Pangeran Yang Dikutuk

300



300

0"Bagaimana kau bisa... mengatakan itu kepadaku?" wajah Emmelyn kini memerah karena marah dan sedih. Ia tidak percaya Nyonya Adler yang ia anggap sebagai teman berani mengatakan hal seperti itu kepadanya.     

Sekarang, ia merasa dikhianati.     

Penyihir tua itu menangkap kantong itu sebelum menyentuh lantai. Ia menggelengkan kepalanya dengan sabar dan mengembalikan kantong itu ke tangan Emmelyn.     

"Aku tidak bermaksud menyarankan dirimu untuk bunuh diri, Yang Mulia. Kau salah paham. Ramuan ini akan membuatmu tidur selama tiga hari dan orang-orang akan mengira kau mati. Aku merasa suatu saat nanti kau perlu memalsukan kematianmu... itulah satu-satunya cara bagimu untuk lolos dari kutukan itu."     

Mata Emmelyn membulat kaget. Ia merasa sangat malu karena sempat mengira penyihir tua ini ingin dirinya bunuh diri.     

Ternyata ia hanya salah paham dengan Nyonya Adler.     

"Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?" Emmelyn bertanya dengan suara tercekat.     

"Aku ingin menyampaikan semuanya waktu itu, tapi kau bahkan tidak percaya dengan perkataanku tentang dirimu yang dikutuk. Jika aku bersikeras dan memaksamu untuk percaya kepadaku... kita tidak akan pernah bisa sedekat ini, Yang Mulia..." kata penyihir desa itu dengan sabar.     

Emmelyn harus mengakui bahwa Nyonya Adler benar. Satu-satunya alasan sekarang mereka menjadi teman adalah karena penyihir itu melangkah dengan hati-hati dan tidak memaksanya untuk mempercayai ramalan dan penglihatan yang ia lihat dalam diri Emmelyn.     

Sekarang, Emmelyn berharap ia mendengarkan dan mempercayai Nyonya Adler dari awal.     

Mungkin ia bisa mengambil tindakan lebih cepat. Ia bisa mendapatkan bantuan suaminya untuk menyelidiki lebih lanjut dan menemukan solusi alternatif.     

Jika mereka bertemu dengan penyihir kuat lain atau peramal seperti Bruinen dari bulan lalu, mereka pasti sudah tahu tentang Leoralei dari Myreen. Dan...     

Dan Killian tidak harus mati.     

Sebaliknya, Emmelyn justru menepis dan menyangkalnya hanya karena ia tidak mau menerima kenyataan bahwa dirinya dikutuk dan menyebabkan begitu banyak kesedihan dan rasa sakit bagi orang-orang di sekitarnya.     

Emmelyn merasa sangat egois. Ia bahkan tidak memberi tahu suaminya tentang ramalan dan penglihatan itu untuk beberapa waktu.     

Segalanya akan sangat berbeda jika saja ia jujur ​​​​sejak awal.     

***     

Emmelyn melihat ramuan di dalam botol kaca kecil di tangannya dengan perasaan penuh putus asa. Nyonya Adler sudah pulang beberapa jam yang lalu. Sekarang, ia sendirian ditemani pikirannya yang kacau balau.     

Emmelyn mencoba menjernihkan pikirannya dengan duduk di dekat jendela kamarnya sembari memandangi taman yang indah di luar.     

Semua bunga yang ditanam oleh tukang kebun mereka akhirnya mekar sepenuhnya. Bunga-bunga itu bermekaran di tengah musim semi dan seluruh dunia seolah kembali hidup.     

Tapi entah mengapa, Emmelyn merasa dunianya perlahan redup.     

Ia benar-benar bisa merasakan simpati yang mendalam untuk suaminya sekarang karena ia berada dalam situasi yang sama. Pasti sangat mengerikan, menjalani seluruh hidupnya dengan rasa bersalah, marah, dan perasaan tidak berdaya ini.     

Emmelyn baru saja mengetahui bahwa dirinya memang benar dikutuk, tetapi rasanya sangat tak tertahankan. Perasaan itu menghancurkannya dari dalam.     

"Aku harus melakukan sesuatu..." ia terus mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri, tetapi sesaat kemudian ia dihempaskan oleh kenyataan. Apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak punya kekuatan untuk melakukan sesuatu.     

Ia hanya bisa menunggu.     

Ia mungkin bisa mengirim seseorang ke Atlantea untuk menemukan jawaban saat suaminya pergi. Tapi siapa?     

Siapa yang bisa ia percayai di kerajaan ini?     

Ia tidak punya siapa-siapa.     

Emmelyn merasa tidak enak badan setelah menghabiskan waktunya di tempat tidur sepanjang hari sampai makan malam tiba. Ia hanya makan sedikit dan kemudian tidur lebih awal.     

Keesokan harinya, ia mencoba menyibukkan diri dengan menjahit lebih banyak sapu tangan dan pakaian bayi.     

Namun, karena mentalnya tidak dalam kondisi stabil, ia terus menusuk jarinya sendiri dengan jarum dan melukai tangannya. Akhirnya, Emmelyn menyerah dan melemparkan jahitannya ke sudut ruangan.     

"Roshan, bisakah kau membantuku mengirim pesan ke Lord Edgar Chaucer?" Emmelyn sudah tidak tahan lagi, ia tidak mau terus berdiam diri menunggu semuanya memburuk. Ia pun memutuskan untuk berbicara dengan Edgar.     

Meskipun mereka tidak terlalu dekat, Emmelyn merasa Edgar dapat dipercaya dan akan selalu mengutamakan kepentingan Mars. Ia telah membuktikan dirinya berkali-kali sebagai teman yang berharga dan setia bagi putra mahkota.     

"Saya akan segera melakukannya, Yang Mulia," kata Roshan dengan hormat. "Apakah ada pesan yang harus aku sampaikan kepadanya? Jika Yang Mulia mau, aku bisa menyampaikan suratmu kepada Lord Edgar."     

Emmelyn memijat pelipisnya dan memikirkan pertanyaan Roshan.     

Tidak, ia tidak ingin mengirim surat apa pun. Orang lain bisa salah paham terhadap niatnya mengundang Edgar. Ia tidak ingin mengatakan apa pun secara tertulis kepada Edgar. Bagaimana jika orang lain membaca pesannya?     

Ia lebih baik berbicara dengannya secara pribadi dan meminta pendapatnya.     

"Katakan kepadanya aku perlu menanyakan pendapatnya tentang sesuatu dan ini sangat penting."     

"Akan saya sampaikan, Yang Mulia."     

Roshan membungkuk dan pamit untuk pergi mencari sang tuan muda. Emmelyn memutuskan untuk menunggu di ruang kerja suaminya dan membaca sesuatu. Ia perlu memikirkan apa yang harus ia katakan kepada Edgar dan seberapa jauh ia bisa memberi tahu Edgar soal masalah ini.     

***     

Edgar tiba satu jam kemudian bersama Roshan. Emmelyn sengaja menjamunya di ruang kerja putra mahkota dengan pintu terbuka. Ia tidak ingin orang mengira ia menyembunyikan sesuatu atau berselingkuh dengan Edgar.     

Emmelyn tidak tahu apakah semua orang di kastil Mars bisa dipercaya atau tidak. Ia tidak boleh ceroboh dengan memberikan mereka bahan untuk bergosip tentang dirinya.     

Ia sudah sering melihat taktik ini digunakan berulang kali oleh para musuh.     

Ketika ia masih di Winteremere, ibu dan saudara perempuannya sering membahas tentang gosip yang menyebar di sekitar ibu kota mengenai bangsawan atau seorang wanita yang berselingkuh hanya karena mereka berjalan bersama dengan pria yang belum menikah atau menghabiskan terlalu banyak waktu di kota ditemani pria lain yang bukan suaminya.     

Kebanyakan orang bukanlah tipe pemaaf dan mereka suka membicarakan orang lain dan menemukan kesalahan-kesalahan mereka untuk dipergunjingkan.     

Emmelyn tidak mau memberikan celah kepada musuh untuk menjatuhkannya dengan taktik rendahan seperti ini. Karena itu, ia akan selalu berhati-hati dalam berinteraksi dengan Edgar saat suaminya pergi.     

Dalam masyarakat yang konversatif ini, bukan hal yang biasa bagi pria dan wanita untuk berteman dan kehidupan wanita yang sudah menikah terbatas pada kehidupannya sebagai istri atau ibu, hanya untuk mengurus keluarga baru mereka.     

Hanya beberapa wanita yang bisa lolos dari cara hidup kuno ini, contohnya saja adalah Emmelyn dan Maxim atau Mars dan Ellena, tetapi persahabatan itu dibangun jauh sebelum mereka berdua menikah.     

Kini, semuanya sudah berubah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.