendengar tentang Myreen."     

"Bukan, yang kumaksud adalah kerajaan itu tidak menghilang karena keluarga penyihir ingin menyembunyikan kerajaannya, menurutku itu hanyalah takhayul yang disebarkan oleh orang-orang yang menyukai cerita-cerita bagus. Saat sebuah kerajaan menghilang, biasanya karena ada bencana alam besar yang menghapusnya dari bumi. Jadi, aku yakin itulah yang terjadi pada Myreen dan kerajaan itu sudah lenyap."     

Emmelyn menggigit bibirnya. Mars tampak begitu yakin dengan kata-katanya. Tapi ia bisa saja salah. Legenda itu mungkin saja nyata dan Emmelyn benar-benar telah menyinggung seseorang dari Myreen dan sekarang ia dikutuk.     

Tapi siapa yang telah ia sakiti? Ia tidak mengenal siapa pun dari Myreen.     

"Tidak ada yang namanya Myreen, kutukan itu tidak benar, dan tidak ada kesialan yang kau bawa ke dalam hidupku," kata Mars dengan tegas. "Tolong berhenti memikirkan hal-hal buruk seperti ini. Kau harus memfokuskan perhatianmu kepada Harlow. Ingatlah bahwa kurang dari empat bulan lagi kita akan menyambut anak pertama kita ke dunia ini. Selama aku bersamamu, aku akan selalu merasa beruntung dan bahagia."     

Emmelyn menunduk. Ia berusaha keras untuk menepis pikiran itu lagi. Ia mengulangi kata-kata Mars seperti mantra di kepalanya.     

Tapi bagaimana mungkin Bruinen dan Nyonya Adler mengatakan hal yang sama? Sejauh ini, ia dan Mars baik-baik saja. Mereka bahagia memiliki satu sama lain dalam hidup masing-masing. Ia seharusnya tidak memikirkan masalah bodoh ini.     

Emmelyn tidak mengatakan hal lainnya lagi. Sampai titik ini, tidak ada gunanya membicarakan tentang Myreen, nasib buruk, atau aura gelap, karena mereka tidak tahu yang sebenarnya. Yang mereka tahu, semua ini bisa saja hanya kebetulan semata.     

Jika mereka terus membicarakannya, mereka hanya akan merasa semakin tertekan. Saat-saat seperti ini adalah waktu paling buruk untuk menjadi depresi dan frustasi, pikir Emmelyn. Mars akan segera pergi dan ia akan sendirian tinggal di Draec.     

Akan lebih baik jika mereka memanfaatkan sisa waktu yang mereka miliki untuk menikmati kehadiran satu sama lain sebanyak mungkin. Seperti yang dikatakan ratu sebelumnya, mereka harus menghabiskan waktu berkualitas bersama sebelum Mars berangkat.     

"Kau benar," kata Emmelyn akhirnya. Ia berbaring lagi dan mengangkat tangannya yang lain agar suaminya dapat memijatnya. "Bisakah kau memijat yang ini juga?"     

Ia bertanya malu-malu dengan senyum manis yang mengembang di wajahnya. Sudah pasti pangeran tidak bisa menolak permintaan istri tercintanya itu. Ia meraih tangan Emmelyn dan memijatnya dengan lembut.     

Mereka tidak mengatakan apa-apa lagi selain menikmati kehadiran satu sama lain. Setelah merasa lebih baik, Emmelyn membiarkan Mars memijat kakinya.     

"Apa kau tidak merasa kakiku agak bengkak?" Emmelyn bertanya kepada Mars. Gadis itu lalu mengerucutkan bibirnya. Ia tahu benar kakinya mulai membesar dan ia sangat membencinya. Ia merasa tidak menarik dan gemuk. Namun, Emmelyn merasa ia ingin mendengar dari suaminya bahwa kakinya masih terlihat ramping dan ia masih tampil menarik.     

"Bengkak? Bagian yang mana?" Mars mengangkat alisnya sedikit saat ia dengan setia memijat kakinya. "Yang ini? Kurasa tidak."     

Emmelyn cemberut, tapi matanya terlihat senang. "Kau tidak merasa begitu?"     

Mars mengangkat bahu dan menjawab, "Tidak."     

"Oh ..." Emmelyn tersenyum. "Kita sebaiknya meminta Tuan Vitas untuk memeriksa penglihatanmu."     

"Kurasa kita tidak perlu melakukannya," kata suaminya. "Mataku masih sehat dan berfungsi dengan baik. Aku masih bisa melihat dengan jelas meski tanpa lampu menyala."     

"Oh... kau benar," Emmelyn tersenyum lebar dan bangkit memeluk pria itu. Ia senang karena ia selalu tahu bagaimana mengucapkan kata-kata yang tepat. "Aku mencintaimu. Tolong jangan pernah berubah."     

Mars memeluk punggung istrinya. "Aku tidak akan pernah berubah."     

Mereka berpelukan lama sekali. Saat itu, mereka menyadari bahwa Mars akan segera pergi ke Wintermere dan hanya akan kembali dalam beberapa bulan. Itulah sebabnya pelukan itu menjadi terasa lebih berarti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.