Pangeran Yang Dikutuk

295



295

0"Lord Edgar," Emmelyn menyapa pria itu. "Terima kasih sudah datang."     

"Sudah menjadi tugasku, Yang Mulia," kata pria itu. Ia mengarahkan pandangannya ke tas di sisi Emmelyn. Ia menunjuk tas itu. "Apakah itu tasmu, Yang Mulia?"     

"Ya, aku hanya membawa beberapa barang," kata Emmelyn. "Aku akan kembali ke kastilku selama tiga hari."     

"Baiklah, biarkan aku membawakan tas itu untukmu," kata Edgar. Ia mengambil tas itu dengan mudah dan memberi isyarat kepada Emmelyn untuk berjalan menuju kereta. "Kami bisa pergi kapan pun kau siap, Yang Mulia."     

"Terima kasih..." Emmelyn bangkit dari kursinya dan berjalan keluar. Ia naik kereta dengan bantuan Edgar setelah pria itu memasukkan tasnya ke dalam.     

Setelah Emmelyn duduk dengan benar dan pintu kereta dikunci, Edgar memberi isyarat kepada kusir untuk segera berangkat dan membawa pulang Emmelyn.     

Kemudian, ia melompat ke atas kudanya dan memimpin jalan ke kastil putra mahkota. Ada sekitar 50 prajurit lainnya yang mengikuti di belakang kereta.     

Emmelyn menarik napas dalam saat kereta mulai bergerak. Ia membuka jendela dan menikmati musim semi yang indah di luar sana. Matanya terus menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.     

Meskipun istana kerajaan benar-benar indah dan semua yang ia butuhkan sudah disediakan oleh sang ratu, tapi tetap saja... tempat itu bukanlah rumah sendiri.     

Rasanya sangat menyenangkan ketika sang ratu memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi hari ini Emmelyn merasa semakin bahagia karena ia akhirnya bisa pulang ke rumahnya sendiri dan menghabiskan waktu sendirian.     

"Lord Edgar, maukah kau masuk sebentar?" Emmelyn bertanya kepada Edgar setelah ia turun dari kereta.     

Kusir dengan sigap membantu mengambil barang-barang tuan putri dari dalam kereta dan membawanya ke dalam kastil.     

"Ya, Yang Mulia," kata Edgar dengan sopan.     

Ia turun dari kudanya dan mengikuti Emmelyn ke dalam kastil. Roshan dan beberapa pelayan menyambut mereka dengan wajah berseri-seri.     

Mereka sudah lama tidak melihat sang nyonya dan semakin merindukan kehadirannya. Jadi, ketika mereka melihatnya pulang, suasana di kastil berwarna abu-abu itu mulai terasa cerah dan hangat kembali.     

"Selamat datang di rumah, Yang Mulia," kata Roshan dengan senyum lebar. Ia segera memberikan tanda dan seorang pelayan datang dengan nampan berisi teko berisi teh jahe dan dua cangkir.     

Hanya mencium aroma teh jahe khas yang melayang di udara langsung membuat Emmelyn merasakan kehangatan di dalam hatinya. Ia menyukainya. Aroma jahe ini selalu mengingatkannya pada Wintermere.     

"Terima kasih, Roshan," kata Emmelyn sambil tersenyum. "Tolong letakkan tehnya di sana. Aku perlu bicara dengan Lord Edgar."     

Ia menunjuk ke kursi di aula dan duduk di sana. Pelayan itu dengan cepat mengikutinya dan meletakkan teko dan dua cangkir itu di atas meja di samping kursinya.     

Edgar juga ikut duduk. Ia mengambil kursi di seberang Emmelyn dan memperhatikan apa yang akan dikatakan sang putri kepadanya.     

Tidak biasa bagi Emmelyn untuk mengajaknya berbicara secara pribadi seperti ini. Mungkin ada sesuatu yang mendesak yang ingin ia katakan?     

"Apakah kau sudah pernah mencoba teh jahe kami, Lord Edgar?" Emmelyn bertanya. Ia mengambil satu cangkir dan menghirup aromanya. Sungguh sangat menyegarkan!     

Edgar menggeleng. "Belum, Yang Mulia, jika tidak salah ingat ibuku pernah mengatakan ia sempat mencicipi teh jahe ketika ia datang ke sini untuk berkunjung."     

"Ah, kalau begitu... silakan mencobanya. Kuharap kau menyukainya," kata Emmelyn. Ia menunjuk ke cangkir lainnya dan membiarkan Edgar mencoba teh spesial tanah kelahirannya.     

Ia melanjutkan, "Ini adalah teh khas yang kami minum di Wintermere, terutama di hari-hari yang dingin. Sangat enak dan membuat kami hangat tanpa harus mengonsumsi alkohol."     

Edgar melakukan apa yang ia minta dan menyesap tehnya. Emmelyn benar. Tenggorokan dan perutnya sekarang perlahan terasa hangat. Efeknya langsung terasa saat teh itu masuk ke dalam tubuhnya. Edgar pun juga sangat menyukainya.     

"Rasanya sangat nikmat dan menghangatkan, Yang mulia," ucap Edgar.     

"Aku senang kau menyukainya," kata Emmelyn. Ia meletakkan cangkirnya dan kemudian mengambil surat dari tasnya. "Aku ingin mengundang saudara perempuanmu untuk minum teh bersamaku di istana kerajaan, empat hari dari sekarang. Apa menurutmu mereka bisa datang?"     

"Ahh... tentu saja bisa," Edgar tersenyum lebar saat mengambil surat dari tangan Emmelyn. "Ini akan menjadi suatu kehormatan bagi kami, Yang Mulia."     

"Aku senang kau berpikir seperti itu," kata Emmelyn. "Undangan ini juga datang dari ratu. Jadi, saudara perempuanmu tidak hanya akan bertemu denganku, tapi juga Ratu Elara Strongmoor."     

"Oh… undangan ini terlalu berlebihan bagi kami, Yang Mulia," Edgar cepat-cepat membungkuk. "Saudariku tidak pantas mendapatkan kehormatan seperti ini dari ratu."     

"Mengapa tidak? Ibumu adalah dayang ratu, dan mereka memiliki hubungan yang baik. Ratu mengizinkanku untuk mengundang siapa pun yang kuinginkan, tetapi karena kini aku tinggal di istana kerajaan dan bukan rumahku, aku juga harus mengundang ratu untuk minum teh bersama saudaramu," Emmelyn menjelaskan. "Aku harap kau tidak keberatan?"     

"Tidak... tidak sama sekali, Yang Mulia..." Edgar menarik napas dalam-dalam. "Saudariku, Lorene dan Lynn akan dengan senang hati datang ke istana kerajaan."     

"Kurasa Mars pernah memberi tahuku bahwa mereka berdua sudah menikah dan punya anak. Apa itu benar?" Emmelyn bertanya lagi.     

"Ya, Yang Mulia. Lorene menikah dengan Marquis Vinson, dan Lynn menikah dengan Duke of Winchester," jawab Edgar sopan. "Mereka berdua sudah punya anak kecil."     

"Wah, menyenangkan sekali!"     

Emmelyn bersemangat ketika ia mendengar tanggapan Edgar. Dengan cepat ia merasa apa yang dikatakan suaminya memang benar. Akan sangat menyenangkan bagi Emmelyn untuk berinteraksi dengan ibu-ibu muda lainnya.     

Ia berharapa akan dapat membiasakan diri menjadi ibu, dan memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan untuk berbagi tentang perjuangannya menjadi ibu untuk pertama kalinya.     

Lily Greenan tinggal jauh di Southberry. Jadi, alangkah baiknya jika Emmelyn bisa mulai mengenal Lorene dan Lynn. Jika mereka semua bisa akrab, Emmelyn akan punya teman baru dan mungkin sistem pendukung yang baru.     

"Kalau begitu, aku akan membawa undangan ini dan memberikannya langsung kepada Lorene dan Lynn," kata Edgar.     

"Ya, silahkan. Selain itu, kau bisa menyuruh mereka untuk membawa serta anak-anak mereka. Aku akan senang berjumpa dengan anak-anak mereka sekaligus…" kata Emmelyn lagi.     

"Akan saya sampaikan, Yang Mulia," kata Edgar dengan penuh hormat. Edgar menghabiskan teh jahenya dan kemudian pamit pulang.     

Setelah pria itu pergi, Emmelyn meluangkan waktu untuk melihat-lihat kastil mereka dan mengenang semua kenangan indah yang ia bagi bersama Mars selama ini.     

Orang mengatakan kita tidak akan pernah bisa menghargai apa yang kita miliki hingga kita kehilangannya.     

Emmelyn baru benar-benar bisa menghargai betapa indahnya kastil ini hanya setelah Mars meninggalkan rumah selama lebih dari satu bulan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.